Sumber : Dakwatuna.com
Ibnu Abas r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Ada sepuluh golongan dari umatku yang tidak akan masuk surga, kecuali bagi yang bertobat. Mereka itu adalah al-qalla’, al-jayyuf, al-qattat, ad-daibub, ad-dayyus, shahibul arthabah, shahibul qubah, al-’utul, az-zanim, dan al-’aq li walidaih.
Selanjutnya Rasulullah saw. ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah al-qalla’ itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mondar-mandir kepada penguasa untuk memberikan laporan batil dan palsu.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-jayyuf itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka menggali kuburan untuk mencuri kain kafan dan sebagainya.”
Beliau ditanya lagi, “Siapakah al-qattat itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mengadu domba.”
Beliau ditanya, “Siapakah ad-daibub itu?” Beliau menjawab, “Germo.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah ad-dayyus itu?” Beliau menjawab, “Dayyus adalah laki-laki yang tidak punya rasa cemburu terhadap istrinya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya.”
Rasulullah saw. ditanya lagi, “Siapakah shahibul arthabah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang besar.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah shahibul qubah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang kecil.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-’utul itu?” Beliau menjawab, “Orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf atas dosa yang dilakukannya, dan tidak mau menerima alasan orang lain.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah az-zanim itu?” Beliau menjawab, “Orang yang dilahirkan dari hasil perzinaan yang suka duduk-duduk di tepi jalan guna menggunjing orang lain. Adapun al-’aq, kalian sudah tahu semua maksudnya (yakni orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya).”
Mu’adz bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, bagaimana pandangan engkau tentang ayat ini: yauma yunfakhu fiish-shuuri fata’tuuna afwaajaa, yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala, lalu kalian datang berkelompok-kelompok?” (An-Naba’: 18)
“Wahai Mu’adz, engkau bertanya tentang sesuatu yang besar,” jawab Rasulullah saw. Kedua mata beliau yang mulia pun mencucurkan air mata. Beliau melanjutkan sabdanya.
“Ada sepuluh golongan dari umatku yang akan dikumpulkan pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan yang berbeda-beda. Allah memisahkan mereka dari jama’ah kaum muslimin dan akan menampakkan bentuk rupa mereka (sesuai dengan amaliyahnya di dunia). Di antara mereka ada yang berwujud kera; ada yang berwujud babi; ada yang berjalan berjungkir-balik dengan muka terseret-seret; ada yang buta kedua matanya, ada yang tuli, bisu, lagi tidak tahu apa-apa; ada yang memamah lidahnya sendiri yang menjulur sampai ke dada dan mengalir nanah dari mulutnya sehingga jama’ah kaum muslimin merasa amat jijik terhadapnya; ada yang tangan dan kakinya dalam keadaan terpotong; ada yang disalib di atas batangan besi panas; ada yang aroma tubuhnya lebih busuk daripada bangkai; dan ada yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih.”
“Mereka yang berwajah kera adalah orang-orang yang ketika di dunia suka mengadu domba di antara manusia. Yang berwujud babi adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan barang haram dan bekerja dengan cara yang haram, seperti cukai dan uang suap.”
“Yang berjalan jungkir-balik adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan riba. Yang buta adalah orang-orang yang ketika di dunia suka berbuat zhalim dalam memutuskan hukum. Yang tuli dan bisu adalah orang-orang yang ketika di dunia suka ujub (menyombongkan diri) dengan amalnya.”
“Yang memamah lidahnya adalah ulama dan pemberi fatwa yang ucapannya bertolak-belakang dengan amal perbuatannya. Yang terpotong tangan dan kakinya adalah orang-orang yang ketika di dunia suka menyakiti tetangganya.”
“Yang disalib di batangan besi panas adalah orang yang suka mengadukan orang lain kepada penguasa dengan pengaduan batil dan palsu. Yang tubuhnya berbau busuk melebihi bangkai adalah orang yang suka bersenang-senang dengan menuruti semua syahwat dan kemauan mereka tanpa mau menunaikan hak Allah yang ada pada harta mereka.”
“Adapun orang yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih adalah orang yang suka takabur dan membanggakan diri.” (HR. Qurthubi)
Saudaraku, adakah kita di antara 10 daftar yang dipaparkan Rasulullah saw. di atas? Bertobatlah, agar selamat!
Sesibuk apapun waktu-waktuku, tarbiyah dan da'wah harus tetap no.1...Bismillah
Sabtu, 10 Maret 2012
Tarbiyah; 10 karakter pribadi Muslim
Individu adalah komponen terkecil penyusun masyarakat. Dia memegang peranan penting dalam menentukan perjalanan dan bentuk masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang menjadi tonggak dalam gerakan kita adalah individu, kemudian keluarga dan akhirnya masyarakat. Maka perbaikilah dirimu terlebih dahulu, kemudian serulah orang lain ke jalan kebaikan. Karena terwujudnya pribadi-pribadi yang benar-benar mukmin akan membuka banyak peluang untuk sukses.
Mengapa pembangunan basis karakter seorang mu'min menjadi begitu penting dalam kehidupan?
Karena dari pembangunan basis karakter inilah segala efektivitas da’wah bermula. Munculnya seorang figur muslim/mu'min yang memiliki kepribadian istimewa dapat menjadi faktor pemikat audiens atau magnet bagi lingkungan sekitarnnya terhadap nilai-nilai kebenaran.
Oleh karena kita menghendaki kekuatan, kekokohan, kemapanan dan kejayaan daulah yang kita cita-citakan – sebagai tujuan dari syari'ah Islam, maka kita harus memperhatikan sepenuhnya batu bata yang menjadi unsur pertamanya, yaitu individu muslim, di mana pada dirinya harus terwujud pilar-pilar asasi yang akan menjadikannya sebagai teladan dan contoh bagi orang-orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah untuk ikut memberikan andil dan peran aktif dalam mewujudkan cita-cita yang besar ini.
Pilar-pilar Asasi pada Diri Seorang Mu'min Rabbani :
I. Salimul Aqidah (Keselamatan Aqidah dan Kekuatan Iman)
Hal-hal yang harus saya lakukan untuk mencapai kekuatan iman :
1. Mengabdi kepada Allah dengan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya (Menjaga keikhlasan dalam setiap amal)
2. Merasa takut oleh-Nya dan tidak merasa takut oleh selain Dia
3. Mencintai Allah (mahabatullah) sampai hati saya dikuasai-Nya sehingga mendorong saya untuk terus menambah amal baik dan berkorban dengan berjuang di jalan-Nya
4. Bertawakal kepada Allah dalam segala urusan saya
5. Menyadari bahwa diri saya selalu dimonitor oleh-Nya (muraqabatullah)
6. Mengimani bahwa tasrysi (pembuat hukum) hanyalah hak Allah
II. Shahihul Ibadah (Kebenaran Ibadah)
Islam menghendaki agar seluruh kehidupan adalah ibadah dan ketakwaan (Adz-Dzaariyat : 56)
Hal-hal yang harus saya lakukan untuk mencapai kebenaran ibadah :
1. Menjadikan ibadah saya hidup dan bersambung dengan-Nya (ihsan)
2. Menjadikan ibadah saya khusyu’
3. Beribadah dengan hati yang hadhir
4. Tidak pernah merasa puas dan kenyang dalam beribadah. (Senantiasa menambah amal shalih – latihan ruhani)
5. Memelihara qiyamullail dan melatih diri agar terbiasa melakukannya (Al-Muzzamil 1-6)
6. Mempunyai waktu khusus untuk mengkaji dan merenungkan Al-Qur’an (Al-Isra’:78)
III.Matinul Khuluq (Keteguhan Akhlaq)
Sifat-sifat yang perlu untuk dimiliki :
1. Wara’
Seorang Muslim hendaknya menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan dan mengambil jarak dari hal-hal yang syubhat.
“Yang halal itu telah nyata, yang haram juga telah nyata dan di antara keduanya ada hal-hal yang syubhat yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Maka barangsiapa yang menjaga diri dari hal-hal yang syubhat itu, berarti ia telah membersihkan Din-nya dan kehormatannya. Barangsiapa yang melakukan hal-hal yang syubhat itu, sungguh ia telah melaksanakan yang haram. Seperti seorang gembala yang menggembala di sekitar tempat terlarang, mungkin terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tempat terlarang. Ingatlah larangan Allah adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam itu ada segumpal darah yang apabila ia baik maka baik pulalah seluruh jasadnya dan apabila rusak, maka rusak pulalah seluruh jasadnya. Itulah hati!” (Muttafaq ‘Alaih)
Adapun tingkat wara’ yang paling tinggi adalah seperti disebutkan Rasulullah:
“Seorang hamba tidak akan mencapai derajat Muttaqin sehingga ia mampu meninggalkan hal-hal yang tidak mengandung dosa untuk menjaga diri dari hal-hal yang mengandung dosa.” (HR At-Tirmidzi)
2. Menundukkan pandangan
Hendaklah menundukkan pandangan dari apa yang diharamkan oleh Allah SWT. Karena pandangan dapat membangkitkan nafsu birahi dan merangsang pelakunya untuk terjerumus ke dalam dosa dan ma’shiat. Oleh karena itu Al-Qur’an memberikan peringatan keras terhadap pandangan liar.
“Katakanlah kepada orang-orang Mu’min : “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; dan demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nur [24]:30)
Sabda Rasulullah saw :
“Pandangan itu merupakan salah satu anak panah iblis”
3. Menjaga lidah
Bahaya lidah sangat besar.
Rasulullah saw. ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam sorga, lalu beliau bersabda: “Taqwa kepada Allah dan akhlaq yang baik.” Dan beliau ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, kemudian beluai bersabda: “Dua hal yang kosong: Mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi)
Mu’adz bin Jabal berkata: “Aku berkata, wahai Rasulullah, apakah kita akan disiksa karena apa yang kita ucapkan?” Nabi saw. bersabda: “Bagaimana kamu ini wahai Ibnu Jabal, tidaklah manusia dicampakkan ke dalam api neraka kecuali karena akibat lidah mereka.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya.” (HR. Thabrani, Ibnu Abu Dunya, al-Baihaqi)
Dari Shafwan bin Sulaim, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi badan? Diam dan akhlaq yang baik.” (HR. Ibnu Abu Dunya)
Nabi saw. bersabda: “Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena sesungguhnya dengan demikian kamu dapat mengalahkan syetan.” (HR. Thabrani, Ibnu Hibban)
Berikut ini penyakit-penyakit lidah dan dimulai dengan yang paling ringan kemudian meningkat kepada yang lebih berat :
a. Pembicaraan yang tidak berguna
b. Berlebihan dalam berbicara
c. Melibatkan diri dalam pembicaraan yang batil
d. Perbantahan dan perdebatan
e. Pertengkaran
f. Berkata keji, jorok dan cacian
g. Nyanyian dan syair
h. Senda gurau
i. Ejekan dan cemoohan
j. Janji palsu
k. Berdusta dalam perkataan dan sumpah
l. Menggunjing (ghibah)
m. Melibatkan diri secara bodoh pada beberapa pengetahuan dan pertanyaan yang menyulitkan
4. Tawadhu’ (rendah hati)
Terutama dikalangan saudara-saudaranya sesama Muslim. Jangan hendaknya ia membeda-bedakan antara yang kaya dengan yang miskin. Rasulullah saw. sendiri pernah berlindung kepada Allah dari sifat sombong.
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan” (Muslim)
Dalam hadits qudsy, Allah berfirman :
“Kemuliaan adalah sarung-Ku dan keagungan adalah selendang-Ku, maka barangsiapa yang menentang-Ku dalam salah satunya, niscaya Aku menyika dia.” (Muslim)
Rasulullah saw. bersabda: Tiada berkurang harta karena sedekah, dan Allah tiada menambah pada seorang yang mema’afkan melainkan kemuliaan. Dan tiada seorang yang bertawadhu’ (merendah diri) karena Allah, melainkan dimuliakan oleh Allah. (Muslim)
Anas r.a. berkata: Biasa unta Nabi saw. yang bernama Al’adhba tidak pernah dapat dikejar, tiba-tiba pada suatu hari ada seorang badwi berkendaraan unta yang masih muda, dan dapat mengejar unta Al’adhba itu, hingga kaum muslimin merasa jengkel, lalu Rasulullah saw. bersabda: Layak sekali bagi Allah, tiada sesuatu di dunia ini yang akan menyombongkan diri melainkan direndahkan oleh-Nya. (Bukhari)
5. Rasa malu
Seorang Muslim harus memiliki sifat malu , tanpa kehilangan keberanian dalam kebenaran. Diantara bentuk sifat malu itu adalah tidak mencampuri urusan orang lain, menundukkan pandangan, rendah hati, tidak meninggikan suara, qona’ah (merasa cukup dengan yang ada) dan lain sebagainya.
