Sesibuk apapun waktu-waktuku, tarbiyah dan da'wah harus tetap no.1...Bismillah
Sabtu, 31 Maret 2012
Aku Rindu Pada-Mu...
Dalam perjalananku, disebuah lorong gua, sebuah titik terang benderang di ujung sana, aku hampiri...Ooh begitu indah & sejuknya cahaya-Mu...Aku terus melangkah & teruus...kulihat hamparan daerah yg sangat terang tapi tidak menyilaukan, kusempatkan bermunajat disitu...kemudian tak sadarkan hingga bertemu dengan suatu daerah yg pernah kukenal tapi belum pernah kujamah...Subhannallah, ternyata cumi(cuma mimpi)...yaa Robb...ampuni hamba...
Jumat, 30 Maret 2012
Bagaimana Menyikapi Perbedaan Madzab?
PERTANYAAN:
Bagi masyarakat indonesia yang diturki,
ketika hidup di turki banyak dijumpai aneka mazhab. Misalnya cara
shalat, kebiasaan berdzikir habis shalat, shalat sunnah bersama-sama
sehabis shalat fardlu baru berdzikir. Bagaimana menyikapi perbedaan
mazhab ustadz?
JAWABAN:
Di Turki, madzhab yang dipegang oleh
mayoritas masyarakatnya adalah madzhab Hanafi, seperti juga di
Mesir. Berbeda dengan di Indonesia yang secara umum bermadzhab Syafi’i,
atau di Saudi Arabia yang bermadzhab Hanbali, atau di negara-negara Arab
di Afrika Utara yang bermadzhab Maliki seperti Tunisia, Aljazair, dan
Maroko.
Itu adalah empat madzhab yang
termahsyur, walaupun ada 5 madzhab lain yang juga besar. Masing-masing
madzhab itu berbeda dalam beberapa cara ibadah. Mengapa? Padahal Rasul
kita satu, Qur’an kita satu. Mengapa mereka semua tidak menurut saja
dengan cara ibadah Rasulullah? Jika semuanya berteguh dengan cara-cara
ibadah Rasulullah, harusnya tidak akan berbeda pendapat kan? Lalu untuk
apa ada madzhab yang berbeda-beda? Apakah madzhab-madzhab itu
keberadaannya hanya untuk memecah belah umat saja? Semua persoalan ini
tidak akan terfahami kecuali jika kembali ke pokok ceritanya.
Semua dari Qur’an dan Rasul yang satu
Al-Qur’an turun dalan bahasa Arab.
Salah satu hikmahnya, karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling kokoh
dan perbendaharaan katanya paling luas. Misalnya, untuk sebuah kata
‘cerdas’ saja ada 4000 sinonimnya, untuk ‘singa’ ada 500 kata yang bisa
dipakai, apalagi untuk ungkapan-ungkapan sehari-hari. Dengan kekokohan
bahasa ini, ia dipilih Allah sebagai bahasa untuk memediatori
pesan-pesan-Nya. Dan para sahabat Rasulullah adalah manusia-manusia yang
paling menguasai samudera bahasa Arab ini, hingga rahasia-rahasia
sastranya. Sehingga generasi pertama muslim, adalah generasi yang
sangat memahami Qur’an dalam bahasa Arab, ini faktor pertama.
Kedua, mereka hidup bersama Rasulullah,
sehingga mereka mendapatkan langsung tafsiran dan instruksi semua
perintah Qur’an. Itulah yang disebut Sunnah, atau sering disebut Hadist.
Yaitu semua yang berkaitan dengan arahan Rasulullah untuk mempraktikan
Qur’an.
Kedekatan generasi pertama dengan
bahasa Qur’an dan penjelasan Rasul [Sunnah], membuat mereka mudah
memahami inti ajaran Islam. Sehingga misalnya, ketika mereka mendapatkan
sebuah ayat seperti ‘‘kutiba ‘alaikumushhiyâm‘’ secara bahasa artinya, ‘’telah dituliskan untuk kalian puasa’’,
mereka faham bahwa status ayat itu adalah wajib atau ‘puasa wajib bagi
kamu’, ditambah lagi dengan contoh langung Rasulullah yang mereka
saksikan oleh mata kepala sendiri. Qur’an dan Sunnah mencukupi hidup
mereka. Tidak ada yang namanya ilmu Fiqh, atau Akidah, atau ilmu-ilmu
Islam yang kita kenal sekarang, karena semua itu built-in dalam diri
mereka. Bukan karena mereka tidak butuh, tapi karena mereka sudah faham
secara otomatis melalui teks-teks Islam [Qur’an-Sunnah]
Kebutuhan terhadap Madzhab
Dengan berlalu waktu, kemampuan
linguistik untuk memahami sumber asli itu makin berkurang, bagi
anak-cucu generasi sahabat itu. Sehingga mereka tidak lagi mampu
memahami teks-teks Islam [Qur’an-Sunnah] secara langsung. Misalnya, jika
mereka membaca ayat ‘’wa anfiqu fî sabîlillâh’’ [bernafkahlah di jalan Allah], tidak
semua masyarakat muslim tahu status ayat ini, apakah bernafkah itu
wajib, atau sunnah, atau mubah [boleh]? Jika wajib, kapan wajibnya?
Berapa?
Oleh karena itulah mereka merasa
membutuhkan sebuah perangkat. Dan perangkat itu namanya Ilmu Fiqh,
secara ringkas artinya ilmu tentang detail hukum-hukum ibadah, apakah
itu wajib, sunnah, mubah, makruh, atau haram.
Tapi tidak semua mampu merumuskan ilmu
fiqh untuk seluruh Ibadah dalam Islam. Karena ia membutuhkan kepakaran
dalam ilmu bahasa arab, logika, sejarah, hadist, dll. Maka tidak banyak
yang mampu merumuskan ilmu itu.
