Jumat, 29 Juni 2012

PENELITIAN ILMIAH PENGARUH BACAAN AL QURAN PADA SYARAF, OTAK DAN ORGAN TUBUH LAINNYA, .. MENAKJUBKAN! ...

Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Al-Qur’an...”.

Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan.



Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur’an.

Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.

Al-Qur’an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.

Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Al-Qur’an. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Al-Qur’an lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Al-Qur’an memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).

Mahabenar Allah yang telah berfirman, “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. 7: 204).

Kamis, 14 Juni 2012

10 Kisah Cinta Paling Indah Sepanjang Masa ..


1. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan. Konon saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal cinta di antara mereka. Subhanallah.
Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah Saw. itu. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar ibn Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Namun kesabarannya berbuah manis,lamaran kedua orang sahabat yang tak diragukan lagi kesholehannya tersebut ternyata ditolak Rasulullah Saw. Akhirnya Ali memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima.
Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah, Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”. Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”
2. Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu kali jatuh cinta pada seorang gadis, namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak pernah mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan. Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya. Ia menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu pun si gadis mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: “Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia perasaan semacam itu,”
Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya, “Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?” Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, “Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!”
3. Abdurrahman ibn Abu Bakar
Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan istrinya, Atika, amat saling mencintai satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada akhirnya meminta Abdurrahman menceraikan istrinya karena takut cinta mereka berdua melalaikan dari jihad dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah ayahnya, meski cintanya pada sang istri begitu besar.
Namun tentu saja Abdurrahman tak pernah bisa melupakan istrinya. Berhari-hari ia larut dalam duka meski ia telah berusaha sebaik mungkin untuk tegar. Perasaan Abdurrahman itu pun melahirkan syair cinta indah sepanjang masa:
Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari tak terbit meninggi
Dan tidaklah terurai air mata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia dithalaq karena dosanya
Dia berakhlaq mulia, beragama, dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu dan halus tutur katanya
Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali. Abdurrahman pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan ibadah dan jihadnya di jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.
4. Rasulullah Saw. dan Khadijah binti Khuwailid
Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik sepanjang masa: Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah memendam cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesedian Nabi Saw. untuk menikahi Khadijah, maka Beliau menjawab: “Bagaimana caranya?” Ya, seolah-olah Beliau memang telah menantikannya sejak lama.
Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar.”
Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, “Masih adakah orang lain setelah Khadijah?”
Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.
Masih banyak lagi bukti-bukti cinta dahsyat nan luar biasa islami Rasulullah Saw. kepada Khadijah. Subhanallah.
5. Rasulullah Saw. dan Aisyah
Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab, ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab, “cinta itu Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.
Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah cemburu padanya.
Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan, dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.”
Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah bermanja diri kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasul pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami-istri.
6. Thalhah ibn ‘Ubaidillah
Berikut ini kutipan kisah Thalhah ibn ‘Ubaidillah.
Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”
Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.”
Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”
Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.
7. Kisah cinta yang membawa surga
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr An-Nakha’i, ia berkata, “Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’.
Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah tangan.
Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, ‘Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.’
Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, ‘Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.’
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, “Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.” Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo’akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, “Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?”
Dia menjawab, “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.”
Pemuda itu bertanya, “Jika demikian, kemanakah kau menuju?” Dia jawab, “Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.”
Pemuda itu berkata, “Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu.” Dia jawab, “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah.”
Si pemuda bertanya, “Kapan aku bisa melihatmu?” Jawab si wanita: “Tak lama lagi kau akan datang melihat kami.” Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
8. Ummu Sulaim dan Abu Thalhah
Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat,
“Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?”
“Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan,” kata Abu Thalhah.
“Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam,” tukas Ummu Sualim tandas.
“Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?” tanya Abu Thalhah.
“Tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri,” tegas Ummu Sulaim.
Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw. yang mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah Saw. berseru, “Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya.”
Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relung-relung hati Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya akan mau dinikahi dengan keislamannya tanpa sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita mana lagi yang lebih pantas menjadi istri dan ibu asuh anak-anaknya selain Ummu Sulaim? Hingga tanpa terasa di hadapan Rasulullah Saw. lisan Abu Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, “Saya mengikuti ajaran Anda, wahai Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya.”
Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, “Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya.” Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.
9. Kisah seorang pemuda yang menemukan apel
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Dictengah perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia langsung mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata “Astagfirullah”
Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. “Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini”.
Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui sang pemilik apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah pemilik apel. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia melihat kebun apel yang apelnya tumbuh dengan lebat.
“Assalamualaikum….”
“Waalaikumsalam wr.wb.”. Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.
Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun langsung mengatakan segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah lancang memakan apel yang terbawa arus sungai.
“Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan pak tua”. tanya pemuda itu.
Lalu pak tua itu menjawab. “Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?”
Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus membayar dengan bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar bapak itu ridha apelnya ia makan.”Baiklah pak, saya mau.”
Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.
“Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?”
Pak tua itu diam sejenak. “Belum.”
Pemuda itu terhenyak. “Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun di kebunmu.”
“Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi.”
“Apa itu pak tua?”
“Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?”
“Ya, aku mau.” jawab pemuda itu.
Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. “Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau mau?”
Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak…dia akan menikahi gadis yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia bisa berkomunikasi nantinya? Tapi diap un ingat kembali dengan segigit apel yang telah dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel itu untuk mencari ridha atas apel yang sudah dimakannya.
“Baiklah pak, aku mau.”
Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda itupun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari sang bapak pemilik apel yang sudah menjadi mertuanya.
“Ayahanda…siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan istriku?”
Pak tua itu tersenyum dan menjawab. “Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam sana adalah istimu.”
Pemuda itu tampak bingung. “Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa dia bisa mendengar salamku?
Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?”
Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. “Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat.”
Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap lirih: “Subhanallah…..”
Dan merekapun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.
10. Zulaikha dan Yusuf As.
Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga Zulaikha takut cintanya kepada Yusuf merusak cintanya kepada Allah Swt. Berikut sedikit ulasan tentang cinta mereka
Zulaikha adalah seorang puteri raja sebuah kerajaan di barat (Maghrib) negeri Mesir. Beliau seorang puteri yang cantik menarik. Beliau bermimpi bertemu seorang pemuda yang menarik rupa parasnya dengan peribadi yang amanah dan mulia. Zulaikha pun jatuh hati padanya. Kemudian beliau bermimpi lagi bertemu dengannya tetapi tidak tahu namanya.
Kali berikutnya beliau bermimpi lagi, lelaki tersebut memperkenalkannya sebagai Wazir kerajaan Mesir. Kecintaan dan kasih sayang Zulaikha kepada pemuda tersebut terus berputik menjadi rindu dan rawan sehingga beliau menolak semua pinangan putera raja yang lain. Setelah bapanya mengetahui isihati puterinya, bapanya pun mengatur risikan ke negeri Mesir sehingga mengasilkan majlis pernikahan dengan Wazir negri Mesir.
Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama, hancur luluh dan kecewalah hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut, bukan wajah tersebut yang beliau temui di dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada suara ghaib berbisik padanya: “Benar, ini bukan pujaan hati kamu. Tetapi hasrat kamu kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai perawan selamat bersama-sama dengannya.”
Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir diraja Mesir tersebut adalah seorang kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja. Oleh yang demikian Zulaikha terus bertekat untuk terus taat kepada suaminya kerana ia percaya ia selamat bersamnya.
Demikian masa berlalu, sehingga suatu hari al-Aziz membawa pulang Yusuf a.s. yang dibelinya di pasar. Sekali lagi Zulaikha terkejut besar, itulah Yusuf a.s yang dikenalinya didalam mimpi. Tampan, menarik dan menawan.
Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit bin Anas memperjelasnya: “Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh kecantikan dunia.”
Kisah Zulaikha dan Yusuf direkam di dalam Al Quran pada Surah Yusuf ayat 21 sampai 36 dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak menceritakan kelanjutan hubungan Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir di dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa Muhammad bin Ishak berkata bahawa kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh raja Mesir adalah kedudukan yang dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah dipecat. Juga disebut-sebut bahwa Yusuf telah beristrikan Zulaikha sesudah suaminya meninggal dunia, dan diceritakan bahwa pada suatu ketika berkatalah Yusuf kepada Zulaikha setelah ia menjadi isterinya, “Tidakkah keadaan dan hubungan kita se¬karang ini lebih baik dari apa yang pernah engkau inginkan?”
Zulaikha menjawab, “Janganlah engkau menyalahkan aku, hai kekasihku, aku sebagai wanita yang cantik, muda belia bersuamikan seorang pemuda yang berketerampilan dingin, menemuimu sebagai pemuda yang tampan, gagah perkasa bertubuh indah, apakah salah bila aku jatuh cinta kepadamu dan lupa akan kedudukanku sebagai wanita yang bersuami?”
Dikisahkan bahwa Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan gadis (perawan) dan dari perkawinan itu memperoleh dua orang putra: Ifraitsim bin Yusuf dan Misya bin Yusuf.
Source :
  1. http://myrednotes.blogspot.com/2011/03/10-kisah-cinta-paling-indah-sepanjang.html
  2. Buku-buku Salim A Fillah
  3. http://aburedza.wordpress.com/2009/06/25/371/
  4. http://canzie.multiply.com/journal/item/17
  5. http://planetaqidah.blogspot.com/2010/07/janji-bertemu-di-surga.html
  6. http://abuthalhah.wordpress.com/2011/03/02/thalhah-sebuah-kenangan-atas-cinta/