“Iman itu mempunyai tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih. Cabang yang paling utama adalah kalimat Laa Ilaaha Illallah. Cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu merupakan cabang dari iman.” (Muttafaq ‘Alaih).
Malu adalah suatu sikap akhlak yang mendorong untuk meninggalkan perbuatan buruk dan menghalangi diri dari sikap lalai terhadap pemenuhan hak. Malu ialah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau kurang sopan. Malu itu, ialah karena memandang budi kebaikan dan melihat kekurangan diri, dan dari kedua pandangan itu timbul perasaan bernama malu.
6. Lemah lembut
Perjuangan Islam akan menghadapi berbagai ujian. Dari sini jelaslah bahwa tugas da’i amat berat. Tugas ini membutuhkan energi besar berupa kesabaran, ketegaran serta kelemah-lembutan.
IV. Qadirun Alal Kasbi (Kemampuan Bekerja)
Akhlak muslim dalam bekerja :
1. Ikhtiar yang dimaksud adalah :
a. Merencanakan pekerjaan sematang-matangnya oleh ahlinya atau dengan ilmunya
b. Musyawarah
Fadhail syura : banyak gagasan, beban individu berkurang, bisa mengerjakan tugas interdisipliner, memperbesar potensi menyele-saikan tugas
c. Do’a
d. Pelaksanaan dengan kesungguhan : memanfaatakn waktu, men-jauhi senda gurau, sigap dengan tugas, mengatasi rintangan
e. Hasil akhir diserahkan kepada Allah
2. Do’a : Do’a dapat merubah ketetapan Allah
3. Tawakal
Hakikat tawakal : Tetap berusaha dan mengeluarkan jerih payahnya sesuai kesanggupannya dan apa yang ada di luar kekuatannya diserahkan kepada Allah SWT.
4. Syukur
Bersyukur jika usahanya berhasil
Ø Cara mensyukur nikmat Allah : mengucapkan syukur, memelihara nikmat yang diberikan, menggunakannya sesuai keinginan dari pemberi nikmat
5. Sabar
Bersabar jika Allah menaqdirkan usaha kita belum berhasil. Sabar berarti menerima/ridho terhadap ketentuan Allah dengan tetap berusaha untuk memperbaiki hal-hal yang dzahir. Sabar tidak sama dengan putus asa.
V. Mutsaqaful Fikri (Wawasan Pemikiran)
Hanya dengan ilmu maka tingkat keimanan seseorang benar-benar berada pada level keyakinan yang mendalam. Bahkan dalam hal duniawi pun Rasulullah mengingatkan bahwa suatu urusan yang dikerjakan oleh orang yang tidak memiliki ilmunya maka mudharat yang dihasilkan akan lebih banyak daripada manfaat yang diperoleh.
Maka untuk meningkatkan wawasan pemikiran ini, seorang mu'min dituntut untuk :
1. Rajin membaca berbagai ilmu. Mempelajari sirah Rasulullah SAW., sejarah salafus shalihin sesuai dengan kelonggaran waktu yang dimiliki. Harus banyak membaca hadits Rasulullah SAW. Harus mempelajari buku-buku tentang aqidah dan fiqih.
2. Termotivasi untuk sering berdiskusi dengan orang-orang yang berilmu untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat dan berlatih mengemukakan ide. Tetapi jauhi perdebatan.
3. Memotivasi diri untuk mengikuti majlis-majlis ilmu sesuai dengan kesempatan yang ada. Baik “ilmu agama” maupun “ilmu dunia”.
4. Berusaha dan berlatih mengambil ibrah (pelajaran) dari segala peristiwa dalam kehidupan ini.
5. Memiliki perpustakaan khusus pribadi meskipun kecil.
6. Jika mempunyai keahlian tertentu hendaklah keahlian itu diperdalam dan diperluas.
VI. Qawiyul Jismi (Kekuatan Fisik)
Salah satu cita-cita tertinggi dari kaum muslim adalah memperoleh kesyahidan dalam jihad fisabilillah. Sedangkan qital tidak akan mungkin dapat dilaksanakan tanpa adanya kekuatan fisik.
“Dan Mu’min yang kuat itu lebih baik dan lebih dikasihi Allah ketimbang Mu’min yang lemah. Dan pada semuanya itu ada kebaikan”
Maka kekuatan fisikpun harus diperhatikan oleh seorang muslim :
1. Harus memperhatikan sesuatu yang membawa kekuatan tubuh. Untuk menjaga kekuatan fisik terdapat tiga terapi fisik yang harus diperhatikan : gizi, olahraga dan istirahat yang cukup.
2. Harus mengobati penyakit yang ada pada diri
3. Harus menjauhi faktor-faktor yang mengakibatkan kelemahan dan merusak kesehatan. Hindari minuman-minuman yang merangsang. Tidak usah meminumnya kecuali memang benar-benar perlu. Dan sama sekali tidak boleh merokok.
4. Harus menjaga kebersihan. Karena tempat yang kotor adalah sumber penyakit.
VII. Mujahidunlinafsihi (Melawan Nafsu)
Tonggak-tonggak kemenangan dalam melawan hawa nafsu :
1. Hati, selama ia hidup, sadar, bersih, tegar dan bersinar,
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal. (QS. Al Anfal 8:2)
2. Akal, selama ia dapat memandang, dapat memahami, dapat membedakan dan dapat menyerap ilmu-ilmu yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Jika nafsu telah menguasai diri kita maka hati kita akan kotor sehingga sulit menerima hidayah dan akal kita akan terhalang dari menyerap ilmu-ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Kiat-kiat untuk membentengi diri dari godaan Syetan :
1. Menyebut nama Allah sebelum memulai suatu pekerjaan
2. Menghindari kekenyangan dan makan yang kelewat batas
3. Membaca Al-Qur’an, dzikrullah dan istighfar
4. Membuang jauh sifat terburu nafsu dan harus bersikap tenang dalam segala sesuatu
VIII. Munazham fi Syu’urihi (Rapi dalam semua urusan)
Salah satu tugas seorang Muslim adalah menyampaikan hak kepada yang berhak. Sedangkan pada diri kita tergantung berbagai macam hak. Kita harus menunaikan hak Allah, hak orang tua, hak diri, hak sesama muslim, dsb. Maka seorang Muslim dituntut dapat memanage dirinya agar jangan sampai ada satu hak pun yang terlalaikan.
Buatlah jadwal harian Anda sehingga seluruh tugas dapat diselesaikan, jangan sampai ada tugas yang bertumpang tindih, jangan menunda-nunda pekerjaan yang dapat dikerjakan saat ini juga, jangan asal-asalan menyelesaikan urusan. Jangan menerima amanat yang tidak mampu untuk diselesaikan hanya karena untuk menyenangkan hati si pemberi amanat. Jangan menerima amanat dengan prioritas rendah. Jangan menerima amanat yang sebenarnya layak dikerjakan oleh orang lain.
IX. Haritsun ‘Ala Waqtihi (Perhatian terhadap waktu)
Harus menjaga waktu, karena waktu adalah kehidupan. Oleh karena itu sama sekali tidak diperbolehkan membuang-buang waktu untuk perbuatan yang sia-sia.
Jangan menunda-nunda waktu. Dalam urusan dakwah ini, tidak seorangpun diperbolehkan menunda-nunda waktu, karena perputaran waktu adalah modal utama dakwah. Sehari dalam kehidupan individu adalah setahun dalam kehidupan umat. Dan umat yang mengerti betul akan hakikat kehidupan, mereka tidak akan pernah mati !
Jangan sampai datang terlambat dalam suatu janji.
· Datang terlambat berarti telah mendzalimi orang yang datang tepat waktu, karena membuat mereka menunggu dan menunggu adalah suatu aktivitas yang tidak pernah disukai oleh manusia siapa pun juga
· Datang terlambat berarti telah mendzalimi orang lain yang datang tepat waktu, karena bisa jadi mereka telah mengorbankan sesuatu agar bisa datang tepat waktu dan dengan kita datang terlambat, berarti menyia-nyiakan pengorbanan mereka.
· Datang terlambat berarti telah mendzalimi orang lain yang datang tepat waktu, karena bisa jadi mereka dapat mengerjakan aktivitas lain yang lebih penting bagi mereka jika mereka tidak harus menunggu keterlambatan kita.
· Datang terlambat berarti telah mendzalimi orang lain yang datang tepat waktu, karena bisa jadi keterlambatan kita akan mempengaruhi waktu berakhirnya pertemuan tersebut yang bisa jadi orang lain telah memiliki kepentingan lain di waktu tersebut
· Datang terlambat berarti telah mendzalimi orang lain yang datang tepat waktu, karena kita telah mencuri waktu mereka yang sangat berharga !!!
· Datang terlambat berarti kita telah mengkhianati orang lain. Dan dapat mengakibatkan orang lain tidak mempercayai kita lagi.
X. Nafi’un li ghairihi (Berguna bagi orang lain)
Muslim terbaik adalah muslim yang paling berguna bagi muslim lainnya. Maka seorang kader harus :
1. Berani dan mampu memikul suatu kewajiban
2. Serius dan bersungguh-sungguh dalam memikul amanat
3. Banyak kegiatan. Karena Allah membenci Muslim yang santai dan menyukai Muslim yang sibuk
4. Terlatih dengan kerja-kerja sosial kemasyarakatan. Harus membiasakan agar merasa senang dan bahagia apabila dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain. Oleh karena itu harus banyak mengunjungi orang yang sedang sakit, membantu orang yang sedang memerlukan bantuan, menolong orang yang lemah, menghibur mereka yang tengah ditimpa musibah walaupun hanya dengan tutur kata yang baik
5. Harus sering berinisiatif untuk melakukan kebaikan.
Smoga difahamkan Allah dan dimudahkan utk kita amalkan ya...
Kenapa pilih jalan tarbiyah ?
Salam buat para da’i di jalan allah…
Ketika Abdullah b. Rawahah diangkat menjadi panglima perang dalam perang Mu’tah. Beliau menerima jawatan tersebut dengan tangisan dan cucuran air mata. Lantas para sahabat lain bertanya: “ Apa gerangan yang membuatkan engkau menangis wahai Abdullah. Lalu beliau memberi respon : “ tidak ada rasa cinta pada diriku akan dunia serta keinginan untuk dipuja-puja oleh kalian,akan tetapi aku teringat ketika Rasulullah mengingatkan aku dengan firmannya : [ dan tidaklah dari kalian melainkan akan mendatanginya neraka Jahanam ,dan yang demikian itu bagi Tuhanmu merupakan hatman maqdhiyya (satu ketentuan) ] ( QS Maryam : 71 )
Inilah perasaan yang terbit dari benak Abdullah b. Rawahah ketika beliau mentadabbur ayatal-Quran dan menghubungkannya dengan jawatan yang diamanahkan kepadanya. Rasa risau dan bimbang jika amanah ini tidak dapat menyelamatkannya dari menghadapi kesengsaraan neraka Jahanam. Ia mengingatkan bahawa menghadapi neraka Jahanam merupakan satu kepastian, satu ketetapan yang tidak dapat dielakkan. ( Hatman Maqdhiyya).
Begitulan tarbiyah juga merupakan satu kepastian, satu ketentuan ( hatman maqdhiyya) dalam projek membina peradaban ummah.Tidak ada pilihan dan alternatif lain, hanya tarbiyah jalan menuju kepada mencapai target dan sasaran tersebut . Inilah jalan yang lurus, jalan para nabi, jalan para rasul dan jalan salafussoleh. Jalan yang telah dilalui oleh Rasulullah dan para sahabat ridwanullahi ‘alaihim ajmaeen. Jalan yang telah terbukti berjaya dan ampuh, biar pun segala halangan dan pancaroba menimpa. Allah menjelaskannya di dalam firmannya di dalam surah Al- ‘An’aam : [ Dan sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus, maka hendaklah kamu mengikutinya, dan janganlah kamu menurut jalan-jalan lain kerana itu mencerai beraikan kamu dari jalan allah, yang demikian itu allah mewasiatkan kamu supaya bertaqwa - ayat 153].