Yang paling mahsyur dalam menuliskan
ilmu fiqh secara kokoh ada empat, yaitu Imam Malik, imam Hanafi, imam
Syafi’i, dan Imam Hanbali. Keempat imam inilah yang hingga saat ini
banyak diikuti madzhabnya. Bukan karena hanya mereka yang mempunyai
sepaket ilmu fiqh, tapi karena merekalah yang mempunyai metodologi dan
pembahasan fiqh paling komprehensif.
Sejak adanya keempat imam madzhab itu
di abad ke 2 hijriyyah, umat Islam awam lebih mudah mempelajari tata
cara ibadah. Karena mereka hanya tinggal mengikuti arahan-arahan yang
dijelaskan Sang Imam. Dan arahan-arahan itu jelas berdalilkan
hadist-hadist Rasulullah dan bertanggungjawab. Berbeda dengan para
pembelajar khusus, yang mempunyai kemampuan penelaahan. Mereka tidak
terlalu butuh untuk mengikuti arahan-arahan keempat imam itu, karena
mereka mempunyai perangkat untuk mengkaji sendiri.
Pertanyaannya, mengapa para Imam Madzhab itu bisa berbeda? Padahal misalnya Imam Syafii berguru ke Imam Malik selama 9 tahun?
Madzhab Pasti Berbeda
Perbedaan itu ada dalam metodologi
pengkajian mereka. Metodologi itu disebut ilmu Ushul Fiqh. Misalnya,
ayat tentang Salat. Rasulullah menjelaskan tata cara salat sepanjang
hidupnya, berkali-kali, dibanyak kesempatan, di banyak situasi. Sehingga
penjelasan salat itu bervariasi. Hadist-hadist yang berhubungan dengan
salat atau ibadah secara umum itu waris-terwariskan dengan teliti
hingga sampai ke zaman para imam madzhab, bahkan sampai ke zaman kita.
Secara ringkas, masing-masing imam
dalam madzhabnya itu menjelaskan tata cara salat sesuai dengan
hadist-hadist itu. Tapi karena hadist-hasit itu banyak, perbedaan ada
disini. Hadist-hadist yang dijadikan metodologi pembahasan Imam Malik
mungkin berbeda dengan hadist yang diambil Syafi’i, berbeda juga dengan
yang diambil Hanafi dan Hanbali. Disinilah letak perbedaannya. Baik itu
dalam urusan dzikir pasca salat, puasa, haji, qurban, mandi, tidur,
makan, peradilan, politik, ekonomi.
Perbedaan itu ada dalam landasan dalil
yang diambil oleh para Imam Madzhab. Tapi pada dasarnya semua pandangan
setiap imam itu mempunyai dalil, terlepas jika dalil-dalil itu kuat,
logis, atau lemah, tidak akurat, itu lain soal. Tapi saat pembuatan ilmu
fiqh itu, keempat imam madzhab telah berjuang untuk merangkum ajaran
Islam sesuai metodologi pengkajiannya masing-masing.
Relevansi Madzhab di Abad 21
Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, apakah tata cara ibadah
Islam yang agung yang luas ini hanya terbatas dan terangkum dalam
keempat madzhab itu?
Tentu tidak. Karena ada madzhab-madhzab
lain, misalnya madzhab Adz-Dzhâhiriyyah di Andalus Spayol. Tapi secara
umum, keempat madzhab itulah yang paling mampu menjawab semua persoalan
umat sepanjang zaman.
Saat ini umat Islam secara umum masih
membutuhkan madzhab-madzhab itu. Karena kemampuan memahami sumber-sumber
Islam secara langsung tidak lagi dimiliki oleh umat. Misalnya, seorang
pengusaha yang tidak mempunyai akses dan kemampuan mengkaji
literatur-literatur Islam bahasa Arab, bagaimana dia mencari penjelasan
untuk menjalankan ekonominya sesuai cara Rasul? Apakah ia mencari
terjemahan hadist-hadist secara acak, lalu dari berbagai keterangan
hadist yang berbeda itu, ia memilih yang paling mudah. Apapun hadistnya,
ia mencari hadist yang paling ringan dan cocok dengan keinginannnya.
Ini tidak boleh. Karena artinya ia menjadikan Islam mengikuti seleranya,
bukan mencari arahan yang terbaik lalu mengikutinya.
Sehingga bagi masyarakat umum,
sebaiknya mengikuti salah satu madzhab dan konsisten dengannya. Dan
disini tidak termasuk kedalam kategori taklid buta, karena
madzhab-madhzab yang ada mempunyai landasan-landasan syar’i dalam setiap
pembahasannya. Dari sinilah difahami mengapa bagi komunitas atau
masyarakat negara tertentu memegang satu madzhab dan berbeda dengan
masyarakat di daerah lain.
Dari pandangan ini, maka tidak usah
aneh, jika melihat tata cara ibadah di negara lain berbeda dengan
Indonesia yang mayoritasnya bermadzhab Syafi’i. Karena mungkin saja,
berbedaan itu bersumber dari madzhad mereka yang berbeda, sepereti
Madzhab Hanafi di Turki. Yang diperlukan hanyalah memahami, belajar
menerima perbedaan, belajar mengerti sudut pandang ibadah dari madzhab
lain yang semuanya bersumber dari Rasulullah. Tidak berarti semuanya
benar, karena kebenaran itu hanya satu, tapi bukan manusia yang
menentukan tatacara mana yang paling benar karena memang manusia tidak
akan pernah tahu, hanya Allah Yang Mengetahui mana yang paling benar.
Sikap umat Islam hanyalah berusaha
mencari pandangan yang dirasa paling dekat dengan ibadah Rasulullah.