Selasa, 01 Mei 2012

Update Status Cinta Anda Sekarang Juga !


Posted by: admin April 28, 2012 Edukasi Muslimah

Rutinitas harian senantiasa menggerus romantis antar suami istri. Yang dahulu bergelojak hebat penuh dendang cinta, saat ini menjadi biasa saja. Jika dahulu dunia serasa milik berdua, maka bukan tidak mungkin saat ini rumah berasa ‘neraka’.  Salah satu buktinya bisa kita lihat di pagi hari, saat kesibukan mempersiapkan anak-anak sekolah.  Tampaknya  semua sepakat untuk menciptakan suasana menegangkan di awal pagi. Semua menginginkan untuk keluar rumah dengan kondisi yang terbaik. Detak jantung seolah berlomba dengan jarum jam untuk segera menuju angka tujuh. Maka keberkahan pagi hari sering tak membuahkan mesra sama sekali.
Di ujung hari suasana tak jauh berbeda. Sepulang kerja segunung lelah selalu melanda. Sang suami yang menuntut sambutan yang layak bak pangeran pulang dari peperangan  menaklukan negeri musuh, ternyata tak mendapatkan impiannya. Sang istri merasa lelah bukan kepalang sehabis menjaga anak-anak seharian yang selalu menciptakan kehebohan-kehebohan baru yang dilakukan. Karenanya, tak ada pelukan mesra dari istri yang harum mewangi. Sungguh kesan yang buruk untuk menutup hari. Liburan akhir pekan seringkali menjanjikan untuk dipenuhi agenda romantis bersama pasangan. Namun nyatanya banyak terlupakan dengan serangkaian agenda lemburan atau aktifitas suami ‘hangout’ bersama teman-teman kantor membuang kepenatan dunia kerja.
Gambaran di atas bukan kisah fiksi, namun nyata terjadi dalam keseharian kita. Sungguh sebuah rutinis yang membunuh cinta. Ya sadar atau tidak, kekacauan teknis setiap hari akan menggerus romantis antara suami istri.  Kelelahan yang di dapat setiap hari akan membuat agenda romantis suami istri menjadi kalah terengah-engah. Pada kondisi seperti inilah perlu kesadaran akan pentingnya ‘mengupdate’ status cinta Anda dan pasangan. Ini bukan tips hebat atau gila-gilaan yang membutuhkan biaya besar, namun kali ini ‘sekedar’ berbagi mesra lewat ungkapan cinta. Jika ungkapan ini mudah terucap dari lisan kita, niscaya kemesraan itu akan semakin nyata, bahkan bertambah sedemikian rupa, berbunga-bunga.
Mengapa perlu mengupdate status cinta ? Mengapa harus ada ungkapan cinta yang setiap saat harus kita menghiasi hari-hari kita ?  Mari kita awali dengan sebuah keyakinan ; sungguh setiap wanita membutuhkan pengakuan lebih tegas dan lugas tentang cinta suaminya. Tidak cukup dengan perhatian yang diberikan atau timbunan hadiah di dalam kamar, namun itu semua belumlah cukup selama belum mendengar satu dua kata yang memproklamasikan cinta sang suami.
Syariat Islam yang indah melihat pernyataan cinta adalah sebuah anjuran secara umum kepada saudara seiman, apalagi dengan para istri, tentu mempunyai tingkat pahala yang lebih jauh lagi. Dari Miqdad bin Ma’ad ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengajarkan : Apabila seorang mencintai saudaranya, hendaklah ia memberitahu kepadanya bahwa ia mencintainya (HR Tirmidzi dan Ahmad  dengan isnad shahih.) Memberitahukan kecintaan kepada seorang sahabat adalah anjuran Islam untuk mengekalkan ukhuwah. Lalu apa yang membuat ragu para suami untuk memproklamirkan cinta, mengupdate status cintanya kepada istri ?
Mari sejenak mengampil inspirasi dari rumah tangga nabi yang mulia, bagaimana pernyataan cinta begitu dibutuhkan. Adalah Muhammad Qutb dalam bukunya Aisyah, Guru Teladan Kaum Pria, menceritakan bahwa Aisyah ra, bila bertanya pada Rasul,  selalu dengan nada canda. Suatu ketika Aisyah ra bertanya, : “ Bagaimana cintamu padaku ? “. “Bagai untaian tali ! “, jawab sang Rasul. “ Bagaimana untaian itu ya Rasul ? “ Rasulullah menjawab : “ Ia dalam keadaan semula “.  Dalam keadaan semula, itu berarti tidak pernah berkurang karena ditelan zaman dan ketuaan. Begitulah update status cinta Rasulullah SAW yang segera membuat ibunda Aisyah tersipu malu.
Kita lihat begitu lugasnya ibunda Aisyah dalam menuntut pernyataan cinta Rasulullah SAW, suami dan manusia termulia. Ibunda Aisyah membutuhkan kejelasan dan jaminan ketenangan dengan ucapan cinta yang keluar dari lisan suami pujaan hatinya itu. Bukan meragukan atau tak percaya, namun lebih untuk menenangkan hati dan menjaga mesra. Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan, memberikan penyataan dan ungkapan cinta yang sugguh penuh ketulusan.