Kalimah ‘siraati mustaqima’ didatangkan dari kata mufrad ( satu) sedangkan larangan mengikut ‘subul’ di sebut dengan kalimah jamak. (plural). Allah menegaskan bahawa jalan ini hanya satu , bukan dua, bukan tiga , itulah jalan yang telah dilalui oleh para Rasul dan generasi silam sedangkan larangan dengan menggunakan kata jamak menunjukkan di sana ada pelbagai metod yang boleh membawa kepada perpecahan, penyelewengan, tafarruq dan penyimpangan dalam manhaj amal. Di dalam al-Quran allah telah mempakejkan kalimah ‘siraat’ dalam bentuk mufrad sahaja dan dikaitkan dengan kalimah ‘mustaqim’ bagi menzahirkan bahawa jalan dakwah ini, jalan tarbiyah ini adalah jalan yang satu dan ia membawa kepada istiqamah manhaj , istiqamah amal dan istiqamah ad-deen. Ini juga terangkum dalam surah al-Fatihah. (Ihdinas siraatal mustaqim).
Kenapa jalan ini menjadi pilihan para da’ie?. Kenapa jalan ini perlu kita lalui ?.Kenapa kita tidak memilih jalan-jalan lain. Barangkali jalan-jalan lain mampu mempercepatkan proses memegang tampuk kekuasaan, mensejajarkan bulatan pengaruh dakwah atau melestarikan organisasi di mata masyarakat.
Ya, sememangnya kita akui dan fahami bahawa jalan yang kita pilih ini adalah jalan yang kita warisi dari Rasulullah SAW, jalan yang telah diperakui oleh para mujtahid dakwah dan harakah , hasil penelaahan dan pengkajian mendalam terhadap perjalanan sirah baginda SAW dan terbukti berjaya. Kita memilih jalan ini kerana :
1. Sukar tapi kukuh ( Sha’bun – thabit)
Memilih jalan ini bermakna kita perlu melalui kepayahan dan kesukaran . Tarbiyah itu menyamai kepayahan dan kesusahan. Betapa sulit dan sukarnya proses ini untuk melahirkan hasil-hasil yang berkualiti. Bayangkan generasi terawal yang memeluk islam diperingkat permulaan dakwah hanya sekitar 40 – 50 orang. Mereka inilah yang menjadi tulang punggung dakwah Rasulullah SAW. Mereka bukan sekadar menyahut seruan dakwah tetapi mempersiapkan diri menjadi Agen of change ( Anashiruttaghyir).
Berdakwah itu memang tidak mudah kerana dakwah memerlukan proses dan pembinaan (takween). Anologi yang paling mudah bagi tarbiyah ialah seperti menanam sepohon pokok. Pokok tersebut harus dijaga,dipelihara,dibajai,disirami,dikawal dari diceroboh binatang-binatang buas, juga terpaksa menghadapi ribut taufan, angin kencang, panas terik sehingga ia tumbuh membesar, kuat dan utuh, menghasilkan buah-buah ranum dan berkualiti yang boleh dimakan oleh orang lain.
Begitulah tarbiyah, ia proses membina peribadi yang kuat, kader yang berkualiti dari sudut fikri dan tanzimi sehingga ia menjadi batu bata kepada binaan daulah. Tarbiyah yang mampu melahirkan parajurit dan rijal seperti para sahabat r.a. Lihatlah sikap Kaab b. Malik yang tidak menerima tawaran utusan kerajaan Ghassan ketika saat beliau dipulau akibat tidak turut serta dalam jihad. Beliau tidak menerima suaka politik dan perlindungan tersebut, bahkan tarbiyah menjadikannya thabat dan menanti pengampunan allah dan rasul.
2. Panjang tapi asli (Thawil – ashil)
Jalan dakwah ini adalah jalan yang panjang. Jalan yang diwarisi dari satu generasi ke satu generasi. Ia merupakan siri mata rantai perjuangan yang saling berkesinambungan untuk mencapai sasaran dan matlamat dakwah.Dalam perang khandak , Rasulullah SAW memberikan khabar gembira pembukaan Kota Rom . Namun sejarah telah menyaksikan bahawa Rom dibuka dan ditakluk oleh umat islam pada masa kerajaan Uthmaniyah. Hakikat ini menunjukkan betapa panjangnya perjalanan dakwah ini dilalui, berapa banyak generasi dilewati, berapa banyak kader bersilih ganti, berapa banyak rijal dijualbeli fi sabilillah tetapi keasholahan dakwah dan tarbiyah tetap dijaga. Asas dan pasak yang telah dimulakan oleh Rasulullah dan kemudian dilanjutkan oleh para sahabat Rodiallahu ‘anhum wa rodhu’anhu.
Rijal yang memiliki asolah dakwah dan asolah tarbiyah adalah rijal yang telah teruji keasolahan fikrahnya,keasolahan manhaj amalnya hasil dari tarbiyah biar pun panjang perjalanan dakwah ini. Syeikh Mustafa Mahsyur menyatakan antara ciri dakwah Ikhwan ialah al-Asolah (keaslian & ketulenan) manhaj dan fikrahnya.Sifat Asolah ini menjadikan rijal tadi tegar, utuh, thabat dengan mehnah dan ujian di jalan dakwah, sosok peribadi yang tak lekang dek panas, tak lapuk dek hujan.
Sifat asolah dan tajarrud pada dakwah serta hasil tarbiyah yang berkualiti terkamir pada sosok tubuh Abu Talhah RA yang hidup hingga zaman Khalifah Uthman b. Affan. Apabila tiba panggilan semboyan jihad dan menuntut untuk mengharungi lautan bagi menghadapi Rom, beliau tanpa berlengah-lengah terus menyahut panggilan tersebut sehingga beliau gugur diperbatasan medan jihad sebagai syahid.
Dengan tarbiyah jualah telah menjadikan 10 orang para sahabat yang dijamin syurga, yang menjawat jawatan khalifah atau jawatan gabenor tidak merasa terpesona dengan dugaan duniawi, rasa besar atau gah tetapi merasa kerdil di sisi allah swt.
Begitulah kita melihat ramai ikhwan yang telah dipenjara, ditangkap, dibunuh tetapi mereka tetap thabat, teguh bersama di atas jalan dakwah. Hakikatnya jalan ini panjang tapi terpelihara keasholahannya. Hanya dengan jalan tarbiyah dapat memaintainkan kita terus berada dalam kafilah dakwah.
3. Lambat tapi terjamin ( Bathi’ – ma’mun)
Tabiat jalan dakwah ini lambat tetapi terjamin hasilnya.Dakwah ini ibarat larian marathon bukan larian sprint. Biarpun lambat tetapi akan sampai ke garisannya jua. Lihatlah dua anologi berbeza antara karektor kura-kura dan arnab. Sifat ghurur dan takjub pada diri serta berasa selesa akan membawa padah dalam perjalanan berbeza dengan kura-kura yang menyedari hakikat dirinya walaupun lambat namun kesabaran, kesungguhan mengusungnya sampai ke garisan penamat dan dia menjadi pemenang.Satu perjuangan yang memerlukan nafas panjang. (nafsu thowil ). Itulah jalan tarbiyah.
Jalan tarbiyah yang berbeza dengan jalan siasi. Jalan politik melihat kepada habuan segera, menggunakan kaedah matlamat menghalalkan cara, eksploitasi, penipuan yang akhirnya membawa bencana dalam perjuangan.
Mana-mana Harakah Islamiah yang mengabaikan aspek tarbiyah dan pembinaan dalaman akan membawa kepada kegagalan biarpun nampak hasilnya diperingkat permulaan. Kalau dapat pun, ia tidak kukuh dan bertahan lama. Memprioritikan amal politik dari amal tarbawi merupakan penyelewengan dari jalan dakwah. Seerah menunjukkan Rasulullah memberikan penekanan kepada jalan tarbiyah dan menolak metodologi siasi dalam amal dakwah baginda. Kita adalah du’at ilallah sebelum menjadi du’at siasi.
Cukuplah penolakan Rasulullah SAW kepada tawaran pembesar Quraish untuk berada ditampuk kekuasaan sebagai bukti bahawa dakwah ini berdiri di atas jalan tarbiyah. Dakwah ini perlu melalui kesukaran dan kepayahan bukan mengharap natijah yang segera dan cepat. Ingatlah pesanan al-Bana kepada golongan yang ‘isti’jal (tergesa-gesa), yang ingin memetik hasilnya sebelum tiba masanya sebagai panduan berguna untuk kita.
Ketika berlaku fitnah hadith al-Ifki terhadap Saidatina Aisyah R.A, kita dapat melihat sikap isteri Abu Ayyub al-Ansori yang menjaga lisannya dari melemparkan kata-kata fitnah terhadap Saidatina Aisyah RA di saat ramai manusia menyebarluas finah keji ini. Inilah gambaran Sohabiyah yang terdidik dari madrasah Rasulullah yang mewakili contoh keperibadian tarbawi yang terjamin keasholahan dakwahnya. Hasil tarbiyah inilah yang membentuk isteri Abu Ayyub al-Ansori tidak tergamak untuk melakukan fitnah dan buruk sangka kepada Ummul Mukminin Aisyah RA.
Dari sudut taktikalnya jalan tarbiyah ini dapat menyeimbangkan keperluan dakwah dengan bilangan kader. Tanpa tarbiyah tidak mungkin lahir kader-kader yang mampu menampung perluasan amal medan. Jadi, dengan jalan tarbiyah dapat mensejajarkan sokongan massa dengan potensi tarbiyah. Tanpa jalan tarbiyah ini, maka tidak akan wujud barisan du’at atau murabbi yang dapat memenuhi keperluan dakwah dan garapan umum.
Secara strateginya, jalan tarbiyah ini akan melahirkan pewaris dakwah baru bagi melengkapkan peta perjalanan dakwah dalam kerangka membina projek peradaban umat berpaksikan maratib amal 7. Jika tidak diberi perhatian akan wujud kesenjangan antara dua generasi yang berakhirnya dengan ‘Lose of Generation’. Penyakit kepupusan generasi atau hilang taurith adalah akibat penumpuan kepada gaya amal siasi dari menumpukan gaya amal tarbawi. Kata-kata Syeikh Muhammad Ar-Rasyid ‘ attarkiz la attakshir’ ( penumpuan bukan meramaikan) boleh dijadikan asas dalam amal takween (pembinaan).
Bayangkan ketika berlaku gerakan Riddah di zaman Saidina Abu Bakar RA, para sahabat yang ditarbiyah inilah menjadi Qaedah Sulbah mempertahankan Islam dan memerangi golongan yang murtad. Begitu juga , tenaga da’ie yang dibentuk pada zaman Saidina Umar al-Khattab , dalam tempoh tidak sampai satu tahun telah bersedia memikul tugas jihad dan berada diposisi hadapan sama ada sebagai komandan atau panglima perang. Semuanya ini adalah hasil produk jalan tarbiyah.
Justeru itu jalan tarbiyah adalah jalan yang paling selamat, terjamin kualiti, hasil produktif dan bertahan lama. Pilihlah jalan tarbiyah….
wallahu a'lam...
Ketika Abdullah b. Rawahah diangkat menjadi panglima perang dalam perang Mu’tah. Beliau menerima jawatan tersebut dengan tangisan dan cucuran air mata. Lantas para sahabat lain bertanya: “ Apa gerangan yang membuatkan engkau menangis wahai Abdullah. Lalu beliau memberi respon : “ tidak ada rasa cinta pada diriku akan dunia serta keinginan untuk dipuja-puja oleh kalian,akan tetapi aku teringat ketika Rasulullah mengingatkan aku dengan firmannya : [ dan tidaklah dari kalian melainkan akan mendatanginya neraka Jahanam ,dan yang demikian itu bagi Tuhanmu merupakan hatman maqdhiyya (satu ketentuan) ] ( QS Maryam : 71 )
Inilah perasaan yang terbit dari benak Abdullah b. Rawahah ketika beliau mentadabbur ayatal-Quran dan menghubungkannya dengan jawatan yang diamanahkan kepadanya. Rasa risau dan bimbang jika amanah ini tidak dapat menyelamatkannya dari menghadapi kesengsaraan neraka Jahanam. Ia mengingatkan bahawa menghadapi neraka Jahanam merupakan satu kepastian, satu ketetapan yang tidak dapat dielakkan. ( Hatman Maqdhiyya).