Jika dikalkulasi dari keempat madzhab yang ada, masih terlalu banyak
persamaan tatacara ibadah dibanding perbendaannya. Terutama
perbedaan-perbedaan itu bukan dalam hal-hal yang pokok, seperti tauhid,
atau dakwah. Perbedaan-perbedaan itu biasanya ada dalam persoalan cabang
yang detail seperti bacaan dzikir yang berbeda-beda versi sesuai hadist
yang dirujuk, atau bacaan salat sebelum al-Fatihah. Bahkan jika salah
satu madzhab salah mengambil dalil dalam salah satu teknik ibadah,
itupun bukan persoalan besar di akhirat Insya Allah, karena Rasulullah
menjelaskan jika pemilihan dalil [ijtihad] itu salah karena dalil itu
tidak terlalu relevan misalnya maka ia mendapat satu pahala, dan jika
benar ia mendapat dua pahala.
Kemungkinan tidak bermadzhab
Bagi sebagian kalangan yang mempunyai
kemampuan mengkaji literatur-literatur asli Islam secara sistematis,
sebaiknya tidak mencukupkan dirinya dengan mengikuti salah satu madzhab
saja, tapi mengkaji setiap detail persoalan ibadah, dan mencari
pandangan yang paling akurat dengan perangkat ilmu yang ia miliki.
Dengan begitu, ia lebih yakin, bahwa ibadah-ibadah yang ia lakukan tidak
sekedar mengikuti kesimpulan yang diambil 13 abad yang lalu oleh para
Imam madzhab, tapi karena ia mengkaji secara ilmiah dalam forum ilmiah,
dalil mana yang terbaik. Oleh karena itulah Hasan al-Banna mengatakan
dalam Kumpulan Risalahnya ‘’Setiap muslim yang belum mencapai
kemampuan telaah terhadap dalil-dalil hukum furu’ (cabang), hendaklah
mengikuti pemimpin agama. Meskipun demikian, alangkah baiknya jika
-bersamaan dengan sikap mengikutnya ini- ia berusaha semampu yang ia
lakukan untuk mempelajari dalil-dalilnya. Hendaknya ia menerima setiap
masukan yang disertai dengan dalil selama ia percaya dengan kapasitas
orang yang memberi masukan itu. Dan hendaknya ia menyempurnakan
kekurangannya dalam hal ilmu pengetahuan Jika ia termasuk orang pandai,
hingga mencapai derajat penelaah…..perbedaan pendapat dalam masalah
fiqih furu’ (cabang) hendaknya tidak menjadi faktor pemecah belah dalam
agama, tidak menyebabkan permusuhan dan tidak juga kebencian. Setiap
mujtahid [yang melakukan ijtihad] mendapatkan pahalanya. Sementara itu,
tidak ada larangan melakukan studi ilmiah yang jujur terhadap persoalan
khilafiyah dalam naungan kasih sayang dan saling membantu karena Allah
untuk menuju kepada kebenaran. Semua itu tanpa melahirkan sikap egois dan fanatik’’.
Muhammad ELVANDI
Kamis, 29 Maret 2012
Dosa yang lebih besar dari zina!
Di zaman Nabi Musa as, terlihat seorang wanita berjalan tanpa tujuan. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa dia berada dalam duka cita yang mendalam. Kerudungnya menutup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah dialaminya.
Ia melangkah tertatih-tatih mendekati kediaman Nabi Musa as. Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam “Silakan masuk”. Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala dia berkata, “Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya.” “Apakah dosamu wahai wanita?” tanya Nabi Musa as terkejut. “Saya takut mengatakannya. ” jawab wanita cantik. “Katakanlah jangan ragu-ragu!” desak Nabi Musa.
Maka perempuan itupun terpatah bercerita, “Saya ……telah berzina” Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, “Dari perzinaan itu saya pun……lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya……. Cekik lehernya sampai……mati”, ucap wanita itu seraya menagis sejadi-jadinya. Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang dia menghardik perempuan tersebut. “Hengkang kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi..! “…teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.
Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terhantuk-hantuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya sangat memilukan. Ia tak tahu harus ke mana lagi hendak mengadu. Bahkan dia tidak tahu mau melangkah ke mana lagi kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya?
Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa setelah kepergiannya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, “Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?” Nabi Musa terperanjat.
“Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina Dan pembunuh itu?” Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. “Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?” ” Ada..!” jawab Jibril dengan tegas. “Dosa apakah itu?” tanya Musa kian penasaran. “Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina. Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.
Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sholat itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti mereka seakan-akan menganggap remeh perintah Allah, bahkan seolah-olah menganggap Allah tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertaubat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh bererti masih mempunyai iman di hatinya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Allah pasti menerima kedatangannya.
Dalam hadits Nabi SAW disebutkan, Maksud Hadits: “Orang yang meninggalkan solat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur’an, membunuh 70 nabi Dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka’bah”.
Ibnu Abbas, berkata, Maksud Hadist: “Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Awalnya orang yang meninggalkan sholat itu, bukanlah dia termasuk golongan Islam. Allah tidak terima tauhid dan imannya dan tidak ada faedah shodakah, puasa dan syahadatnya”. Alhadist.
Maksud Hadist: “Siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka sesungguhnya dia telah kafir dengan nyata”.
Maka dari itu, dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, bukan saja diperlihatkan tentang balasan orang yang beramal baik, tetapi juga diperlihatkan balasan orang yang berbuat mungkar, diantaranya siksaan bagi yang meninggalkan Sholat fardhu.
Mengenai balasan orang yang meninggalkan Sholat Fardu: “Rasulullah SAW, diperlihatkan pada suatu kaum yang membenturkan kepala mereka pada batu, Setiap kali benturan itu menyebabkan kepala pecah, kemudian ia kembali kepada keadaan semula dan mereka tidak terus berhenti melakukannya. Lalu Rasulullah bertanya: “Siapakah ini wahai Jibril”? Jibril menjawab: “Mereka ini orang yang berat kepalanya untuk menunaikan Sholat fardhu”. (Riwayat Tabrani).