Maka bagi para suami hendaknya tak ragu dan tak segan untuk mengungkapkan kecintaannya dengan lugas, karena pengakuan tulus itulah yang membuat para istri lebih tenang menapaki kehidupannya. Keyakinan keberadaan  sosok suami yang siap mencintai sepenuh hati, bagi para istri adalah modal besar untuk mengarungi bahtera kehidupannya lebih jauh lagi. Maka sampaikanlah pernyataan cinta Anda dengan bahasa sederhana yang paling Anda suka, entah bergaya barat “ i love you”, atau “ you my tenderlove”, atau yang bergaya kraton “ aku trisno marang sliromu “, atau boleh juga bergaya anak negeri tahun 80-an : “aku cinta kamu” dan sebagainya.  Susunlah kata dan ungkapan terbaik yang Anda bisa, nyalakan dengan ketulusan yang Anda punya, lalu biarkan deretan kata-kata indah itu meluncur begitu saja merasuki hatinya. Mungkin lidah akan serasa kelu di awal mencoba, teruskan saja toh tidak ada sutradara yang akan berteriak “ cut “ memotong mesra Anda.
Segera update status cinta Anda. Lakukan hari ini atau Anda membuang kesempatan pahala di awal pagi. Berikan kejutan untuk istri Anda, pada saat-saat yang menegangkan di pagi hari misalnya, atau waktu-waktu yang tak terduga. Bisa dengan bisikan lembut disebelah telinga, atau untaian kata-kata sambil mata saling berpandangan, atau sekedar sederet kata via sms harian yang dirindukan. Yakinlah, sepanjang apa yang anda sampaikan benar-benar berawal dari ketulusan hati, maka efek yang dihasilkan sungguh akan luar biasa. Hati pasangan Anda akan tergetar dan membumbung tinggi ke atas awan. Satu point untuk anda hari ini. Selamat !

Oleh Hatta Syamsudin

Sumber : Indonesiaoptimis

Rabu, 18 April 2012

Bila Kau ingin tahu tentang SUKA< SAYANG, dan CINTA


Mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan membingkai cinta manusia dalam kerangka Mahabbatullah adalah salah satu kunci menggapai ridla Allah SWT. "Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Ali Imran: 31). Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa dua orang yang saling mencinta dan berpisah semata karena Allah akan mendapat perlakuan khusus oleh Allah kelak hari kiamat akan mendapat naungan dimana pada saat itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (HR. Bukhari-Muslim). Bukti cinta kita pada Allah adalah dengan mengikuti syari'ah-Nya. Dengan pelaksanaan inilah kita bisa mendapat rahmat dan maghfirah-Nya.

Sebaliknya cinta yang mengundang murka Allah adalah cinta yang dapat menjauhkan kita pada-Nya. Cinta yang menuruti hawa nafsu. Misalnya cinta dunia berlebihan, cinta yang dilandasi nafsu belaka kepada lawan jenis tanpa ikatan perkawinan dsb. "Apabila umatku sudah mengagungkan dunia, maka akan tercabut dari mereka kehebatan Islam ...(HR. Turmudzi).

Oleh karena itu, kita mesti tahu apa itu cinta. Selain kata cinta ada dua kata lain yang artinya hampir mendekati, tapi berbeda makna, yaitu sayang dan suka. Cinta, sayang dan suka kadangkala dimaknai dengan satu arti. Meskipun memiliki makna yang berbeda.

Kita semuanya tentu pernah mencintai, menyayangi atau menyukai seseorang atau barang tertentu. Bila kita pernah melakukan ketiga-tinganya, kita pasti merasakan bahwa ternyata ketiganya berbeda. Suka, cenderung kepada keinginan seseorang untuk segera memiliki, di dalamnya ada ego. Sehingga orang yang menyukai sesuatu biasanya menunjukkan sifat egoismenya, dalam arti ingin menyenangkan dirinya saja, tanpa menyenangkan orang yang disukainya. Sehingga perasaan hati terdalamnya tidak sampai menyatu kepada orang yang disukainya.


Sayang, adalah boleh dikatakan kadarnya berada di atas suka. Jika kita sayang pada seseorang atau sesuatu, maka kita sedikit mengorbankan diri kita demi menyenangkan orang yang disayangi. Ia tiak egois, tapi luapan perasaannya dituangkan untuk menyenangkan orang yang disayangi. Orang yang sayang akan hadir saat orang yang disayangi menginginkannya.


Sedangkan, cinta adalah tingkatan yang paling tinggi. Tingkat pengorbanan cinta lebih besar dibandingkan dengan sayang. Orang yang mencintai, akan rela mengorbankan jiwanya demi menyenangkan orang yang dicintainya. Ia ingin sekali orang yang dicintainya selalu dekat berada disisinya, apapun keadaannya dan kapanpun waktunya. Sesuatu yang dicintainya dianggapnya sebagai sebuah anugerah yang diberikan Allah kepadanya. Maka, dalam keadaan duka maupun suka, ia tetap loyal kepada orang yang dicintainya

Sabtu, 14 April 2012

Tertawa & Menangisnya Nabi saw terhadap Umar ra.