Begitulan tarbiyah juga merupakan satu kepastian, satu ketentuan ( hatman maqdhiyya) dalam projek membina peradaban ummah.Tidak ada pilihan dan alternatif lain, hanya tarbiyah jalan menuju kepada mencapai target dan sasaran tersebut . Inilah jalan yang lurus, jalan para nabi, jalan para rasul dan jalan salafussoleh. Jalan yang telah dilalui oleh Rasulullah dan para sahabat ridwanullahi ‘alaihim ajmaeen. Jalan yang telah terbukti berjaya dan ampuh, biar pun segala halangan dan pancaroba menimpa. Allah menjelaskannya di dalam firmannya di dalam surah Al- ‘An’aam : [ Dan sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus, maka hendaklah kamu mengikutinya, dan janganlah kamu menurut jalan-jalan lain kerana itu mencerai beraikan kamu dari jalan allah, yang demikian itu allah mewasiatkan kamu supaya bertaqwa - ayat 153].
Kalimah ‘siraati mustaqima’ didatangkan dari kata mufrad ( satu) sedangkan larangan mengikut ‘subul’ di sebut dengan kalimah jamak. (plural). Allah menegaskan bahawa jalan ini hanya satu , bukan dua, bukan tiga , itulah jalan yang telah dilalui oleh para Rasul dan generasi silam sedangkan larangan dengan menggunakan kata jamak menunjukkan di sana ada pelbagai metod yang boleh membawa kepada perpecahan, penyelewengan, tafarruq dan penyimpangan dalam manhaj amal. Di dalam al-Quran allah telah mempakejkan kalimah ‘siraat’ dalam bentuk mufrad sahaja dan dikaitkan dengan kalimah ‘mustaqim’ bagi menzahirkan bahawa jalan dakwah ini, jalan tarbiyah ini adalah jalan yang satu dan ia membawa kepada istiqamah manhaj , istiqamah amal dan istiqamah ad-deen. Ini juga terangkum dalam surah al-Fatihah. (Ihdinas siraatal mustaqim).
Kenapa jalan ini menjadi pilihan para da’ie?. Kenapa jalan ini perlu kita lalui ?.Kenapa kita tidak memilih jalan-jalan lain. Barangkali jalan-jalan lain mampu mempercepatkan proses memegang tampuk kekuasaan, mensejajarkan bulatan pengaruh dakwah atau melestarikan organisasi di mata masyarakat.
Ya, sememangnya kita akui dan fahami bahawa jalan yang kita pilih ini adalah jalan yang kita warisi dari Rasulullah SAW, jalan yang telah diperakui oleh para mujtahid dakwah dan harakah , hasil penelaahan dan pengkajian mendalam terhadap perjalanan sirah baginda SAW dan terbukti berjaya. Kita memilih jalan ini kerana :
1. Sukar tapi kukuh ( Sha’bun – thabit)
Memilih jalan ini bermakna kita perlu melalui kepayahan dan kesukaran . Tarbiyah itu menyamai kepayahan dan kesusahan. Betapa sulit dan sukarnya proses ini untuk melahirkan hasil-hasil yang berkualiti. Bayangkan generasi terawal yang memeluk islam diperingkat permulaan dakwah hanya sekitar 40 – 50 orang. Mereka inilah yang menjadi tulang punggung dakwah Rasulullah SAW. Mereka bukan sekadar menyahut seruan dakwah tetapi mempersiapkan diri menjadi Agen of change ( Anashiruttaghyir).
Berdakwah itu memang tidak mudah kerana dakwah memerlukan proses dan pembinaan (takween). Anologi yang paling mudah bagi tarbiyah ialah seperti menanam sepohon pokok. Pokok tersebut harus dijaga,dipelihara,dibajai,disirami,dikawal dari diceroboh binatang-binatang buas, juga terpaksa menghadapi ribut taufan, angin kencang, panas terik sehingga ia tumbuh membesar, kuat dan utuh, menghasilkan buah-buah ranum dan berkualiti yang boleh dimakan oleh orang lain.
Begitulah tarbiyah, ia proses membina peribadi yang kuat, kader yang berkualiti dari sudut fikri dan tanzimi sehingga ia menjadi batu bata kepada binaan daulah. Tarbiyah yang mampu melahirkan parajurit dan rijal seperti para sahabat r.a. Lihatlah sikap Kaab b. Malik yang tidak menerima tawaran utusan kerajaan Ghassan ketika saat beliau dipulau akibat tidak turut serta dalam jihad. Beliau tidak menerima suaka politik dan perlindungan tersebut, bahkan tarbiyah menjadikannya thabat dan menanti pengampunan allah dan rasul.
2. Panjang tapi asli (Thawil – ashil)
Jalan dakwah ini adalah jalan yang panjang. Jalan yang diwarisi dari satu generasi ke satu generasi. Ia merupakan siri mata rantai perjuangan yang saling berkesinambungan untuk mencapai sasaran dan matlamat dakwah.Dalam perang khandak , Rasulullah SAW memberikan khabar gembira pembukaan Kota Rom . Namun sejarah telah menyaksikan bahawa Rom dibuka dan ditakluk oleh umat islam pada masa kerajaan Uthmaniyah. Hakikat ini menunjukkan betapa panjangnya perjalanan dakwah ini dilalui, berapa banyak generasi dilewati, berapa banyak kader bersilih ganti, berapa banyak rijal dijualbeli fi sabilillah tetapi keasholahan dakwah dan tarbiyah tetap dijaga. Asas dan pasak yang telah dimulakan oleh Rasulullah dan kemudian dilanjutkan oleh para sahabat Rodiallahu ‘anhum wa rodhu’anhu.
Rijal yang memiliki asolah dakwah dan asolah tarbiyah adalah rijal yang telah teruji keasolahan fikrahnya,keasolahan manhaj amalnya hasil dari tarbiyah biar pun panjang perjalanan dakwah ini. Syeikh Mustafa Mahsyur menyatakan antara ciri dakwah Ikhwan ialah al-Asolah (keaslian & ketulenan) manhaj dan fikrahnya.Sifat Asolah ini menjadikan rijal tadi tegar, utuh, thabat dengan mehnah dan ujian di jalan dakwah, sosok peribadi yang tak lekang dek panas, tak lapuk dek hujan.
Sifat asolah dan tajarrud pada dakwah serta hasil tarbiyah yang berkualiti terkamir pada sosok tubuh Abu Talhah RA yang hidup hingga zaman Khalifah Uthman b. Affan. Apabila tiba panggilan semboyan jihad dan menuntut untuk mengharungi lautan bagi menghadapi Rom, beliau tanpa berlengah-lengah terus menyahut panggilan tersebut sehingga beliau gugur diperbatasan medan jihad sebagai syahid.
Dengan tarbiyah jualah telah menjadikan 10 orang para sahabat yang dijamin syurga, yang menjawat jawatan khalifah atau jawatan gabenor tidak merasa terpesona dengan dugaan duniawi, rasa besar atau gah tetapi merasa kerdil di sisi allah swt.
Begitulah kita melihat ramai ikhwan yang telah dipenjara, ditangkap, dibunuh tetapi mereka tetap thabat, teguh bersama di atas jalan dakwah. Hakikatnya jalan ini panjang tapi terpelihara keasholahannya. Hanya dengan jalan tarbiyah dapat memaintainkan kita terus berada dalam kafilah dakwah.
3. Lambat tapi terjamin ( Bathi’ – ma’mun)
Tabiat jalan dakwah ini lambat tetapi terjamin hasilnya.Dakwah ini ibarat larian marathon bukan larian sprint. Biarpun lambat tetapi akan sampai ke garisannya jua. Lihatlah dua anologi berbeza antara karektor kura-kura dan arnab. Sifat ghurur dan takjub pada diri serta berasa selesa akan membawa padah dalam perjalanan berbeza dengan kura-kura yang menyedari hakikat dirinya walaupun lambat namun kesabaran, kesungguhan mengusungnya sampai ke garisan penamat dan dia menjadi pemenang.Satu perjuangan yang memerlukan nafas panjang. (nafsu thowil ). Itulah jalan tarbiyah.
Jalan tarbiyah yang berbeza dengan jalan siasi. Jalan politik melihat kepada habuan segera, menggunakan kaedah matlamat menghalalkan cara, eksploitasi, penipuan yang akhirnya membawa bencana dalam perjuangan.
Mana-mana Harakah Islamiah yang mengabaikan aspek tarbiyah dan pembinaan dalaman akan membawa kepada kegagalan biarpun nampak hasilnya diperingkat permulaan. Kalau dapat pun, ia tidak kukuh dan bertahan lama. Memprioritikan amal politik dari amal tarbawi merupakan penyelewengan dari jalan dakwah. Seerah menunjukkan Rasulullah memberikan penekanan kepada jalan tarbiyah dan menolak metodologi siasi dalam amal dakwah baginda. Kita adalah du’at ilallah sebelum menjadi du’at siasi.
Cukuplah penolakan Rasulullah SAW kepada tawaran pembesar Quraish untuk berada ditampuk kekuasaan sebagai bukti bahawa dakwah ini berdiri di atas jalan tarbiyah. Dakwah ini perlu melalui kesukaran dan kepayahan bukan mengharap natijah yang segera dan cepat. Ingatlah pesanan al-Bana kepada golongan yang ‘isti’jal (tergesa-gesa), yang ingin memetik hasilnya sebelum tiba masanya sebagai panduan berguna untuk kita.
Ketika berlaku fitnah hadith al-Ifki terhadap Saidatina Aisyah R.A, kita dapat melihat sikap isteri Abu Ayyub al-Ansori yang menjaga lisannya dari melemparkan kata-kata fitnah terhadap Saidatina Aisyah RA di saat ramai manusia menyebarluas finah keji ini. Inilah gambaran Sohabiyah yang terdidik dari madrasah Rasulullah yang mewakili contoh keperibadian tarbawi yang terjamin keasholahan dakwahnya. Hasil tarbiyah inilah yang membentuk isteri Abu Ayyub al-Ansori tidak tergamak untuk melakukan fitnah dan buruk sangka kepada Ummul Mukminin Aisyah RA.
Dari sudut taktikalnya jalan tarbiyah ini dapat menyeimbangkan keperluan dakwah dengan bilangan kader. Tanpa tarbiyah tidak mungkin lahir kader-kader yang mampu menampung perluasan amal medan. Jadi, dengan jalan tarbiyah dapat mensejajarkan sokongan massa dengan potensi tarbiyah. Tanpa jalan tarbiyah ini, maka tidak akan wujud barisan du’at atau murabbi yang dapat memenuhi keperluan dakwah dan garapan umum.
Secara strateginya, jalan tarbiyah ini akan melahirkan pewaris dakwah baru bagi melengkapkan peta perjalanan dakwah dalam kerangka membina projek peradaban umat berpaksikan maratib amal 7. Jika tidak diberi perhatian akan wujud kesenjangan antara dua generasi yang berakhirnya dengan ‘Lose of Generation’. Penyakit kepupusan generasi atau hilang taurith adalah akibat penumpuan kepada gaya amal siasi dari menumpukan gaya amal tarbawi. Kata-kata Syeikh Muhammad Ar-Rasyid ‘ attarkiz la attakshir’ ( penumpuan bukan meramaikan) boleh dijadikan asas dalam amal takween (pembinaan).
Bayangkan ketika berlaku gerakan Riddah di zaman Saidina Abu Bakar RA, para sahabat yang ditarbiyah inilah menjadi Qaedah Sulbah mempertahankan Islam dan memerangi golongan yang murtad. Begitu juga , tenaga da’ie yang dibentuk pada zaman Saidina Umar al-Khattab , dalam tempoh tidak sampai satu tahun telah bersedia memikul tugas jihad dan berada diposisi hadapan sama ada sebagai komandan atau panglima perang. Semuanya ini adalah hasil produk jalan tarbiyah.
Justeru itu jalan tarbiyah adalah jalan yang paling selamat, terjamin kualiti, hasil produktif dan bertahan lama. Pilihlah jalan tarbiyah….
wallahu a'lam...
Manisnya Iman...sudahkah kita merasakannya?
Rasulullah SAW pernah bersabda...
"Ada 3 perkara, barangsiapa yg dirinya dapat menyandang ketiga-tiganya, niscaya akan merasakan manisnya iman,yaitu :
1] bila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yg lain..