Orang yang meninggalkan Sholat akan dimasukkan ke dalam Neraka Saqor. Maksud Firman Allah Ta’ala: “..Setelah melihat orang-orang yang bersalah itu, mereka berkata: “Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam Neraka Saqor ?”. Orang-orang yang bersalah itu menjawab: “kami termasuk dalam kumpulan orang-orang yang tidak mengerjakan Sholat” Al-ayat.
Saad bin Abi Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai orang yang melalaikan Sholat, maka jawab Baginda SAW, “yaitu mengakhirkan waktu Sholat dari waktu asalnya hingga sampai waktu Sholat lain. Mereka telah menyia-nyiakan dan melewatkan waktu Sholat, maka mereka diancam dengan Neraka Wail”.
Ibn Abbas dan Said bin Al-Musaiyib turut menafsirkan hadist di atas “yaitu orang yang melengah-lengahkan Sholat mereka sehingga sampai kepada waktu Sholat lain, maka bagi pelakunya jika mereka tidak bertaubat Allah menjanjikan mereka Neraka Jahannam tempat kembalinya”.
Berdasarkan hadist ini, Sebagaian besar ulama (termasuk Imam Syafi’i) berfatwa: Tidak wajib memandikan, mengkafankan dan mensholatkan jenazah seseorang yang meninggal dunia dan mengaku Islam, tetapi tidak pernah mengerjakan sholat. Bahkan, ada yang mengatakan haram mensholatkanya.
Siksa Kubur Dan Neraka Sangat Dahsyat
Mereka yang meninggalkan sholat akan menerima siksa di dunia, di alam kubur dan di hari Qiamat yang terdiri dari tiga siksaan.
Tiga jenis siksa di dalam kubur yaitu:
1. Kuburnya akan berhimpit-himpit serapat mungkin sehingga meremukkan tulang-tulang dada.
2. Dinyalakan api di dalam kuburnya dan api itu akan membelit dan membakar tubuhnya siang dan malam tiada henti-henti.
3.Akan muncul seekor ular yang bernama “Sujaul Aqra” Ia akan berkata, kepada si mati dengan suaranya bagai halilintar: “Aku disuruh oleh Allah memukulmu sebab meninggalkan sholat dari Subuh hingga Dhuhur, kemudian dari Dhuhur ke Asar, dari Asar ke Maghrib dan dari Maghrib ke Isya’ hingga Subuh”. Ia dipukul dari waktu Subuh hingga naik matahari, kemudian dipukul dan dibenturkan hingga terjungkal ke perut bumi karena meninggalkan Sholat Dhuhur. Kemudian dipukul lagi karena meninggalkan Sholat Asar, begitulah seterusnya dari Asar ke Maghrib, dari Maghrib ke waktu Isya’ hingga ke waktu Subuh lagi. Demikianlah seterusnya siksaan oleh “Sajaul Aqra” hingga hari Qiamat.
Didalam Neraka Jahanam terdapat wadi (lembah) yang didalamnya terdapat ular-ular berukuran sebesar tengkuk unta dan panjangnya sebulan perjalanan. Kerjanya tiada lain kecuali menggigit orang-orang yang tidak mengerjakan Sholat semasa hidup mereka. Bisa ular itu juga menggelegak di di badan mereka selama 70 tahun sehingga hancur seluruh daging badan mereka. Kemudian tubuh kembali pulih, lalu digigit lagi dan begitulah seterusnya.
Maksud Hadist: “orang yang meninggalkan sholat, akan Allah hantarkan kepadanya seekor ular besar bernama “Suja’ul Akra”, yang matanya memancarkan api, mempunyai tangan dan berkuku besi, dengan membawa alat pemukul dari besi berat”
Wahai Saudaraku Ummat Islam, mari kita merenung sejenak tentang ancaman azab bagi yang meninggalkan sholat Fardhu. Apa guna kita hidup di dunia sekalipun berlimpah harta jika kita termasuk golongan orang-orang yang (kafir) meninggalkan sholat..?, barang siapa meninggalkan Sholat, maka ia telah menjadi kafir dengan nyata…! Orang yang meninggalkan sholat, ia wajib menerima azab Allah Ta’ala..! Orang yang meninggalkan sholat, tidak akan mendapat Syafa’at Nabi Muhammad SAW, karena mereka telah menjadi kafir dan orang kafir tidak berhak mendapat Syafa’at Nabi Muhammad SAW. Ancaman Allah Ta’ala terhadap orang-orang yang meninggalkan sholat bukan sekedar gertakan belaka. Sungguh ancaman Allah Ta’ala akan terbukti kelak di akhirat. “…sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janji”.
Rabu, 28 Maret 2012
Nggak Shalat ...??? Jangan Dianggap Enteng lho ....
oleh MAJELIS RATIB DAN MAULID HABIB ABU BAKAR BIN ALWI ALHABSY pada 8 Januari 2011 pukul 20:44 ·
Ketika engkau bersembahyang ... Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan ... Partikel udara dan ruang hampa bergetar ... Bersama-sama mengucapkan Allahu Akbar ... Bacaan Al-Fatihah dan surah ... Membuat kegelapan terbuka matanya ... Setiap doa dan pernyataan pasrah ... Membentangkan jembatan cahaya ... Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi ... Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri ... Kemudian mim sujudmu menangis.. Di dalam cinta Allah hati gerimis ... Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup .... Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup .... Ilmu dan peradaban takkan sampai .... Kepada asal mula setiap jiwa kembali ... Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri .... Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali .... Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira .... Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya .... Sembahyang di atas sajadah cahaya ... Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia .... Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya .... Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun .... Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah .... Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika ... Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang .... Dadamu mencakrawala... , seluas 'arasy sembilan puluh sembilan ......
Oleh :Emha Ainun NajibBismillahir-Rahmanir-Rahim ...