Suatu ketika Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam berkumpul dengan para Sahabatnya, Beliau berkata pada Umar,
“Coba ceritakan kepadaku yang membuat aku tertawa dan membuat aku menangis”.
Kemudian Sahabat Umar pun bercerita. ”Dahulu sebelum aku mengenal Islam, aku membuat patung berhala dari manisan. Lalu aku pun menyembah patung manisan itu.
“Demi lata uzza mannat engkau lah yang mulia, beri aku makanan sebagai rizki darimu” kataku. Waktu itu aku menyembah patung namun perutku sedang lapar. Selesai menyembah berhala aku menuju dapur, tak kudapatkan makanan disana lalu aku kembali keruangan persembahyangan. Tak ada makanan selain tuhan sesembahanku, akhirnya dengan rasa sesal aku memakan tuhanku sendiri yang kusembah sembah sebelumnya. Aku memakan berhala tersebut mulai dari kepalanya, terus tangannya hingga habis tak tersisa.”
Mendengar cerita Umar Rasul tertawa hingga kelihatan gigi grahamnya, Beliaupun bertanya,
”Dimana akal kalian waktu Itu?”
Umar Menjawab, “Akal kami memang pintar namun sesembahan kami yang menyesatkan kami.”
Lalu Rasul berkata kepada Umar,
”Ceritakan kepadaku Hal yang membuat aku menangis”?
Umarpun memulai ceritanya ”Dahulu aku punya seorang anak perempuan, aku ajak anak tersebut kesuatu tempat, Tiba ditempat yang aku tuju, aku mulai menggali sebuah lubang. Setiap kali tanah yang aku gali mengenai bajuku, maka anak perempuanku membersihkannya.
Dia tidak mengetahui sesungguhnya lubang yang aku gali adalah untuk menguburnya hidup-hidup, untuk persembahan berhala. Selesai menggali lubang, aku melempar anak perempuanku kedalam lubang. burrr….dia menangis kencang sambil menatap wajahku. Masih terngiang wajah anakku yang masih tidak mengerti apa yang dilakukan ayahnya sendiri dari bawah lubang."
Mendengar cerita itu Meneteslah air mata Rasul. Begitupun dengan Umar menyesali perbuatan Jahiliyyahnya sebelum dia mengenal Islam. (Cerita Islami)

Kamis, 05 April 2012

Pelajaran Berharga dari Pulau Solomon

Penduduk di Pulau Solomon, ketika akan membuka lahan bercocok tanam di dalam hutan, konon tidak perlu menebang dan membakar hutan. Mereka cukup beramai-ramai mengitari tiap pohon sambil berteriak-teriak jorok, membentak dan berkata kasar. Dengan cara ini, ternyata selang beberapa hari sesudahnya pohon-pohonan layu, kering, mati, dan akhirnya tumbang.

Selama ini tanpa sadar kita mungkin telah ”membunuh” anak, baik anak kita sendiri maupun anak didik kita, dengan cara yang hampir sama dengan cara orang Solomon: membentak keras saat anak melakukan kesalahan, mengucapkan kata-kata kasar, dan memberi stigma buruk dengan kata bodoh, ceroboh, malas, dan sebagainya. Maka jadilah anak-anak yang benar-benar bodoh, ceroboh, malas, dan lain-lain sebagaimana kita ucapkan.

Berhati-hatilah! Sebab rasanya tidak mungkin kita berniat ”membunuh” anak kita atau murid kita. Kita ingin mereka berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri, terampil, berkepribadian luhur, dan memiliki tanggung jawab. Tak mungkinlah kita berharap agar anak-anak kita menjadi ”layu”, dan akhirnya ”mati”.

Ketika kisah penduduk di Pulau Solomon ini saya share ke facebook saya, ada komentar teman yang mencoba menghibur saya: ”Ah, masak segitunya, Bang?”

Sepertinya, teman saya menganggap saya membesar-besarkan masalah. Memang, kisah yang saya ceritakan di atas mungkin terlalu dramatis, saya akui. Saya memang terpengaruh dengan sebuah dealog dalam film India berjudul ”Taare Zamen Par”. Tapi esensinya sangat penting dan realistis untuk kita implementasikan dalam pendidikan anak-anak kita.

Film ini mengisahkan seorang anak jenius tetapi mengalami kesulitan mengingat simbol angka maupun huruf. Huruf ”b” bertukar dengan huruf ”d”, huruf ”z” dengan ”s”, angka ”6” dengan angka ”9”, dan sebagainya. Ketika membaca buku, si anak jenius melihat huruf-huruf bergerak-gerak seperti menari-nari. Dia pun tertawa tanpa sepatah kata pun terucapkan.
Lalu, guru menilainya sebagai anak bodoh, anak terbelakang, dan anak nakal. Di rumah si anak mengalami kekerasan dari ayahnya dan membandingkannya dengan kakaknya yang selalu penurut dan juara pelajaran maupun olah raga.

Untunglah, ketika si anak diasingkan di sebuah sekolah berasrama, dia bertemu dengan sosok seorang guru yang humanis, sabar, empatik, nyeni, dan pernah mengalami kasus yang sama dengan si anak jenius. Di sinilah kemudian terungkap bahwa si anak ini mengalami kelainan bawaan yang bernama ”dislexia”. Apa itu dislexia? Singkatnya suatu kondisi yang tidak bisa membaca. Melihat huruf seperti menari-nari. Jadi orang yang mengalami kelainan ini pada masa kecil akan dikatakan bodoh, karena mereka tidak dapat membaca
. Dia jenius, tapi memang butuh perlakuan khusus.

Guru ini berhasil menolong anak jenius berkembang dengan kecerdasan melebihi anak-anak pintar di kelasnya, pada saat hampir saja anak itu mengalami depresi, putus asa dan ”mati”.
Ternyata, Albert Einstein, Leonardo da Vinci, Bill Gates, James Watt, Thomas Alfa Edison, Agatha Christie dan tokoh-tokoh lain dalam sejarah dunia adalah anak-anak ”dislexia”.

Alangkah sayangnya kalau tokoh-tokoh yang banyak mengubah dunia ini tak tertolong saat kecilnya. Dan mungkin banyak anak-anak seperti ini ada di sekitar kita.