2] apabila dia mencintai seseorang muslim, tidaklah dia mencintainya, melainkan kerana Allah..
3] dia tidak suka kembali kpd kekafiran sebagaimana dia tidak suka bila dicampakkan ke dalam neraka..
[HR Bukhari & Muslim]
Iman... Kalimat tauhid yang diumpamakan seperti sebuah pohon yg baik...
Terdengar bisikan tanda tanya..
Apakah pohon yg baik itu...?
Pohon yg baik ini adalah kalimah "Laa ilaaha illallah"
(tiada Tuhan yg disembah melainkan Allah)..
Cabangnya adalah rukun-rukun Islam..
Dahan-dahannya adalah semua hal yg difardhukan & juga yg disunnahkan..
Dedaunannya adalah perbuatan ketaatan..
Dan hasilnya...
Buah yg baik lagi indah itu sebagai manfaat kpd apa yg dihasilkan oleh pelaku ketaatan itu..
Adapun..mengenai rasa manisnya adalah setelah berlangsung waktu yg cukup lama dalam mengerjakannya..
Itulah usaha dlm mencapai manisnya iman...
Sehingga suatu saat, apabila terasa manisnya iman..
dapat dirasakan dan dihayati dlm dirinya..
nikmat kelapangan dan kegembiraan...:)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Duhai sahabat..ingin ku tanyakan..
"Bagaimana utk ku menanam cinta pada ALLAH?"
Wahai sahabatku..
Peliharalah segala hal yg difardhukan..
Kerana ia adalah kunci pertama & jalan paling utama menuju kpd Allah..
"Tidaklah sekali-kali seorang hamba mendekatkan dirinya kpdKu dgn suatu amal yg lebih Aku sukai, selain dr hal yg Aku fardhukan atas dirinya"
[HR Bukhari dan Ibnu Hibban]
"Apa lagi wahai sahabatku?"
Perbanyakkanlah membaca Al-Quran dan merenungi maknanya..
kerana ia satu2nya kalam Allah di muka bumi ini..
menjadi parameter seorang hamba utk mengetahui kadar keimanannya..
Baca..faham..dan amalkan..
"Selain itu..?"
Perbanyaklah berzikir pada Allah selamanya..
Kerana ia adalah pengusir syaitan,menambah kesetiaan,ketaatan & keridhaan serta menghindarkan seseorang dari segala bentuk kemurkaan Allah..
Tenang dan amanlah selama kau berzikir..
“Apalagi..”
Perbanyaklah amalan sunnah yg mendekatkan lagi dirimu kepada Al-Khaliq...
"Ada lagi wahai sahabat?"
Ingatlah..
Seseorang yang tidak sempurna dlm mencintai Rasul & tidak pula sempurna dlm mengikut jejaknya, maka masih belum sempurnalah kedudukan penghambaan dirinya..
Cintailah Rasulullah.. Kenalilah baginda..kajilah segala pekerti yg baik tentang dirinya melalui Al-Quran dan As-Sunnah serta dari rentetan sirahnya..
Sahabat..ingin ku rasa manisnya iman..
"bagaimana harusku mencintai seorang muslim hanya kerana Allah?"
Cinta ada tingkatannya..
Sesuaikan ia dengan tingkat ketaatan dan kedekatannya pada Allah..
Barangsiapa di antara kaum muslimin yg lebih byk durhakanya, berarti kita harus lebih byk membencinya dan menjauhinya..
Barangsiapa yg lebih byk ketaatannya kpd Allah,kita harus lebih mencintainya dan lebih mendekatinya...
Bijaklah dlm mencintai sesuai dgn kedudukannya mengikut parameter jauh & dekatnya yg bersangkutan krn Allah..
Di antara 7 golongan yg akan mendapat naungan
dari Allah pada hari yg tiada naungan kecuali hanya naunganNya ialah..
"2 org pemuda yg saling mencintai kerana Allah;
mereka bertemu kerana Allah & berpisah pula kerana Allah"
[Muttafaq 'Alaih]
Imam Syafi'i rahimahullah dalam madahnya...
"Kucintai orang2 soleh
meskipun aku bukan termasuk dari mereka
dengan harapan mudah-mudahan
aku beroleh syafaat(dari Allah) berkat mereka
Dan aku benci orang yg pekerjaannya maksiat
meskipun kita sama dlm hal pekerjaan"
Dan kemudian..muridnya, Imam Ahmad memuji..
"Engkau menyukai orang2 soleh
karena engkau adalah seorang dari mereka,
hanya berkat kalianlah kami mendapat syafaat"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sahabat yg setia..
"Bagaimana perihal yg ke3?
bagaimana utkku memastikan diriku tidak suka
dipalingkan kembali kpd kekafiranku?"
Amalkanlah doa ini sahabatku yg beriman...
Rabbana la tuzigh qulubana ba'da izhadaitana
wahablana min ladunka rahmah,
innaka anta Al-Wahhab..
"Ya Tuhan kami, jangan KAU palingkan hati ini kepada
kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kpd kami,
dan kurniakanlah kepada kami rahmat disisi Mu
kerana sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Kurnia"
[Ali Imran:8]
Mintalah dengan hati yang tulus...
"Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati..
teguhkanlah hatiku pada agamaMu...
Wahai Tuhan yg memalingkan hati..
palingkanlah hati kami utk taat kepadaMu.."
Jangan sesekali menyukai kesesatan..
Jangan sekali-kali mengikut hawa nafsumu..
Andai kau tidak mahu Allah meninggalkanmu..
"Maka tatkala mereka berpaling(dari kebenaran),
Allah memalingkan hati mereka.."[As-Saff:5]
Sahabatku yg kukasihi..
"Bisakah ku simpulkan bagaimana untukku mendapat manisnya iman ini...?"
Pertama..Cintailah Allah & RasulNya...
Kedua..Cintailah orang2 yg soleh.. Dan
Ketiga..benci kembali kepada kekafiran sesudah Allah menyelamatkannya..
Siapa yg menguranginya..maka berkuranglah imannya...
"Ku doakan untuk diriku dan sahabat..
moga kita dapat merasakan manisnya iman...:)"
~Ya Allah..hidupkan hatiku dgn iman..
permudahkan urusanku...
tenangkan hatiku..
amiiin~
SEBUAH ILUSTRASI BUAH MANISNYA IMAN
Saat itu malam hari. Rasulullah SAW dan Pasukannya berhenti di sebuah bukit. Mereka baru saja kembali dari perang Dzatur Riqa’. Seperti biasa, Rasulullah memberikan memberikan Qirosah (tugas berjaga bergiliran). Abbad bin Bisyr dan Ammar bin Yasir menyatakan siap melaksanakan tugas itu. Keduanya adalah sahabat erat.
Dalam mengisi keheningan malamnya, Abbad bin Bisyr menggunakan waktunya untuk beribadah. Sekejap kemudian ia pun larut menikmati manisnya Al-Qur’an yang ia baca dalam rangkaian shalat malamnya. Kekhusuyukan shalat dan bacaan Al-Qur’an berpadu dalam jiwanya.
Sementara Ammar bin Yasir tidur,karena memang gilirannya untuk istirahat, Abbad terus larut dalam ibadahnya. Saat itulah seorang musuh mengintai dari kegelapan. Sebuah busur dan anak panah ia persiapkan dan segera diarahkan ke Abbad yang masih tenggelam dalam telaga kenikmatan ibadah.
Anak panah pun melesat dan mengenai salah satu bagian tubuh Abbad. Sebagian riwayat memaparkan, Abbad mencabut anak panah itu tanpa merasa sakit sedikitpun. Lalu, ia meneruskan shalatnya. Panah kedua pun meluncur dan mengenai bagian tubuh Abbad. Seperti kejadian sebelumnya, Abbad mencabut anak panah itu lalu meneruskan ibadahnya. Panah ketiga meluncur mengenai tubuh Abbad. Lagi, seperti sebelumnya, tanpa merasakan sakit Abbad mencabut anak panah itu. Selanjutnya, ia meneruskan ibadahnya.
Ketika giliran Ammar bin Yasir tiba, Abbad pun membangunkan rekannya itu. Ammar kaget melihat darah mengucur dari tubuh Abbad. Melihat peristiwa itu, sang pemanah buru-buru melarikan diri. “Mengapa tidak membangunkan aku ketika engkau kena panah pertama?” tanya Ammar.
“Aku sedang membaca Al-Qur’an dalam shalat. Aku tak ingin memutuskan bacaanku. Demi Allah, kalau tidak karena takut menyia-nyiakan tugas Rasulullah SAW, biarlah tubuh ini putus daripada aku harus memutuskan bacaan dalam shalatku,” ujar Abbad.
Peristiwa yang dialami Abbad bin Bisyr itu merupakan contoh betapa kekhusyukan ibadah bisa melahirkan kenikmatan luar biasa. Bahkan, ketika secara wajar seharusnya Abbad merasakan sakit, tapi sebaliknya dia tak merasakannya. Ia larut dalam lezatnya ibadah. Inilah salah satu buah manisnya iman.
Wallahu a'lam bishowwab....Smoga bermanfaat sobat (Tulisan diambil dari berbagai sumber)
"Ada 3 perkara, barangsiapa yg dirinya dapat menyandang ketiga-tiganya, niscaya akan merasakan manisnya iman,yaitu :
1] bila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yg lain..
2] apabila dia mencintai seseorang muslim, tidaklah dia mencintainya, melainkan kerana Allah..
3] dia tidak suka kembali kpd kekafiran sebagaimana dia tidak suka bila dicampakkan ke dalam neraka..
[HR Bukhari & Muslim]
Iman... Kalimat tauhid yang diumpamakan seperti sebuah pohon yg baik...
Terdengar bisikan tanda tanya..
Apakah pohon yg baik itu...?
Pohon yg baik ini adalah kalimah "Laa ilaaha illallah"
(tiada Tuhan yg disembah melainkan Allah)..
Cabangnya adalah rukun-rukun Islam..
Dahan-dahannya adalah semua hal yg difardhukan & juga yg disunnahkan..
Dedaunannya adalah perbuatan ketaatan..
Dan hasilnya...
Buah yg baik lagi indah itu sebagai manfaat kpd apa yg dihasilkan oleh pelaku ketaatan itu..
Adapun..mengenai rasa manisnya adalah setelah berlangsung waktu yg cukup lama dalam mengerjakannya..
Itulah usaha dlm mencapai manisnya iman...
Sehingga suatu saat, apabila terasa manisnya iman..
dapat dirasakan dan dihayati dlm dirinya..
nikmat kelapangan dan kegembiraan...:)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Duhai sahabat..ingin ku tanyakan..
"Bagaimana utk ku menanam cinta pada ALLAH?"
Wahai sahabatku..
Peliharalah segala hal yg difardhukan..
Kerana ia adalah kunci pertama & jalan paling utama menuju kpd Allah..
"Tidaklah sekali-kali seorang hamba mendekatkan dirinya kpdKu dgn suatu amal yg lebih Aku sukai, selain dr hal yg Aku fardhukan atas dirinya"
[HR Bukhari dan Ibnu Hibban]
"Apa lagi wahai sahabatku?"
Perbanyakkanlah membaca Al-Quran dan merenungi maknanya..
kerana ia satu2nya kalam Allah di muka bumi ini..
menjadi parameter seorang hamba utk mengetahui kadar keimanannya..
Baca..faham..dan amalkan..
"Selain itu..?"
Perbanyaklah berzikir pada Allah selamanya..
Kerana ia adalah pengusir syaitan,menambah kesetiaan,ketaatan & keridhaan serta menghindarkan seseorang dari segala bentuk kemurkaan Allah..
Tenang dan amanlah selama kau berzikir..
“Apalagi..”
Perbanyaklah amalan sunnah yg mendekatkan lagi dirimu kepada Al-Khaliq...
"Ada lagi wahai sahabat?"
Ingatlah..
Seseorang yang tidak sempurna dlm mencintai Rasul & tidak pula sempurna dlm mengikut jejaknya, maka masih belum sempurnalah kedudukan penghambaan dirinya..
Cintailah Rasulullah.. Kenalilah baginda..kajilah segala pekerti yg baik tentang dirinya melalui Al-Quran dan As-Sunnah serta dari rentetan sirahnya..
Sahabat..ingin ku rasa manisnya iman..
"bagaimana harusku mencintai seorang muslim hanya kerana Allah?"
Cinta ada tingkatannya..