"Barang siapa memelihara shalat, maka shalat tersebut akan menjadi cahaya, bukti dan penyelamat baginya di hari kiamat." ( HR. Ahmad & Ibnu Hibban)
***
Rasulullah Saw. bersabda, "Permulaan perkara yang diwajibkan oleh Allah Azza Wajalla kepada umatku adalah shalat lima waktu, permulaan pahala amal pebuatan yang diangkat ke langit adalah shalat lima waktu. Permulaan amal perbuatan yang dimintai pertanggungjawaban adalah shalat."
Imam Muslim dalam hadits shahihnya meriwayatkan: "Tiada seorang muslim yang menjumpai waktu shalat, kemudian ia berwudhu dengan baik, menjalankan shalat dengan khusu’ maka shalat itu akan menjadi penghapus dosa-dosa yang penah dijalankan selama ia tidak menjalakan dosa besar. Demkian terjadi sepanjang masa."
Dijelaskan dalam hadits : Barang siapa yang memelihara shalat wajib dengan baik maka Allah akan memuliakan dengan lima perkara :
1. Ia akan terhindar dari kesempitan hidup.
2. Ia akan tehindar / selamat dari siksa kubur.
3. Ia akan menerima catatan amalnya dengan tangan kanan.
4. Ia akan meliwati shirat dengan cepat laksana kilat.
5. Masuk surga tanpa hisab.
Barang siapa mengabaikan shalat wajib maka akan menerima lima belas macam siksaan, enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika mati, tiga siksaan ketika di dalam kubur dan tiga sisaan ketika bangkit dari kubur.
Enam siksaan yang akan terima di dunia adalah :
1. Berkah umurnya dicabut.
2. Tanda-tanda orang Shalih di wajahnya sudah tidak ada
3. Setiap amal yang dilakukan tidak akan diberi pahala oleh Allah
4. Tidak dikabulkan do’anya
5. Tidak mendapat do’a dari orang - orang yang shalih.
6. Dibenci oleh orang banyak
Tiga siksaan ketika menghadapi kematian adalah :
1. Mati dalam keadaan terhina.
2. Mati dalam keadaan lapar
3. Mati dengan keadaan haus, meskipun diberi minum sebanyak satu lautan tidak akan bisa menyegarkan tenggirokannya.
Tiga Siksaan ketika dalam kubur adalah :
1. Kuburnya dipersempit hingga tubuhnya terjepit dan tulang rusuknya rusak.
2. Ruang kuburnya terisi api, sehingga ia terus kesakitan bergelimang di atas bara.
3. Di dalam kuburnya akan bertemu dengan ular yang diperintahkan oleh Allah Azza Wajalla untuk menyiksa orang yang meninggalkan shalat tersebut.
Tiga siksaan yang diterima ketika bangkit dari kuburan adalah :
1. Hisab/perhitungan amal yang sangat ketat.
2. Di benci oleh Allah
3. Masuk ke dalam neraka.
***
Keutamaan shalat di awal Waktu
Imam Thobroni meriwayatkan sebuah hadits: "Amal perbuatan yang paling dicintai di sisi Allah Azza Wajalla adalah menjalankan shalat wajib pada permulaan waktunya."
Rasulullah saw. bersabda, "Bila seseorang menjalankan shalat pada permulaan waktu maka shalat itu dibawa ke atas, ia mempunyai cahaya hingga ke Arasy. Lantas cahaya tadi memintakan ampun kepada orang yang memilikinya sampai hari kiamat, lantas berkata : semoga engkau dipelihara dengan baik sebagaimana engkau memeliharaku dengan baik. Namun bila seseorang menjalankan shalat di luar waktu yang telah ditentukan maka shalat itu diangkat ke langit dengan warna yang hitam kelam, setelah sampai di langit maka shalat itu dilipat sebagaimana dilipatnya pakaian yang lusuh, kemudian dilemparkan kewajah yang memilikinya."
Seputar Menyia-nyiakan & mengakhirkan waktu shalat
"Maka, datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelak) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui sesesatan. Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh." (Maryam: 59--60).
Ibnu Abbas berkata, "Makna menyia-yiakan salat salat bukanlah meninggalkannya sama sekali, tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya."
Imam para tabi'in, Sa'id bin Musayyib berkata, "Maksudnya adalah orang itu tidak mengerjakan salat duhur sehingga datang waktu asar; tidak mengerjakan asar sehingga datang magrib; tidak salat magrib sampai datang isya; tidak salat isya sampai fajar menjelang; tidak salat subuh sampai matahari terbit. Barang siapa mati dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini dan tidak bertobat, Allah menjanjikan baginya Ghayy, yaitu lembah di neraka Jahanam yang sangat dalam dasarnya lagi sangat tidak enak rasanya."
"Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lupa akan salatnya." Al-Maa'uun: 4--5). Orang-orang lupa adalah orang-orang yang lalai dan meremehkan salat.
Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang orang-orang yang lupa akan salatnya. Beliau menjawab, yaitu mengakhirkan waktunya." Mereka disebut orang-orang yang salat. Namun, ketika mereka meremehkan dan mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya, mereka diancam dengan Wail, azab yang berat. Ada juga yang mengatakan bahwa Wail adalah sebuah lembah di neraka Jahanam, jika gunung-gunung yang ada dimasukkan ke sana niscaya akan meleleh semuanya karena sangat panasnya. Itulah tempat bagi orang-orang yang meremehkan salat dan mengakhirkannya dari waktunya. Kecuali, orang-orang yang bertobat kepada Allah Taala dan menyesal atas kelalaiannya.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Munafiqun: 9). Para mufasir menjelaskan, "Maksud mengingat Allah dalam ayat ini adalah salat lima waktu. Maka, barang siapa disibukkan oleh harta perniagaannya, kehidupan dunianya, sawah ladangnya, dan anak-anaknya dari mengerjakan salat pada waktunya, maka ia termasuk orang-orang yang merugi."