Sebuah pencerahan bagi kita, baik sebagai orang tua maupun seorang guru: Terimalah anak-anak kita apa adanya. Bantulah mereka saat mengalami kesulitan, sugestilah dengan kata-kata positif, dan biarlah mereka berkembang sesuai jati dirinya. Tanpa kekerasan, tanpa kata-kata kotor, dan tanpa stigma buruk. Hentikan memvonis anak kita dengan kata ”dasar bodoh”, ”dasar malas”, ”dasar bandel”, dan sejenisnya!

Ada sebuah penelitian yang diceritakan Ajah Brahm, seorang Amerika lulusan Fisika yang memilih menjadi biksu di pedalaman hutan Thailand. Anak-anak satu jenjang pendidikan dibagi dua kelas, kelas A dan kelas B. Kelas A diberi label kelas unggulan dan kelas B diberi label kelas biasa.

Tanpa sepengetahuan siapa-siapa (kecuali peneliti), anak-anak dalam kedua kelas itu sebenarnya pada awalnya dapat dikatakan homogen, atau tidak ada perbedaan yang siginikan. Sama-sama pintar, sama-sama cerdas. Lalu, keduanya diajar dengan guru-guru yang sama, metode yang sama dan fasilitas yang sama. Perbedaan perlakuan hanya pada pemberian label unggulan dan biasa.

Apa yang terjadi pada akhir tahun? Anak-anak dalam kelas unggulan ternyata memiliki prestasi yang benar-benar unggul, sementara anak-anak dalam kelas biasa, prestasinya juga biasa-biasa saja. Sebuah bukti ilmiah bahwa anak-anak akan menjadi yang seperti kita labelkan padanya.



MULYOTOGuru Matematika SMK Negeri 1 Pungging Mojokerto.

Sedikit mengasah otak kiri...

KEAJAIBAN MATEMATIKA

1 x 8 + 1 = 9
12 x 8 + 2 = 98
123 x 8 + 3 = 987
1234 x 8 + 4 = 9876
12345 x 8 + 5 = 98765
123456 x 8 + 6 = 987654
1234567 x 8 + 7 = 9876543
12345678 x 8 + 8 = 98765432
123456789 x 8 + 9 = 987654321

1 x 9 + 2 = 11
12 x 9 + 3 = 111
123 x 9 + 4 = 1111
1234 x 9 + 5 = 11111
12345 x 9 + 6 = 111111
123456 x 9 + 7 = 1111111
1234567 x 9 + 8 = 11111111
12345678 x 9 + 9 = 111111111
123456789 x 9 + 10 = 1111111111

9 x 9 + 7 = 88
98 x 9 + 6 = 888
987 x 9 + 5 = 8888
9876 x 9 + 4 = 88888
98765 x 9 + 3 = 888888
987654x 9 + 2 = 8888888
9876543 x 9 + 1 = 88888888
98765432 x 9 + 0 = 888888888

Hebatkan?
Coba lihat simetri ini :

1 x 1 = 1
11 x 11 = 121
111 x 111 = 12321
1111 x 1111 = 1234321
11111 x 11111 = 123454321
111111 x 111111 = 12345654321
1111111 x 1111111 = 1234567654321
11111111 x 11111111 = 123456787654321
111111111 x 111111111 = 123456789876543 21

kurang hebat,,,,
Sekarang lihat ini

Jika ABCDEFGHIJKLMNO PQRSTUVWXYZ

Disamakan sebagai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Maka, kata KERJA KERAS bernilai :
11 + 5 + 18 + 10 + 1 + 11 + 5 + 18 + 19 + 1 = 99%

H-A-R-D-W-O-R-K
8 + 1 + 18 + 4 + 23 + !5 + 18 + 11 = 99%

K-N-O-W-L-E-D-G -E
11 + 14 + 15 + 23 + 12 + 5 + 4 + 7 + 5 = 96%

A-T-T-I-T-U-D-E
1 + 20 + 20 + 9 + 20 + 21 + 4 + 5 = 100%

Sikap diri atau ATTITUDE adalah perkara utama untuk mencapai 100% dalam hidup kita. Jika kita kerja keras sekalipun tapi tidak ada ATTITUDE yang positif didalam diri, kita masih belum mencapai 100%.

Tapi, LOVE OF GOD
12 + 15 + 22 + 5 + 15 + 6 + 7 + 15 + 4 = 101%

atau, SAYANG ALLAH
19 + 1 + 25 + 1 + 14 + 7 + 1 + 12 + 12 + 1 + 8 = 101%

subhanallah.... ^_^

Sabtu, 31 Maret 2012

Aku Rindu Pada-Mu...

Dalam perjalananku, disebuah lorong gua, sebuah titik terang benderang di ujung sana, aku hampiri...Ooh begitu indah & sejuknya cahaya-Mu...Aku terus melangkah & teruus...kulihat hamparan daerah yg sangat terang tapi tidak menyilaukan, kusempatkan bermunajat disitu...kemudian tak sadarkan hingga bertemu dengan suatu daerah yg  pernah kukenal tapi belum pernah kujamah...Subhannallah, ternyata cumi(cuma mimpi)...yaa Robb...ampuni hamba...

Jumat, 30 Maret 2012

Bagaimana Menyikapi Perbedaan Madzab?


PERTANYAAN:
Bagi masyarakat indonesia yang diturki, ketika hidup di turki banyak dijumpai aneka mazhab. Misalnya cara shalat, kebiasaan berdzikir habis shalat, shalat sunnah bersama-sama sehabis shalat fardlu baru berdzikir. Bagaimana menyikapi perbedaan mazhab ustadz?
 