Sesuaikan ia dengan tingkat ketaatan dan kedekatannya pada Allah..
Barangsiapa di antara kaum muslimin yg lebih byk durhakanya, berarti kita harus lebih byk membencinya dan menjauhinya..
Barangsiapa yg lebih byk ketaatannya kpd Allah,kita harus lebih mencintainya dan lebih mendekatinya...
Bijaklah dlm mencintai sesuai dgn kedudukannya mengikut parameter jauh & dekatnya yg bersangkutan krn Allah..
Di antara 7 golongan yg akan mendapat naungan
dari Allah pada hari yg tiada naungan kecuali hanya naunganNya ialah..
"2 org pemuda yg saling mencintai kerana Allah;
mereka bertemu kerana Allah & berpisah pula kerana Allah"
[Muttafaq 'Alaih]
Imam Syafi'i rahimahullah dalam madahnya...
"Kucintai orang2 soleh
meskipun aku bukan termasuk dari mereka
dengan harapan mudah-mudahan
aku beroleh syafaat(dari Allah) berkat mereka
Dan aku benci orang yg pekerjaannya maksiat
meskipun kita sama dlm hal pekerjaan"
Dan kemudian..muridnya, Imam Ahmad memuji..
"Engkau menyukai orang2 soleh
karena engkau adalah seorang dari mereka,
hanya berkat kalianlah kami mendapat syafaat"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sahabat yg setia..
"Bagaimana perihal yg ke3?
bagaimana utkku memastikan diriku tidak suka
dipalingkan kembali kpd kekafiranku?"
Amalkanlah doa ini sahabatku yg beriman...
Rabbana la tuzigh qulubana ba'da izhadaitana
wahablana min ladunka rahmah,
innaka anta Al-Wahhab..
"Ya Tuhan kami, jangan KAU palingkan hati ini kepada
kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kpd kami,
dan kurniakanlah kepada kami rahmat disisi Mu
kerana sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Kurnia"
[Ali Imran:8]
Mintalah dengan hati yang tulus...
"Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati..
teguhkanlah hatiku pada agamaMu...
Wahai Tuhan yg memalingkan hati..
palingkanlah hati kami utk taat kepadaMu.."
Jangan sesekali menyukai kesesatan..
Jangan sekali-kali mengikut hawa nafsumu..
Andai kau tidak mahu Allah meninggalkanmu..
"Maka tatkala mereka berpaling(dari kebenaran),
Allah memalingkan hati mereka.."[As-Saff:5]
Sahabatku yg kukasihi..
"Bisakah ku simpulkan bagaimana untukku mendapat manisnya iman ini...?"
Pertama..Cintailah Allah & RasulNya...
Kedua..Cintailah orang2 yg soleh.. Dan
Ketiga..benci kembali kepada kekafiran sesudah Allah menyelamatkannya..
Siapa yg menguranginya..maka berkuranglah imannya...
"Ku doakan untuk diriku dan sahabat..
moga kita dapat merasakan manisnya iman...:)"
~Ya Allah..hidupkan hatiku dgn iman..
permudahkan urusanku...
tenangkan hatiku..
amiiin~
SEBUAH ILUSTRASI BUAH MANISNYA IMAN
Saat itu malam hari. Rasulullah SAW dan Pasukannya berhenti di sebuah bukit. Mereka baru saja kembali dari perang Dzatur Riqa’. Seperti biasa, Rasulullah memberikan memberikan Qirosah (tugas berjaga bergiliran). Abbad bin Bisyr dan Ammar bin Yasir menyatakan siap melaksanakan tugas itu. Keduanya adalah sahabat erat.
Dalam mengisi keheningan malamnya, Abbad bin Bisyr menggunakan waktunya untuk beribadah. Sekejap kemudian ia pun larut menikmati manisnya Al-Qur’an yang ia baca dalam rangkaian shalat malamnya. Kekhusuyukan shalat dan bacaan Al-Qur’an berpadu dalam jiwanya.
Sementara Ammar bin Yasir tidur,karena memang gilirannya untuk istirahat, Abbad terus larut dalam ibadahnya. Saat itulah seorang musuh mengintai dari kegelapan. Sebuah busur dan anak panah ia persiapkan dan segera diarahkan ke Abbad yang masih tenggelam dalam telaga kenikmatan ibadah.
Anak panah pun melesat dan mengenai salah satu bagian tubuh Abbad. Sebagian riwayat memaparkan, Abbad mencabut anak panah itu tanpa merasa sakit sedikitpun. Lalu, ia meneruskan shalatnya. Panah kedua pun meluncur dan mengenai bagian tubuh Abbad. Seperti kejadian sebelumnya, Abbad mencabut anak panah itu lalu meneruskan ibadahnya. Panah ketiga meluncur mengenai tubuh Abbad. Lagi, seperti sebelumnya, tanpa merasakan sakit Abbad mencabut anak panah itu. Selanjutnya, ia meneruskan ibadahnya.
Ketika giliran Ammar bin Yasir tiba, Abbad pun membangunkan rekannya itu. Ammar kaget melihat darah mengucur dari tubuh Abbad. Melihat peristiwa itu, sang pemanah buru-buru melarikan diri. “Mengapa tidak membangunkan aku ketika engkau kena panah pertama?” tanya Ammar.
“Aku sedang membaca Al-Qur’an dalam shalat. Aku tak ingin memutuskan bacaanku. Demi Allah, kalau tidak karena takut menyia-nyiakan tugas Rasulullah SAW, biarlah tubuh ini putus daripada aku harus memutuskan bacaan dalam shalatku,” ujar Abbad.
Peristiwa yang dialami Abbad bin Bisyr itu merupakan contoh betapa kekhusyukan ibadah bisa melahirkan kenikmatan luar biasa. Bahkan, ketika secara wajar seharusnya Abbad merasakan sakit, tapi sebaliknya dia tak merasakannya. Ia larut dalam lezatnya ibadah. Inilah salah satu buah manisnya iman.
Wallahu a'lam bishowwab....Smoga bermanfaat sobat (Tulisan diambil dari berbagai sumber)
Tuhan,Takdir dan Syetan – Pendekatan logika sederhana
Seorang pemuda yg lama sekolah di luar negeri kembali ke Indonesia..
Sampai dirumah ia minta orangtuanya untuk mencari Guru agama, atau siapapun yg bisa menjawab 3 pertanyaannya..
Akhirnya Orangtua pemuda itu mendapatkan seorang Guru Agama (GA)..
(Pemuda) Anda siapa? apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
(GA) Saya hanya orang biasa saja..
(Pemuda) Hmm.. Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya..
(GA) Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya
(Pemuda) Saya punya 3 pertanyaan, yaitu (1) Kalau memang Tuhan ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya (2) Apakah yang dinamakan Takdir (3) Kalau setan diciptakan dari api menagpa dimasukan keNeraka yg dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan sebab mereka memiliki unsur yg sama! ……Apakah Tuhan tdk berpikir sejauh itu?
‘Tiba-tiba (GA) tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras’
(Pemuda) (sambil menahan sakit) Kenapa anda marah kepada saya?
(GA) Saya tdk marah.. Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yg anda ajukan kepada saya..
(Pemuda) Saya sungguh tidak mengerti
(GA) Bagaimana rasanya tamparan saya?
(Pemuda) Tentu saja saya merasakan sakit
(GA) Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
(Pemuda) Ya
(GA) Tunjukan pada saya wujud sakit itu!
(Pemuda) Saya tidak bisa
(GA) Itulah jawaban pertanyaan pertama, kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
(GA) Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
(Pemuda) Tidak
(GA) Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?
(Pemuda) Tdk
(GA) Itulah yang dinamakan Takdir
(GA) Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
(Pemuda) kulit
(GA) Terbuat dari apa pipi anda?
(Pemuda) kulit
(GA) Bagaimana rasanya tamparan saya?
(Pemuda) sakit..
(GA) Walaupun Setan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan utk setan…
Ada-ada saja...:-)
Sampai dirumah ia minta orangtuanya untuk mencari Guru agama, atau siapapun yg bisa menjawab 3 pertanyaannya..
Akhirnya Orangtua pemuda itu mendapatkan seorang Guru Agama (GA)..
(Pemuda) Anda siapa? apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
(GA) Saya hanya orang biasa saja..
(Pemuda) Hmm.. Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya..
(GA) Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya
(Pemuda) Saya punya 3 pertanyaan, yaitu (1) Kalau memang Tuhan ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya (2) Apakah yang dinamakan Takdir (3) Kalau setan diciptakan dari api menagpa dimasukan keNeraka yg dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan sebab mereka memiliki unsur yg sama! ……Apakah Tuhan tdk berpikir sejauh itu?
‘Tiba-tiba (GA) tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras’
(Pemuda) (sambil menahan sakit) Kenapa anda marah kepada saya?
(GA) Saya tdk marah.. Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yg anda ajukan kepada saya..
(Pemuda) Saya sungguh tidak mengerti
(GA) Bagaimana rasanya tamparan saya?
(Pemuda) Tentu saja saya merasakan sakit
(GA) Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
(Pemuda) Ya
(GA) Tunjukan pada saya wujud sakit itu!
(Pemuda) Saya tidak bisa
(GA) Itulah jawaban pertanyaan pertama, kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
(GA) Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
(Pemuda) Tidak
(GA) Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?
(Pemuda) Tdk
(GA) Itulah yang dinamakan Takdir
(GA) Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
(Pemuda) kulit
(GA) Terbuat dari apa pipi anda?
(Pemuda) kulit
(GA) Bagaimana rasanya tamparan saya?
(Pemuda) sakit..
(GA) Walaupun Setan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan utk setan…
Ada-ada saja...:-)
ANALOGI YANG MENGAGUMKAN TENTANG KEBERADAAN TUHAN
Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut merapikan brewoknya.
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.
Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada“.
“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana , di jalanan…. untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit??, Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.“
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar mlungker-mlungker-istilah jawa-nya”, kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, “Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
Si tukang cukur tidak terima, “Kamu kok bisa bilang begitu ??“.
“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!“
“Tidak!“ elak si konsumen.
“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana “, si konsumen menambahkan.
“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!“, sanggah si tukang cukur. “Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya“, jawab si tukang cukur membela diri.
“Cocok!“-kata si konsumen menyetujui. “Itulah point utama-nya!. Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !, Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”
Si tukang cukur terbengong !!!!
(Smoga bermanfaat sobat...)
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.
Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada“.
“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana , di jalanan…. untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit??, Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.“
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar mlungker-mlungker-istilah jawa-nya”, kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, “Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
Si tukang cukur tidak terima, “Kamu kok bisa bilang begitu ??“.
“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!“
“Tidak!“ elak si konsumen.
“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana “, si konsumen menambahkan.
“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!“, sanggah si tukang cukur. “Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya“, jawab si tukang cukur membela diri.
“Cocok!“-kata si konsumen menyetujui. “Itulah point utama-nya!. Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !, Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”
Si tukang cukur terbengong !!!!
(Smoga bermanfaat sobat...)
Akankah kita mewariskan bacaan Qur'an yang SALAH, karena yang BENAR itu mudah?
Bismillahirrohmaanirrohiim...
Saudara Kaum Muslimin Fesbuker yang dirahmati Allah...
Sengaja judul diatas menyitir dari slogan Lembaga MMQ Metode Qiro'ati yang mungkin masih banyak kaum muslimin yang belum mengenalnya. Namun penulis saat ini tidak sedang mempromosikan Lembaga yang didirikan oleh KH. Dahlan Zarkasih yang berpusat di PGPQ Semarang.
Saat ini penulis mencoba mengajak diri pribadi dan juga Anda yang mau peduli terhadap bacaan Qur'an selama ini.
Mungkin Anda sedikit heran, kok harus peduli dengan bacaannya? bukankah kita selama ini telah meng-khatamkan berkali2, menghafalnya dan mungkin sebagian digunakan untuk bacaan imam sholat jama'ah atau bahan ta'lim rutin...
Ok, Saudara insya Allah segala amal sholeh yang diniatkan baik tentunya harus pula dilengkapi dengan cara yang benar pula, karena dua hal itulah syarat diterimanya amal.
Nah, dari judul diatas sebenarnya sudah jelas arah tulisan ini dibuat. Intinya sedikit evaluasi terhadap bacaan (tilawah) qur'an kita. Kenapa?