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Amal yang pertama kali dihisab padahari kiamat dari seorang hamba adalah salatnya. Jika salatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia, sebaliknya, jika rusak, sungguh telah gagal dan merugilah ia." (HR Tirmizi dan yang lain dari Abu Hurairah. Ia berkata, "Hasan Gharib.")
"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan 'Laa ilaaha illallah' (Tiada yang berhak diibadahi selain Allah) dan mengerjakan salat serta membayar zakat. Jika mereka telah memenuhinya, maka darah dan hartanya aku lindungi kecuali dengan haknya. Adapun hisabnya maka itu kepada Allah." (HR Bukhari dan Muslim).
Dan, "Barang siapa menjaganya maka ia akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari kiamat nanti. Sedang yang tidak menjaganya, maka tidak akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari itu. Pada hari itu ia akan dikumpulkan bersama Firaun, Qarun, Haman, dan ubay bin Khalaf." (HR Ahmad).
Sebagian ulama berkata, "Hanyasanya orang yang meninggalkan salat dikumpulkan dengan empat orang itu karena ia telah menyibukkan diri dengan harta, kekuasaan, pangkat/jabatan, dan perniagaannya dari salat. Jika ia disibukkan dengan hartanya, ia akan dikumpulkan bersama Qarun. Jika ia disibukkan dengan kekuasaannya, ia akan dikumpulkan dengan Firaun. Jika ia disibukkan dengan pangkat/jabatan, ia akan dikumpulkan bersama Haman. Dan, jika ia disibukkan dengan perniagaannya akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf, seorang pedagang yang kafir di Mekah saat itu."
Mu'adz bin Jabal meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa meninggalkan salat wajib dengan sengaja, telah lepas darinya jaminan dari Allah Azza wa Jalla." (HR Ahmad).
Umar bin Khattab berkata, "Sesungguhnya tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan salat."Umar bin Khattab meriwayatkan, telah datang seseorang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, "Wahai Rasulullah, amal dalam Islam apakah yang paling dicintai oleh Allah Taala?" Beliau menjawab, "Salat pada waktunya. Barang siapa meninggalkannya, sungguh ia tidak lagi memiliki agama lagi, dan salat itu tiangnya agama." Kala Umar terluka karena tusukan, seseorang mengatakan, "Anda tetap ingin mengerjakan salat, wahai Amirul Mukminin?" "Ya, dan sungguh tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan salat," jawabnya. Lalu, ia pun mengerjakan salat, meski dari lukanya mengalir darah yang cukup banyak.
Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa berjumpa dengan Allah dalam keadaan menyia-nyiakan salat, Dia tidak akan mempedulikan sautu kebaikan pun darinya."Ibnu Hazm berkata, "Tidak ada dosa yang lebih besar sesudah syirik, selain mengakhirkan salat dari waktunya dan membunuh seorang mukmin bukan dengan haknya."
Aun bin Abdullah berkata, "Apabila seorang hamba dimasukkan ke dalam kuburnya, ia akan ditanya tentang salat sebagai sesuatu yang pertama kali ditanyakan. Jika baik barulah amal-amalnya yang lain dilihat. Sebaliknya, jika tidak, tidak ada satu amalan pun yang dilihat (dianggap tidak baik semuanya)."
Rasulullah saw. bersabda, "Apabila seorang hamba mengerjakan salat di awal waktu, salat itu--ia memiliki cahaya--akan naik ke langit sehingga sampai ke Arsy, lalu memohonkan ampunan bagi orang yang telah mengerjakannya, begitu seterusnya sampai hari kiamat. Salat itu berkata, 'Semoga Allah menjagamu sebagaimana kamu telah menjagaku.' Dan, apabila seorang hamba mengerjakan salat bukan pada waktunya, salat itu--ia memiliki kegelapan--akan naik ke langit. Sesampainya di sana ia akan dilipat seperti dilipatnya kain yang usang, lalu dipukulkan ke wajah orang yang telah mengerjakannya. Salat itu berkata, 'Semoga Allah menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu telah menyia-nyiakanku'."
Rasulullah saw. bersabda, "Ada tiga orang yang salatnya tidak diterima oleh Allah: seseorang yang memimpin suatu kaum padahal kaum itu membencinya; seseorang yang mengerjakan salat ketika telah lewat waktunya; dan seseorang yang memperbudak orang yang memerdekakan diri." (HR Abu Dawud dari Abdullah bin Amru bin Ash).
Beliau saw. juga bersabda, Barang siapa menjamak dua salat tanpa ada uzur, sungguh ia telah memasuki pintu terbesar di antara pintu-pintu dosa besar."
Dalam sebuah hadis yang lain disebutkan, "Sesungguhnya orang yang selalu menjaga salat wajib niscaya akan dikaruniai oleh Allah SWT dengan lima karamah:ditepis darinya kesempitan hidup, dijauhkan ia dari azab kubur, diterimakan kepadanya cacatan amalnya dengan tangan kanan, ia akan melewati shirath seperti kilat yang menyambar, dan akan masuk surga tanpa hisab. Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakannya niscaya akan dihukum oleh Allah dengan empat belas (14) hukuman: lima di dunia, tiga ketika mati, tiga di alam kubur, dan tiga lagi ketika keluar dari kubur. Kelima hukuman di dunia adalah barakah dicabut dari hidupnya, tanda sebagai orang saleh dihapus dari wajahnya, semua amalan yang dikerjakannya tidak akan diberi pahala oleh Allah, doanya tidak akan diangkat ke langit, dan dia tidak akan mendapat bagian dari doanya orang-orang saleh. Hukuman yang menimpanya ketika mati adalah dia akan mati dalam kehinaan, dalam kelaparan, dan dalam kehausan. Meskipun ia diberi minum air seluruh lautan dunia, semua itu tidak mampu menghilangkan dahaganya. Hukuman yang menimpanya dikubur adalah kuburnya menyempit sehingga tulang-tulangnya remuk tak karuan, dinyalakan di sana api yang membara siang-malam, dan ia dihidangkan kepada seekor ular yang bernama As-Suja al-Aqra. Kedua bola matanya dari api, kuku-kukunya dari besi, dan panjang tiap kuku itu sejauh perjalanan satu hari. Ular itu terus-menerus melukai si mayit sambil berkata, 'Akulah As-Suja al-Aqra!' Seruannya bagaikan gemuruh halilintar, 'Aku diperintah oleh Rabku untuk memukulmu atas kelakuanmu yang menunda-nunda salat subuh sampai terbit matahari, juga atas salat zuhur yang kau tunda-tunda sampai masuk waktu asar, juga atas asar yang kau tunda-tunda sampai magrib, juga atas magrib yang kau tunda-tunda sampai isya, dan atas isya yang kau tunda-tunda sampai subuh.' Setiap kali ular itu memukulnya, ia terjerembab ke bumi selama 70 hasta. Demikian keadaannya sampai datangnya hari kiamat nanti. Adapun hukuman yang menimpanya sekeluarnya dari kubur pada hari kiamat adalah hisab yang berat, kemurkaan Rab, dan masuk ke neraka."