JAWABAN:
Di Turki, madzhab yang dipegang oleh mayoritas masyarakatnya adalah madzhab Hanafi, seperti juga di Mesir. Berbeda dengan di Indonesia yang secara umum bermadzhab Syafi’i, atau di Saudi Arabia yang bermadzhab Hanbali, atau di negara-negara Arab di Afrika Utara yang bermadzhab Maliki seperti Tunisia, Aljazair, dan Maroko.
Itu adalah empat madzhab yang termahsyur, walaupun ada 5 madzhab lain yang juga besar. Masing-masing madzhab itu berbeda dalam beberapa cara ibadah. Mengapa? Padahal Rasul kita satu, Qur’an kita satu. Mengapa mereka semua tidak menurut saja dengan cara ibadah Rasulullah? Jika semuanya berteguh dengan cara-cara ibadah Rasulullah, harusnya tidak akan berbeda pendapat kan? Lalu untuk apa ada madzhab yang berbeda-beda? Apakah madzhab-madzhab itu keberadaannya hanya untuk memecah belah umat saja? Semua persoalan ini tidak akan terfahami kecuali jika kembali ke pokok ceritanya.
Semua dari Qur’an dan Rasul yang satu
Al-Qur’an turun dalan bahasa Arab. Salah satu hikmahnya, karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling kokoh dan perbendaharaan katanya paling luas. Misalnya, untuk sebuah kata ‘cerdas’ saja ada 4000 sinonimnya, untuk ‘singa’ ada 500 kata yang bisa dipakai, apalagi untuk ungkapan-ungkapan sehari-hari. Dengan kekokohan bahasa ini, ia dipilih Allah sebagai bahasa untuk memediatori pesan-pesan-Nya. Dan para sahabat Rasulullah adalah manusia-manusia yang paling menguasai samudera bahasa Arab ini, hingga rahasia-rahasia sastranya.  Sehingga generasi pertama muslim, adalah generasi yang sangat memahami Qur’an dalam bahasa Arab, ini faktor pertama.
Kedua, mereka hidup bersama Rasulullah, sehingga mereka mendapatkan langsung tafsiran dan instruksi semua perintah Qur’an. Itulah yang disebut Sunnah, atau sering disebut Hadist. Yaitu semua yang berkaitan dengan arahan Rasulullah untuk mempraktikan Qur’an.
Kedekatan generasi pertama dengan bahasa Qur’an dan penjelasan Rasul [Sunnah], membuat mereka mudah memahami inti ajaran Islam. Sehingga misalnya, ketika mereka mendapatkan sebuah ayat seperti ‘‘kutiba ‘alaikumushhiyâm‘’ secara bahasa artinya, ‘’telah dituliskan untuk kalian puasa’’, mereka faham bahwa status ayat itu adalah wajib atau ‘puasa wajib bagi kamu’, ditambah lagi dengan contoh langung Rasulullah yang mereka saksikan oleh mata kepala sendiri. Qur’an dan Sunnah mencukupi hidup mereka. Tidak ada yang namanya ilmu Fiqh, atau Akidah, atau ilmu-ilmu Islam yang kita kenal sekarang, karena semua itu built-in dalam diri mereka. Bukan karena mereka tidak butuh, tapi karena mereka sudah faham secara otomatis melalui teks-teks Islam [Qur’an-Sunnah]
Kebutuhan terhadap Madzhab
Dengan berlalu waktu, kemampuan linguistik untuk memahami sumber asli itu makin berkurang, bagi anak-cucu generasi sahabat itu. Sehingga mereka tidak lagi mampu memahami teks-teks Islam [Qur’an-Sunnah] secara langsung. Misalnya, jika mereka membaca ayat ‘’wa anfiqu fî sabîlillâh’’ [bernafkahlah di jalan Allah], tidak semua masyarakat muslim tahu status ayat ini, apakah bernafkah itu wajib, atau sunnah, atau mubah [boleh]? Jika wajib, kapan wajibnya? Berapa?
Oleh karena itulah mereka merasa membutuhkan sebuah perangkat. Dan perangkat itu namanya Ilmu Fiqh, secara ringkas artinya ilmu tentang detail hukum-hukum ibadah, apakah itu wajib, sunnah, mubah, makruh, atau haram.
Tapi tidak semua mampu merumuskan ilmu fiqh untuk seluruh Ibadah dalam Islam. Karena ia membutuhkan kepakaran dalam ilmu bahasa arab, logika, sejarah, hadist, dll. Maka tidak banyak yang mampu merumuskan ilmu itu.
Yang paling mahsyur dalam menuliskan ilmu fiqh secara kokoh ada empat, yaitu Imam Malik, imam Hanafi, imam Syafi’i, dan Imam Hanbali. Keempat imam inilah yang hingga saat ini banyak diikuti madzhabnya. Bukan karena hanya mereka yang mempunyai sepaket ilmu fiqh, tapi karena merekalah yang mempunyai metodologi dan pembahasan fiqh paling komprehensif.
Sejak adanya keempat imam madzhab itu di abad ke 2 hijriyyah, umat Islam awam lebih mudah mempelajari tata cara ibadah. Karena mereka hanya tinggal mengikuti arahan-arahan yang dijelaskan Sang Imam. Dan arahan-arahan itu jelas berdalilkan hadist-hadist Rasulullah dan bertanggungjawab. Berbeda dengan para pembelajar khusus, yang mempunyai kemampuan penelaahan. Mereka tidak terlalu butuh untuk mengikuti arahan-arahan keempat imam itu, karena mereka mempunyai perangkat untuk mengkaji sendiri.
Pertanyaannya, mengapa para Imam Madzhab itu bisa berbeda? Padahal misalnya Imam Syafii berguru ke Imam Malik selama 9 tahun?
Madzhab Pasti Berbeda
 