Marilah kita simak firman Allah SWT.: "Dan bacalah Al Qur'an dengan tartil (QS.73:4)
Imam Ali bin Abi Thalib ra. menjelaskan arti tartil dalam ayat ini, yaitu men-TAJWIDkan huruf-hurufnya dan mengetahui tempat-tempat waqof (Syaroh Mandzumah Al jaziriyah hal.13)
Dan dari hal ini maka jelaslah membaca Al Qur'an dengan tajwid adalah wajib yang bersifat fardhu 'ain sebagaimana ditegaskan hukumnya oleh Imam Ibnul Jazari yang mengatakan :
"Membaca Al Qur'an dengan tajwid hukumnya wajib, barangsiapa yang tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa. karena dengan tajwidlah Allah menurunkan Al Qur'an, dan demikianlah Al Qur'an sampai kepada kita dari-Nya."
Satu contoh:pengucapan kata 'ANTUM' jika digunakan dalam keseharian dialek lughotul-arobiyah maka cukup dibaca antum. Akan tetapi jika sudah merupakan bacaan Qur'an baik untuk bacaan sholat atau tidak maka kata antum harus di-Ikhfakan antara huruf nun mati dan huruf ta sehingga terdengar dengung dan tidak tergesa-gesa.
Jadi saudaraku sebenarnya kita tidak harus mengetahui istilah-istilah dalam ilmu tajwid, seperti idzhar, mad wajib, isti'la dsb. sebagaimana mungkin kita dahulunya pernah dijejali dengan berbagai istilah dan hukum-hukum tajwid namun bacaan masih amburadul. Jika sudah ada dalam satu keluarga, masyarakat,atau kelompok ta'lim kaum muslimin lain yang mempelajari teori ilmu tajwid maka baginya sudah cukup asal bacaannya lancar dan benar, inilah yang disebut fardlu kifayah.
Pada dasarnya mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menjaga lidah agar terhindar dari kesalahan dalam membaca al-qur'an yang disebut AL-LAHNU dimana terbagi menjadi dua kategori:
1. AL-LAHNUL JALIYYU yaitu kesalahan yang terlihat jelas baik dikalangan awwam maupun para ahli tajwid,kesalahan ini terjadi pada lafadz ketika membacanya baik dapat merubah arti atau tidak sehingga menyalahi uruf qurro'(kebiasaan ulama qiro'at) seperti :
- perubahan bunyi huruf dengan huruf yang lain (A'udzubillah...dibaca Audzubillah, 'ain diganti hamzah)
- perubahan harokat dengan harokat lain (an'amta...dibaca an'amtu, fathah diganti dhummah)
- memanjangkan huruf yang pendek dan sebaliknya
- men-tasydidkan huruf yang tidak seharusnya dan sebaliknya
Kesalahan ini jika dilakukan dengan sengaja hukumnya harom.
2. AL-LAHNUL KHOFIYYU yaitu kesalahan membaca al-Quran yang tidak diketahui secara umum kecuali oleh orang yang memiliki pengetahuan mengenai kesempurnaan membaca al-Quran.
Seperti tidak membaca gunnah, kurang panjang dalam membaca tajwid
Kesalahan ini jika dilakukan dengan sengaja hukumnya makruh.
Wahai Saudaraku, jika kita ada kemauan untuk men-talaqqi (belajar dengan guru langsung) minimal kita cek apakah bacaan kita sudah benar sesuai tajwid atau belum, jika belum bersegeralah mencari guru pembimbing yang sudah kapabel (sesuai standar tajwid), karena sekali lagi akankah kita wariskan bacaan Qur'an yang salah, karena yang BENAR itu mudah. Ingatlah bahwa Allah telah menantang kita dalam firmannya dalam QS. Al-Qomar(54) dan diulang sebanyak 4X,: "Dan sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang yang MAU mengambil pelajaran?"
So, kuncinya adalah KEMAUAN...
Wallahua'lam.
Maroji' : - Al Qur'an Al Karim
- Buku Pedoman Daurah Al-Qur'an oleh Abd. Azis Abdul Rouf, Al-Hafidz Lc.
- Bahan Presentasi Quantum Learning Qur'an oleh Yudhy Abu Mujahid Al Fatih
Tarbiyah (Pembinaan Diri), Membuat Keajaiban Diri dengan Sentuhan Ilahi!
Marilah saudaraku kita renungkan bersama taujih Robbani berikut :
"Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (Al Ankabut : 69)
Kenal dg Forest Gump? Ia adalah seorang anak yang cacat kaki dan harus berjalan tertatih-tatih dengan menggunakan alat bantu. Di sisi lain, ia menjadi seorang anak yang terbelakang mental dan sulit untuk berbicara. Kondisi ini membuat Forest menjadi minder di kalangan teman-temannya dan selalu menjadi bahan cemoohan. Suatu saat, karena hal yang tidak diduga-duga, sekelompok "bandit" anak-anak mencoba untuk melukai dan meneror Forest Gump. Forest dilempar batu, dan ia terpaksa harus tertatih-tatih berlari supaya tidak dihajar oleh anak-anak tadi. Dengan kaki kesakitan, ia terus berlari ..... berlari ...... dan.....berlari, tak peduli cemoohan orang-orang yang ada di belakangnya. Ia bisa memotivasi diri sendiri, sehingga "keajaiban" pun terjadi. Kakinya yang cacat dan harus mengenakan alat bantu, menjadi sembuh dan seketika itu juga, ia mampu berlari karena ia percaya bahwa motivasi melebihi segalanya, bahkan cacat fisik sekalipun. Bahkan sejak saat itu, ia tidak berhenti berlari, sampai orang mengenalnya sebagai manusia dengan kecepatan lari yang luar biasa. MOTIVASI telah mengubah kehinaan menjadi kemuliaan. Ke-zholiman yg menimpanya membuat gebrakan balik, mematahkan kesombongan & kecongkakan watak. Syaikh Ahmad Yasin, adalah seorang pejuang keadilan sejati bagi rakyat Palestina. Ia bukan apa-apa, selain seorang tua renta yang hanya duduk di kursi roda. Ia cacat kaki, tangan dan pendengarannya sedikit terganggu, karena siksaan yang harus ia terima dari penjajah Israel akibat keteguhan sikapnya memperjuangkan kemerdekaan rakyat Palestina. Tapi cacatnya bukan halangan bagi dia untuk beralasan mundur dari dakwah dan jihad. Syaikh Ahmad Yasin percaya, bahwa perjuangannya membebaskan rakyat Palestina dari penjajahan adalah bagian dari ibadahnya kepada Allah SWT. Dengan tertatih-tatih duduk di kursi roda, ia mampu menggerakkan hampir 2 juta hati pemuda belia Palestina, untuk bergabung dengan gerakan perlawan Islam yang dimotori oleh HAMAS. Perjuangannya dan sumbangsihnya untuk Islam ia akhiri dengan kemuliaan sebagai seorang syuhada, (Aamiin yaa Robb), saat rudal helikopter Apache menghancurkan jasadnya, selepas ia menunaikan shalat subuh di kota Gaza. Itulah sekelumit orang-orang yang tidak pernah merasa putus asa dengan dirinya sendiri. Ia menjadi fenomenal. Masih banyak cerita sukses orang lain yang tak jauh berbeda. Tapi, bagaimana dengan kita ? Saat ini, kondisi kita jauh lebih nyaman, lebih mapan dan lebih sehat dari Forest Gump atau Syaikh Ahmad Yasin. Namun, apakah sumbangsih yang telah kita berikan untuk orang lain ? Apalagi untuk perjuangan Islam, terutama. Pertanyaan-pertanyaan ini harusnya menjadi motivasi bagi kita, untuk lebih bersungguh-sungguh dalam menjalani Tarbiyah Islamiyah berikut segala hal yang mendukung keberhasilannya. Kita tidak harus berpeluh-peluh berlari untuk menghindari ancaman rudal Apache saat akan berangkat ngaji, karena Indonesia sampai saat ini masih aman-aman saja. Kita juga tinggal men-starter motor kita saat amanah memanggil kita, tanpa harus berjalan tertatih-tatih menghindari keroyokan anak-anak nakal, sebagaimana Forest Gump. Dan kita masih bisa beristirahat dan tertidur nyenyak, tanpa gangguan dari suara peluru dan butiran-butiran bom cluster yang dijatuhkan Israel di Gaza. Apa artinya? Artinya, kita punya modal awal yang JAUH LEBIH BESAR, LEBIH BANYAK DAN LEBIH BERKUALITAS dari yang dimiliki oleh seorang Forest Gump atau Syaikh Ahmad Yasin. Lalu, apa yang membuat kita menunggu untuk menjadi orang yang lebih sukses dari mereka ? Bisakah kita menjadi orang yang lebih hebat dari mereka? Tentu bisa ! Dengan terus menjalani tarbiyah dan beramal. Tarbiyah tanpa amal akan berujung pada kebosanan (jumud), dan amal tanpa tarbiyah akan berujung pada futur (melemah semangat keislamannya). Tarbiyah bukanlah sebuah beban. Seharusnya, tarbiyah menjadikan seorang muslim menjadi lebih hebat, karena ia mampu mengoptimalkan semua potensi yang ia miliki dan meminimalisir kelemahan yang ada pada dirinya. Sebagaimana Bilal yang menjadi andalan Rasulullah, padahal ia seorang budak. Sebagaimana Umar yang menjadi khalifah kedua, padahal tadinya ia preman yang kejam. Dan sebagaimana Abu Dzar Al Ghifari yang menjadi penasihat khalifah, padahal ia seorang yang zuhud dan miskin. Sudahkah menjadi renungan bagi kita ? Wallahu a'lam .....
(dari berbagai sumber)
Bab 1 Tauhid (Hakikat dan Kedudukannya)
(Suplemen) “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka
akan Allah fahamkan dirinya pada masalah agama”
-
Apakah tauhid itu?
- At-tauhid adalah bentuk mashdar dari kata wahhada – yuwahhidu – tauhiid. Artinya secara bahasa: ja’lu syai’in wahidan-menjadikan sesuatu menjadi satu, so, upaya menjadikan segala sesuatu menjadi satu itu disebut tauhid. Oleh karena itu lawan dari tauhid adalah as-syirk! Kenapa, karena ja’lu sya’in syarikah, ia menjadikan sesuatu punya temen, punya sekutu.
Menurut istilah
“At-Tauhid” adalah ifrodullah ta’ala, fii
rububbiyati, wa uluhiyati, wa sifatihi (bagaimana kita beribadah kepada
Allah swt. Dengan meng-Esa-kan dalam Rububbiyah-Nya, dalam Uluhiyah-Nya, serta
dalam Asma & Sifat Allah SWT.)
Jadi secara syari’at
telah kita ketahui adalah meng-Esa-kan Allah SWT dan menunggalkan-Nya sebagai
satu-satunya Dzat pemilik rububiyah(1), uluhiyah(2), asma’, dan sifat(3). Para ulama ber-istimbath dengan
QS. Maryam (19): 65,dimana dibagi menjadi 3 bagian:
“ (Dialah) Rabb
(yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah
Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada
seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”
Kita
bisa fahami juga secara tersirat pembagian tauhid dalam ayat al-fatihah « Al-hamdu_lillahi_robbil’alamin »
Namun
pada awalnya tauhid hanya dibagi menjadi 2 bagian :
1.
Al Ma’rifat wal Itsbat
(pengenalan & penetapan) yang mengandung 2 tauhid:
-Tauhid
Rububiyah : pengenalan Allah melalui perbuatan-Nya
-Asma wa sifat : pengenalan Allah
melalui nama & sifat-Nya
2.
Al Irodhi wa Tholabi yaitu
tauhid yang diinginkan & dituntut disebut juga tauhid uluhiyah.
Akan tetapi seiring
semakin jauhnya umat Islam dari ajaran agama, sehingga banyak terjadi penyimpangan
keyakinan di dalam nama dan sifat Allah, maka Tauhid Asma wa Sifat disebutkan
secara khusus.
-
Hakekat &
Kedudukan Tauhid
1. QS. Adz-Dariyat :56
“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah
kepada-Ku”
Para mufasirin(ahli tafsir)
mengatakan kata ‘liya’budun’ maksudnya adalah liyuwahidun yaitu untuk
men-tauhidkan Allah SWT. Jadi dari ayat ini jelas bahwa tujuan utama diciptakan
jin & manusia adalah untuk men-tauhidkan Allah SWT. Dari ayat ini sudah
kita fahami betapa pentingnya men-tauhidkan Allah SWT dalam agama kita.