Dikisahkan, seseorang dari kalangan salaf turut menguburkan saudara perempuannya yang mati. Tanpa ia sadari sebuah kantong berisi harta yang ia bawa jatuh dan turut terkubur. Begitu pula dengan mereka yang hadir, tidak satu pun menyadarinya. Sepulang darinya, barula ia sadar. Maka, ia kembali ke makam dan ketika semua orang telah pulang ke tempat masing-masing ia bongkar kembali makam saudaranya itu. Dan ia pun terkejut begitu melihat api yang menyala-nyala dari dalam makam. Serta merta ia kembalikan tanah galian, dan pulang sambil bercucuran air mata. Mendapati ibunya, ia bertanya, "Duhai Ibunda, gerangan apakah yang telah dilakukan oleh saudara perempuanku?" "Mengapa kau menanyakan,anakku?" ibunya balik bertanya. Ia pun menjawab, "Bunda, sungguh aku melihat kuburnya dipenuhi kobaran api." Lalu, ibunya menangis dan berkata, "Wahaianakku, dulu saudara perempuanmu terbiasa meremehkan dan mengakhirkan salat dari waktunya."
Ini adalah keadaan mereka yang mengakhirkan salat dari waktunya. Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak mengerjakannya?
Marilah kita memohon pertolongan kepada Allah agar kita selalu dapat menjaga salat pada waktunya. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
Pernah suatu ketika Rasulullah saw., mengirimkan satu pasukan jihad ke Nejd. Dalam tempo yang sangat singkat mereka telah kembali dengan membawa kemenangan dan harta rampasan yang sangat banyak. Salah seorang dari para sahabat merasa heran dan berkata, "Belum pernah kami melihat satu pasukan jihad pun yang begitu cepat kembali dengan membawa harta rampasan yang sangat banyak daripada pasukan ini."
Rasulullah saw,. Bersabda, "Maukah aku beritahukan kepada kalian mengenai orang-orang yang memperoleh harta rampasan lebih banyak lagi dan lebih singkat waktunya? Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan shalat subuh berjamaah kemudian setelah shalat duduk sambil berdzikir kepada Allah sampai terbit matahari. (setelah habis subuh makruh) mereka mengerjakan shalat dua rakaat. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan harta yang sangat banyak dalam waktu lebih cepat."
Syaqiq Balkhi, seorang syeikh dan ahli sufi yang masyur berkata, "kita akan mendapatkan lima hal melalui lima cara, yaitu :
1) Keberkahan rejeki melalui shalat dhuha;
2) cahaya di alam kubur melalui shalat Tahajjud;
3) kemudahan menjawab pertanyaan munkar dan Nakir melalui bacaan Al-Quranl
4) Kemudahan melintas titian shirath melalui shaum dan sedekah;
5) naungan 'Arsy Ilahi melalui dzikrullah." (Nazhatul Majalis).
Di antara berbagai kitab hadits banyak sekali hadits yang menegaskan pentingnya shalat serta keutamaan-keutamaannya, sehingga sulit dan terlalu banyak jika ditulis keseluruhannya. Namun, sebagai berkahnya, di bawah ini saya sebutkan terjemahan dari beberapa hadits Rasulullah saw :
1. Perintah pertama yang diwajibkan Allah SWT, atas umatku adalah shalat. Dan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalat;
2. Takutlah kepada Allah dalam hal shalat! Takutlah kepada Allah dalam hal Shalat! Takutlah kepada Allah dalam hal shalat!
3. Pemisah antara seseorang dengan syirik adalah shalat.
4. Shalat adalah tanda ke-Islaman seseorang. Barangsiapa melakukan shalatnya dengan khusyu, mengerjakannya tepat pada waktunya, serta memperhatikan rukun dan sunah-sunahnya, maka pastilah ia seorang mukmin.
5. di antara seluruh perintah Allah, iman dan shalat merupakan kewajiban yang paling utama. Seandainya ada suatu yang lebih utama daripada itu, niscaya Allah Swt. Akan memerintahkan para malaikat-Nya yang sebagian dari mereka terus menerus siang dan malam melakukan ruku, dan sebagian lainnya terus menerus bertahajjud.
6. Shalat adalah tiang agama.
7. Shalat menghitamkan wajah syetan.
8. Shalat adalah cahaya orang-orang yang beriman.
9. Shalat adalah jihad yang paling utama.
10. Selama seorang menjaga shalatnya, maka perhatian Allah Swt, selalu tercurah padanya. Tetapi jika ia melalaikan shalatnya, maka perhatian Allah akan terlepas darinya.