Perbedaan itu ada dalam metodologi pengkajian mereka. Metodologi itu disebut ilmu Ushul Fiqh. Misalnya, ayat tentang Salat. Rasulullah menjelaskan tata cara salat sepanjang hidupnya, berkali-kali, dibanyak kesempatan, di banyak situasi. Sehingga penjelasan salat itu bervariasi.  Hadist-hadist yang berhubungan dengan salat atau ibadah secara umum itu waris-terwariskan dengan teliti hingga sampai ke zaman para imam madzhab, bahkan sampai ke zaman kita.
Secara ringkas, masing-masing imam dalam madzhabnya itu menjelaskan tata cara salat sesuai dengan hadist-hadist itu. Tapi karena hadist-hasit itu banyak, perbedaan ada disini. Hadist-hadist yang dijadikan metodologi pembahasan Imam Malik mungkin berbeda dengan hadist yang diambil Syafi’i, berbeda juga dengan yang diambil Hanafi dan Hanbali. Disinilah letak perbedaannya. Baik itu dalam urusan dzikir pasca salat, puasa, haji, qurban, mandi, tidur, makan, peradilan, politik, ekonomi.
Perbedaan itu ada dalam landasan dalil yang diambil oleh para Imam Madzhab. Tapi pada dasarnya semua pandangan setiap imam itu mempunyai dalil, terlepas jika dalil-dalil itu kuat, logis, atau lemah, tidak akurat, itu lain soal. Tapi saat pembuatan ilmu fiqh itu, keempat imam madzhab telah berjuang untuk merangkum ajaran Islam sesuai metodologi pengkajiannya masing-masing.
Relevansi Madzhab di Abad 21
Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, apakah tata cara ibadah Islam yang agung yang luas ini hanya terbatas dan terangkum dalam keempat madzhab itu?
Tentu tidak. Karena ada madzhab-madhzab lain, misalnya madzhab Adz-Dzhâhiriyyah di Andalus Spayol. Tapi secara umum, keempat madzhab itulah yang paling mampu menjawab semua persoalan umat sepanjang zaman.
Saat ini umat Islam secara umum masih membutuhkan madzhab-madzhab itu. Karena kemampuan memahami sumber-sumber Islam secara langsung tidak lagi dimiliki oleh umat. Misalnya, seorang pengusaha yang tidak mempunyai akses dan kemampuan mengkaji literatur-literatur Islam bahasa Arab, bagaimana dia mencari penjelasan untuk menjalankan ekonominya sesuai cara Rasul? Apakah ia mencari terjemahan hadist-hadist secara acak, lalu dari berbagai keterangan hadist yang berbeda itu, ia memilih yang paling mudah. Apapun hadistnya, ia mencari hadist yang paling ringan dan cocok dengan keinginannnya. Ini tidak boleh. Karena artinya ia menjadikan Islam mengikuti seleranya, bukan mencari arahan yang terbaik lalu mengikutinya.
Sehingga bagi masyarakat umum, sebaiknya mengikuti salah satu madzhab dan konsisten dengannya. Dan disini tidak termasuk kedalam kategori taklid buta, karena madzhab-madhzab yang ada mempunyai landasan-landasan syar’i dalam setiap pembahasannya. Dari sinilah difahami mengapa bagi komunitas atau masyarakat negara tertentu memegang satu madzhab dan berbeda dengan masyarakat di daerah lain.
Dari pandangan ini, maka tidak usah aneh, jika melihat tata cara ibadah di negara lain berbeda dengan Indonesia yang mayoritasnya bermadzhab Syafi’i. Karena mungkin saja, berbedaan itu bersumber dari madzhad mereka yang berbeda, sepereti Madzhab Hanafi di Turki. Yang diperlukan hanyalah memahami, belajar menerima perbedaan, belajar mengerti sudut pandang ibadah dari madzhab lain yang semuanya bersumber dari Rasulullah. Tidak berarti semuanya benar, karena kebenaran itu hanya satu, tapi bukan manusia yang menentukan tatacara mana yang paling benar karena memang manusia tidak akan pernah tahu, hanya Allah Yang Mengetahui mana yang paling benar.
Sikap umat Islam hanyalah berusaha mencari pandangan yang dirasa paling dekat dengan ibadah Rasulullah. Jika dikalkulasi dari keempat madzhab yang ada, masih terlalu banyak persamaan tatacara ibadah dibanding perbendaannya. Terutama perbedaan-perbedaan itu bukan dalam hal-hal yang pokok, seperti tauhid, atau dakwah. Perbedaan-perbedaan itu biasanya ada dalam persoalan cabang yang detail seperti bacaan dzikir yang berbeda-beda versi sesuai hadist yang dirujuk, atau bacaan salat sebelum al-Fatihah. Bahkan jika salah satu madzhab salah mengambil dalil dalam salah satu teknik ibadah, itupun bukan persoalan besar di akhirat Insya Allah, karena Rasulullah menjelaskan jika pemilihan dalil [ijtihad] itu salah karena dalil itu tidak terlalu relevan misalnya maka ia mendapat satu pahala, dan jika benar ia mendapat dua pahala.
Kemungkinan tidak bermadzhab   
Bagi sebagian kalangan yang mempunyai kemampuan mengkaji literatur-literatur asli Islam secara sistematis, sebaiknya tidak mencukupkan dirinya dengan mengikuti salah satu madzhab saja, tapi mengkaji setiap detail persoalan ibadah, dan mencari pandangan yang paling akurat dengan perangkat ilmu yang ia miliki. Dengan begitu, ia lebih yakin, bahwa ibadah-ibadah yang ia lakukan tidak sekedar mengikuti kesimpulan yang diambil 13 abad yang lalu oleh para Imam madzhab, tapi karena ia mengkaji secara ilmiah dalam forum ilmiah, dalil mana yang terbaik. Oleh karena itulah Hasan al-Banna mengatakan dalam Kumpulan Risalahnya ‘’Setiap muslim yang belum mencapai kemampuan telaah terhadap dalil-dalil hukum furu’ (cabang), hendaklah mengikuti pemimpin agama. Meskipun demikian, alangkah baiknya jika -bersamaan dengan sikap mengikutnya ini- ia berusaha semampu yang ia lakukan untuk mempelajari dalil-dalilnya. Hendaknya ia menerima setiap masukan yang disertai dengan dalil selama ia percaya dengan kapasitas orang yang memberi masukan itu. Dan hendaknya ia menyempurnakan kekurangannya dalam hal ilmu pengetahuan Jika ia termasuk orang pandai, hingga mencapai derajat penelaah…..perbedaan pendapat dalam masalah fiqih furu’ (cabang) hendaknya tidak menjadi faktor pemecah belah dalam agama, tidak menyebabkan permusuhan dan tidak juga kebencian. Setiap mujtahid [yang melakukan ijtihad] mendapatkan pahalanya. Sementara itu, tidak ada larangan melakukan studi ilmiah yang jujur terhadap persoalan khilafiyah dalam naungan kasih sayang dan saling membantu karena Allah untuk menuju kepada kebenaran. Semua itu tanpa melahirkan sikap egois dan fanatik’’.

Muhammad ELVANDI

Kamis, 29 Maret 2012

Dosa yang lebih besar dari zina!


Di zaman Nabi Musa as, terlihat seorang wanita berjalan tanpa tujuan. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa dia berada dalam duka cita yang mendalam. Kerudungnya menutup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah dialaminya.
Ia melangkah tertatih-tatih mendekati kediaman Nabi Musa as. Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam “Silakan masuk”. Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala dia berkata, “Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya.” “Apakah dosamu wahai wanita?” tanya Nabi Musa as terkejut. “Saya takut mengatakannya. ” jawab wanita cantik. “Katakanlah jangan ragu-ragu!” desak Nabi Musa.
Maka perempuan itupun terpatah bercerita, “Saya ……telah berzina” Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, “Dari perzinaan itu saya pun……lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya……. Cekik lehernya sampai……mati”, ucap wanita itu seraya menagis sejadi-jadinya. Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang dia menghardik perempuan tersebut. “Hengkang kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi..! “…teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.
Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terhantuk-hantuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya sangat memilukan. Ia tak tahu harus ke mana lagi hendak mengadu. Bahkan dia tidak tahu mau melangkah ke mana lagi kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya?
Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa setelah kepergiannya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, “Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?” Nabi Musa terperanjat.

“Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina Dan pembunuh itu?” Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. “Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?” ” Ada..!” jawab Jibril dengan tegas. “Dosa apakah itu?” tanya Musa kian penasaran. “Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina. Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.
Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sholat itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti mereka seakan-akan menganggap remeh perintah Allah, bahkan seolah-olah menganggap Allah tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertaubat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh bererti masih mempunyai iman di hatinya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Allah pasti menerima kedatangannya.
Dalam hadits Nabi SAW disebutkan, Maksud Hadits: “Orang yang meninggalkan solat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur’an, membunuh 70 nabi Dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka’bah”.
Ibnu Abbas, berkata, Maksud Hadist: “Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Awalnya orang yang meninggalkan sholat itu, bukanlah dia termasuk golongan Islam. Allah tidak terima tauhid dan imannya dan tidak ada faedah shodakah, puasa dan syahadatnya”. Alhadist.
Maksud Hadist: “Siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka sesungguhnya dia telah kafir dengan nyata”.
Maka dari itu, dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, bukan saja diperlihatkan tentang balasan orang yang beramal baik, tetapi juga diperlihatkan balasan orang yang berbuat mungkar, diantaranya siksaan bagi yang meninggalkan Sholat fardhu.
Mengenai balasan orang yang meninggalkan Sholat Fardu: “Rasulullah SAW, diperlihatkan pada suatu kaum yang membenturkan kepala mereka pada batu, Setiap kali benturan itu menyebabkan kepala pecah, kemudian ia kembali kepada keadaan semula dan mereka tidak terus berhenti melakukannya. Lalu Rasulullah bertanya: “Siapakah ini wahai Jibril”? Jibril menjawab: “Mereka ini orang yang berat kepalanya untuk menunaikan Sholat fardhu”. (Riwayat Tabrani).
Orang yang meninggalkan Sholat akan dimasukkan ke dalam Neraka Saqor. Maksud Firman Allah Ta’ala: “..Setelah melihat orang-orang yang bersalah itu, mereka berkata: “Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam Neraka Saqor ?”. Orang-orang yang bersalah itu menjawab: “kami termasuk dalam kumpulan orang-orang yang tidak mengerjakan Sholat” Al-ayat.
Saad bin Abi Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai orang yang melalaikan Sholat, maka jawab Baginda SAW, “yaitu mengakhirkan waktu Sholat dari waktu asalnya hingga sampai waktu Sholat lain. Mereka telah menyia-nyiakan dan melewatkan waktu Sholat, maka mereka diancam dengan Neraka Wail”.
Ibn Abbas dan Said bin Al-Musaiyib turut menafsirkan hadist di atas “yaitu orang yang melengah-lengahkan Sholat mereka sehingga sampai kepada waktu Sholat lain, maka bagi pelakunya jika mereka tidak bertaubat Allah menjanjikan mereka Neraka Jahannam tempat kembalinya”.
Berdasarkan hadist ini, Sebagaian besar ulama (termasuk Imam Syafi’i) berfatwa: Tidak wajib memandikan, mengkafankan dan mensholatkan jenazah seseorang yang meninggal dunia dan mengaku Islam, tetapi tidak pernah mengerjakan sholat. Bahkan, ada yang mengatakan haram mensholatkanya.
Siksa Kubur Dan Neraka Sangat Dahsyat
Mereka yang meninggalkan sholat akan menerima siksa di dunia, di alam kubur dan di hari Qiamat yang terdiri dari tiga siksaan.
Tiga jenis siksa di dalam kubur yaitu:
1. Kuburnya akan berhimpit-himpit serapat mungkin sehingga meremukkan tulang-tulang dada.
2. Dinyalakan api di dalam kuburnya dan api itu akan membelit dan membakar tubuhnya siang dan malam tiada henti-henti.
3.Akan muncul seekor ular yang bernama “Sujaul Aqra” Ia akan berkata, kepada si mati dengan suaranya bagai halilintar: “Aku disuruh oleh Allah memukulmu sebab meninggalkan sholat dari Subuh hingga Dhuhur, kemudian dari Dhuhur ke Asar, dari Asar ke Maghrib dan dari Maghrib ke Isya’ hingga Subuh”. Ia dipukul dari waktu Subuh hingga naik matahari, kemudian dipukul dan dibenturkan hingga terjungkal ke perut bumi karena meninggalkan Sholat Dhuhur. Kemudian dipukul lagi karena meninggalkan Sholat Asar, begitulah seterusnya dari Asar ke Maghrib, dari Maghrib ke waktu Isya’ hingga ke waktu Subuh lagi. Demikianlah seterusnya siksaan oleh “Sajaul Aqra” hingga hari Qiamat.
Didalam Neraka Jahanam terdapat wadi (lembah) yang didalamnya terdapat ular-ular berukuran sebesar tengkuk unta dan panjangnya sebulan perjalanan. Kerjanya tiada lain kecuali menggigit orang-orang yang tidak mengerjakan Sholat semasa hidup mereka. Bisa ular itu juga menggelegak di di badan mereka selama 70 tahun sehingga hancur seluruh daging badan mereka. Kemudian tubuh kembali pulih, lalu digigit lagi dan begitulah seterusnya.
Maksud Hadist: “orang yang meninggalkan sholat, akan Allah hantarkan kepadanya seekor ular besar bernama “Suja’ul Akra”, yang matanya memancarkan api, mempunyai tangan dan berkuku besi, dengan membawa alat pemukul dari besi berat”
Wahai Saudaraku Ummat Islam, mari kita merenung sejenak tentang ancaman azab bagi yang meninggalkan sholat Fardhu. Apa guna kita hidup di dunia sekalipun berlimpah harta jika kita termasuk golongan orang-orang yang (kafir) meninggalkan sholat..?, barang siapa meninggalkan Sholat, maka ia telah menjadi kafir dengan nyata…! Orang yang meninggalkan sholat, ia wajib menerima azab Allah Ta’ala..! Orang yang meninggalkan sholat, tidak akan mendapat Syafa’at Nabi Muhammad SAW, karena mereka telah menjadi kafir dan orang kafir tidak berhak mendapat Syafa’at Nabi Muhammad SAW. Ancaman Allah Ta’ala terhadap orang-orang yang meninggalkan sholat bukan sekedar gertakan belaka. Sungguh ancaman Allah Ta’ala akan terbukti kelak di akhirat. “…sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janji”.