Coba kita perhatikan kata ‘kholaqo’
(menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada), maksudnya jin(4) &
manusia(5) sebelumnya tidak ada. Kalau sebelumnya sudah ada
materialnya, berarti bukan mencipta (create), tapi membikin (make), menemukan (find),
atau merubah (convert/change).
2. QS.An-Nahl : 36
« Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk
menyerukan) : ‘beribadahlah kepada Allah(saja) dan jauhilah thaghut »
Kata 'ani’budullaha' sama artinya dengan liya’budun tadi. Jadi diutusnya rasul-rosul Cuma untuk tujuan yaitu men-tauhidkan
Allah SWT dan menjauhi thoghut (3). Jadi belum cukup kita
mengajak orang hanya beribadah kepada Allah tanpa mengajarkan apa-apa yang
dilarang oleh Allah yaitu meninggalkan sembahan2 yang lain. Dari sini ada 2
rukun yang harus kita fahami
(sebagaimana makna dari laa ilaaha
illallah atau ditafsirkan sebagai laa
ma’buda bil haq illallah) :
1.
Al isbaat yaitu menetapkan
dengan penuh keyakinan bahwa satu-satunya yang berhak di ibadahi atau di sembah
hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada sekutu bagi-Nya.
2.
An-nafiy agungkan yaitu meniadakan atau meninggalkan seluruh bentuk sesembahan yang di dan di puja oleh umat
manusia selain Allah.
(QS.
Al-Baqoroh : 256)
Adapula
pemahaman lain yang lebih dalam yaitu al wala’ wal baro’.
1.
Al wala’ yaitu
mematuhi, taat dan setia secara tulus hanya kepada Allah swt.
2.
Al baro’ yaitu
berlepas diri atau mengingkari dari segala bentuk thogut, atau selain Allah
swt.
3. QS. Al-Isra’: 23-24
“Arti : Dan
Rabb-mu telah memerintahkan kpd manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya
kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kpd kedua orang tua dgn sebaik-baiknya.
Dan jika salah satu dari kedua atau kedua-dua telah berusia lanjut disisimu
maka janganlah katakan kpd kedua ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya”
[Al-Isra : 23] Dan katakanlah kpd kedua
perkataan yg mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap kedua dgn penuh kasih sayg.
Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku saygilah kedua sebagaimana kedua menyaygiku di
waktu kecil”
Perhatikan kata qodho(4) (menetapkan) ta’buduu illa
iyyahu dan wa bil waalidayani ihsanan, maksudnya Allah menetapkan kepada
kita untuk menyembah dan berbuat baik
kepada orang tua…dst. Jadi hakekat tauhid merupakan inti dari ibadah,
pertentangan rosul2 dan kaum musyrikin adalah dalam masalah tauhid uluhiyah namanya.
Hakekat yang lain
adalah orang yang tidak men-tauhidkan Allah berarti ibadahnya tidak sempurna,
atau pada hakekatnya tidak beribadah kepada Allah. Ada orang yang mengaku sudah
sholat, sudah puasa, haji, akan tetapi untuk urusan bisnis masih pake dukun,
untuk urusan jodoh masih pake jimat dll.
4. QS.Al-An’am: 151-153 (Ayat2 muhkamat)
“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang
diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:(1)janganlah kamu mempersekutukan
sesuatu dengan Dia, (2)berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, (3)dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; (4)dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, (5)dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang
diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). (6)Dan
janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfa`at, hingga sampai ia dewasa. (7)Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan
sekedar kesanggupannya. (8)Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu
berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu), (9)dan penuhilah janji Allah.
Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat, (10)dan bahwa
(yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertakwa.”
Ibnu
Mas’ud ra. berkata, “barangsiapa ingin melihat wasiat nabi SAW. Yang diatasnya
tertera cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca firman Allah pada tiga
ayat dalam surat al-an’am diatas tadi.” Kita tahu bahwa namanya wasiat itu
berarti sangat penting, terlebih lagi dibubuhi dengan stempel langsung dari
Nabi saw. Kenapa? Karena wasiat ini sudah mencakup seluruh ajaran agama.
At last,
ada hal yang sangat penting dimana ada salah seorang sahabat nabi yang
diperintahkan Rosul saw. Untuk tidak diberitahukan kepada sahabat lain mengenai
berita dari Rosul saw, kecuali ketika masa akhir hayatnya. Dialah Mu’adz bin
Jabal ra. Ceritanya waktu itu beliau pernah dibonceng oleh Rosul saw. Diatas
keledai, kemudian rasul saw. Berkata kepadanya: “wahai mu’adz, tahukah kamu
apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya, dan apa hak
hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Allah? Mu’adz ra. Menjawab: “Allah dan
Rosul-Nya yang lebih mengetahui”, kemudian beliau saw. Bersabda: “Hak Allah
yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya ialah hendaknya mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun,
sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan
menyiksa orang-orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” Lalu aku
bertanya: “ya Rosulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada
orang-orang? Beliau saw. menjawab: “Jangan engkau lakukan itu, karena khawatir
mereka nanti bersikap pasrah.” (HR. Bukhari-Muslim)
Saudaraku
sekalian, semoga kita dilimpahkan kefahaman dari Allah SWT. Dari bab ini dapatlah
kita petik untuk dijadikan pelajaran.
1.
Jin dan manusia sama-sama diberikan
taklif (beban) untuk beribadah hanya kepada Allah saja.
2.
Aktifitas ibadah seperti sholat, puasa,
zakat, haji, dsb. Yang ditujukan kepada Allah, hakekatnya adalah tauhid (uluhiyah). Inilah yang menjadi sumber pertentangan antara Rasul dengan kaumnya(musyrikin)
3.
Siapa saja yang belum merealisasikan
tauhid ini dalam hidupnya, atau dia melakukan kesyirikan, walaupun ia sholat,
puasa, haji, dsb. Maka ia dianggap belum beribadah. Karena perbuatan
menyekutukan Allah adalah perbuatan dosa besar yang paling dzolim no.1 yang dosanya tidak akan
diampuni. Na’udzubillah. Coba kita bayangkan, rizki dari Allah, kita hidup
bernafas dengan lega siapa yang kasih?!
4. Ajaran para rasul adalah satu, yaitu
tauhid (meng-esakan Allah swt. Saja), rosulullah saw. Sebagai penutup para nabi
& rasul hanya menyempurnakan syari’at dari para rasul sebelumnya, tapi inti
ibadah tetap sama yaitu tauhid.
5. Hendaklah kita memperhatikan wasiat dari
Rasulullah saw. Karena menyangkut tentang hukum, yang kalau dilanggar akan berdosa.
6. Mengenai pesan rasul saw. Kepada mu’adz
untuk tidak diberitahukan kepada sahabat adalah dalam rangka kemaslahatan
karena dikhawatirkan kalau mereka nanti akan bersikap pasrah atau menyandarkan
diri kepada keluasan rahmat Allah. Sehingga tidak mau berlomba-lomba dalam
mengerjakan amal shaleh. Tapi nyatanya hadits ini sampai kepada kita, karena
rasa takut berdosa oleh Mu’adz ra. Dengan hadits yang lain dimana orang yang
menyembunyikan ilmu nanti diakherat akan dijilid dengan api neraka. Namun
kekhawatiran rosul saw. Benar-benar terbukti, orang dengan mudahnya
bermaksiat, karena beranggapan bahwa Allah Maha Pengampun, orang jadi males untuk berlomba beramal sholeh (fastabiqul khoirot) karena berfikiran bahwa asal sudah menjalankan sholat, puasa, zakat, haji & tidak berbuat syirik sudah cukup.
7. Etika dalam menjawab ketika ia tidak
mengetahui adalah “Allahu wa rosuluhu
a’lam” tapi sekarang karena nabi saw. Sudah wafat, cukup dengan “Allahu a’lam” bukan kata “aku tidak
tahu”
8. Salah satu akhlak
mulia dari Rosul saw. Adalah kerendahan hatinya untuk membonceng sahabatnya.
Note :
(1) Tauhid rububiyah artinya
mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dengan keyakinan bahwa Dialah
satu-satunya Pencipta, Penguasa, Pengatur segala urusan alam semesta. Dalam bagian tauhid ini seluruh manusia tidak
ada yang mengingkari, kecuali sebagian kecil manusia, seperti komunis, majusi,
dsb. bahkan dalam hati kecil manusia telah diberikan fitrah untuk mengakui
& meyakini akan keberadaan Allah sebagai Tuhan Pencipta, biasanya dapat
kita saksikan ketika orang tersebut mendapat ancaman musibah. Namun sampai
disini belum cukup seseorang dikatakan ahli tauhid.
(2) Tauhid uluhiyah adalah
mengesakan Allah dalam segala bentuk
ibadah, maka tidak boleh (haram) seorang hamba mendirikan shalat, berdoa,
berkorban (menyembelih hewan) kecuali hanya untuk Allah, dan tidak pula thawaf kecuali di rumah-Nya
(ka`bah), dan tidak pula ber-istighatsah kepada orang yang telah meninggal
(mayat) dan kepada sesuatu yang gha'ib,
dan tidak pula bertawakkal kecuali hanya kepada Allah, Oleh karena itu, tauhid
uluhiyahlah yang menjadi pembeda dan pemisah antara kaum musyrikin dan kaum muwwahhidin
(kaum yang bertauhid), inilah tugas utama diutusnya nabi & rasul. Ini pula
yang menjadi inti pembahasan pada kitab ini.
(3) Tauhid asma wa sifat adalah iman terhadap
seluruh nama dan
sifat yang telah Allah
tetapkan atas dirinya,
dengan tidak men-tasybih-kan (menyerupakan dengan
makhluk), men-tamtsil-kan (membuat
permisalan dengan makhluk), men-ta`thil-kan (meniadakan
sifat), men-tahrif-kan (mengubah
huruf atau makna), dan
tidak pula men-takyif-kan (menggambarkan bentuk)
nama dan sifat yang dimiliki oleh Allah tersebut.
(4) Al jin Artinya tertutup/tidak tampak. Secara bahasa setiap kata
benda yang tersusun dari huruf ‘jim’ dan ‘nun’ itu menunjukkan sesuatu yang
tidak nampak, contohnya: janin, majnun(junun) = tidak berakal,
al-jannah(syurga), al-junnah (tameng), jadi jin termasuk sesuatu yang tidak
nampak, sehingga manusia tidak dapat melihatnya. Jika ada manusia (kecuali
nabi) mengaku-aku memiliki kemampuan dapat melihat jin dalam wujud asli,maka
itu bathil, dusta (QS.7:27). Jika ngotot juga maka ia sama halnya dengan hewan
seperti anjing dan kuda atau keledai, sebagaimana sabda nabi saw.dalam sahih
Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah. “Apabila kalian melihat ayam jantan berkokok,
maka mintakanlah anugrah kepada Allah, karena ketika itu ia telah melihat
malaikat, dan jika kalian mendengar teriakan keledai, maka mohonkanlah
perlindungan kepada Allah, karena ketika itu ia telah melihat setan.”
(5)
Al ins’ (manusia) dalam sastra arab disebutkan sumiyal insanu lii
inisianihi maksudnya manusia dikatakan al ins’ karena sifat pelupanya, atau
sering lupa, jadi kalo ada orang yang ga pernah lupa, itu berarti bukan
manusia, maka kalo kita berinteraksi dengan orang lain, kita harus faham bahwa
kita berinteraksi dengan makhluk pelupa, maka penting untuk selalu diingatkan.
Ulama yang lain ada yang memahami dengan makna lain yaitu al-uns (jinak, saling membutuhkan
pertolongan), maka jika orang yang egois tanpa mempedulikan orang lain, berarti
bukan manusia…
(6) Thoghut
artinya segala sesuatu yang diagungkan selain Allah dengan cara
memperlakukannya secara melampaui batas
(7) Qodho adalah ketetapan dari Allah,qodho ada dua macam yaitu 1. Al qodho qouni
(ketetapan Allah yang ditentukan yang sifatnya ‘alami/sunnatullah) . 2. Al qodho
syar’i (ketetapan Allah yang bersifat perintah) kemungkinan belum tentu terjadi, seperti manusia diperintah untuk
menyembah, tapi nyatanya malah ingkar kepada Allah.
Wallahu a'lam...
Langganan:
Komentar (Atom)