11. Apabila suatu musibah turun dari langit, maka orang-orang yang memakmurkan masjid pasti selamat darinya.
1Manfaat shalat tahajud tubuh Kebal daya tahan meningkat [Foto: Istimewa]2. Apabila seorang masuk ke dalam neraka Jahanam disebabkan dosa-dosanya, maka api neraka tidak dapat membakar anggota tubuhnya yang telah digunakan untukb bersujud.
13. Allah mengharamkan api neraka bagi anggota-anggota sujud.
14. Amal yang paling disukai Allah adalah shalat tepat pada waktunya.
15. orang yang paling disukai Allah adalah orang yang bersujud kepadaNya dengan penuh rasa hina.
16. Sedekat-dekat Allah kepada hambaNya adalah ketika ia bersujud kepadaNya.
17. Shalat adalah kunci surga.
18. Apabila seorang berdiri untuk melakukan shalat, maka pintu-pintu surga akan terbuka. Lalu Allah menyingkapkan hijab (tabir) antara dia dengan orang itu selama ia tidak melakukan hal-hal yang dibenci dalam shalat.
19. Orang yang sedang shalat ibarat sedang mengetuk pintu rumah Allah yang Maha Kuasa. Sebagaimana umumnya, setiap pintu yang diketuk pasti akan dibuka.
20. Kedudukan shalat dalam agama adalah seperti kepala pada badan.
21. Shalat adalah cahaya hati. Barangsiapa ingin agar hatinya selalu bersinar, maka hendaklah ia menyinarinya dengan shalat.
Jihad dalam perang dan jihad dalam shalat
22. Barangsiapa berwudhu dengan sempurna, kemudian melakukan shalat dua atau empat rakaat dengan khusyu dan khudhu baik fardhu atau pun sunnat, dan ia menginginkan agar dosanya diampuni oleh Allah, niscaya Allah akan mengampuninya.
23. Setiap bumi yang di atasnya didirikan shalat untuk mengingat Allah, maka bagian bumi itu akan merasa bangga di antara bagian-bagian bumi lainnya.
24. Barangsiapa melakukan shalat dua rakaat, lalu ia berdoa kepada Allah pastilah Allah mengabulkan doanya. Adakalanya dengan segera atau pun ditunda, sesuai dengan kepentingannya. Yang jelas doanya pasti dikabulkan.
25. barangsiapa mengerjakan shalat (sunnat) dua rakaat seorang diri, tanpa seorang pun melihatnya kecuali Allah dan para malaikatNya, niscaya api neraka tidak akan menyentuhnya.
26. Apabila seorang muslim mendirikan shalat fardhu, maka Allah pasti mengabulkan salah satu doanya.
27.Barangsiapa melalukan shalat yang lima waktu dengan khyusu, ruku, sujud, wudhu, dan yang lainnya dilakukan dengan sempurna, maka wajiblah baginya surga dan haram baginya neraka.
28. Selama seorang muslim menjaga shalat limat waktu dengan istiqoamah, maka syetan akan takut padanya. Tetapi, jika melalaikannya maka syetan akan bernai kepadanya dan akan menyesatkannya.
29. Amal yang paling utama utama adalah shalat pada waktunya.
30. Shalat adalah pengorbanan setiap orang bertaqwa.
31. Amal yang paling disukai Allah adalah shalat pada awal waktu.
32. Barangsiapa pergi pada waktu subuh untuk melaksanakan shalat, berarti ia sedang membawa bendera iman di tangannya. Dan barangsiapa pada waktu subuh pergi ke pasar, berarti ia sedang membaw bendera syetan di tangannya.
33. Empat rakaat shalat Qabliyah sama pahalanya dengan empat rakaat shalat tahajjud.
34. Empat rakaat shalat Qabliyah Zhuhur sama dengan empat rakaat shalat Tahajjud.
35. Rahmat Allah selalu bercucuran ke atas seseorang yang sedang berdiri dalam shalat.
36. seutama-utama shalat setelah shalat fardhu adalah shalat pada pertengahan malam,namun sangat sedikit orang yang melakukannya.
37. Jibril as, datang kepadaku dan berkata: "Wahai Muhammad, berapa pun lamanya engkau hidup, pasti engkau akan mati juga. Siapa pun yang engkau cintai suatu hari pasti engkau akan berpisah darinya. Dan apa pun yantg engkau lakukan (amal baik atau pun buruk), pasti engkau akan menerima balasannya. "Tidak diragukan lagi bahwa kemuliaan seorang mukmin adalah pada Tahajjudnya, dan kehormatan seorang mukmin adalah pada sifat istighna-nya (tidak meminta-minta pada orang lain).
38. Dua rakaat shalat Tahajjud adalah lebih berharga daripada seluruh kekayaan di dunia ini. Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku akan mewajibkannya kepada mereka.
39. Jagalah shalat Tahajjud, karena Tahajjud adalah kebiasaan orang-orang saleh, jalan untuk mendekati Allah, penghalang perbuatan dosa, penyebab keampunan dosa, dan menyehatkan badan.
40. Allah berfirman, "Wahai anak Adam, janganlah kalian malas melakukan empat rakaat shalat pada permulaan hari, karena Allah akan memenuhi keperluanmu pada hari itu."
Sesungguhnya masih banyak hadits-hadits mengenai keutamaan shala yang telah disebutkan dalam kitab-kitab hadits. Namun, 40 hadits yang disebutkan di atas kiranya sudah mencukup. Apabila ada yang ingin menghafalnya, maka dia akan mendapatkan keutamaan menghafal 40 hadits Nabi Saw.
( Sumber: Himpunan Kitab Ta'lim Fadhilah Amal; Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi. Pustaka Ramadhan.)
Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan dari Allah.....
Marilah Setiap detak-detik jantung..,
selalu kita isi dengan..
Asma Teragung diseluruh jagad semesta raya ini...
Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma wabihamdika AsyaduAllahilaha illa Anta Astagfiruka wa'atubu Ilaik..
Langganan:
Komentar (Atom)