Sabtu, 10 Maret 2012

Bab 1 Tauhid (Hakikat dan Kedudukannya)


(Suplemen) “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka akan Allah fahamkan dirinya pada masalah agama

-          Apakah tauhid itu?
  1. At-tauhid adalah bentuk mashdar dari kata wahhada – yuwahhidu – tauhiid. Artinya secara bahasa: ja’lu syai’in wahidan-menjadikan sesuatu menjadi satu, so, upaya menjadikan segala sesuatu menjadi satu itu disebut tauhid. Oleh karena itu lawan dari tauhid adalah as-syirk! Kenapa, karena ja’lu sya’in syarikah, ia menjadikan sesuatu punya temen, punya sekutu.

Menurut istilah “At-Tauhid” adalah ifrodullah ta’ala, fii rububbiyati, wa uluhiyati, wa sifatihi (bagaimana kita beribadah kepada Allah swt. Dengan meng-Esa-kan dalam Rububbiyah-Nya, dalam Uluhiyah-Nya, serta dalam Asma & Sifat Allah SWT.)
Jadi secara syari’at telah kita ketahui adalah meng-Esa-kan Allah SWT dan menunggalkan-Nya sebagai satu-satunya Dzat pemilik rububiyah(1), uluhiyah(2), asma’, dan sifat(3). Para ulama ber-istimbath dengan QS. Maryam (19): 65,dimana dibagi menjadi 3 bagian:

 (Dialah) Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”

Kita bisa fahami juga secara tersirat pembagian tauhid dalam ayat al-fatihah « Al-hamdu_lillahi_robbil’alamin »

Namun pada awalnya tauhid hanya dibagi menjadi 2 bagian :
1.      Al Ma’rifat wal Itsbat (pengenalan & penetapan) yang mengandung 2 tauhid:
-Tauhid Rububiyah : pengenalan Allah melalui perbuatan-Nya
-Asma wa sifat : pengenalan Allah melalui nama & sifat-Nya
2.      Al Irodhi wa Tholabi yaitu tauhid yang diinginkan & dituntut disebut juga tauhid uluhiyah.

Akan tetapi seiring semakin jauhnya umat Islam dari ajaran agama, sehingga banyak terjadi penyimpangan keyakinan di dalam nama dan sifat Allah, maka Tauhid Asma wa Sifat disebutkan secara khusus.

-          Hakekat & Kedudukan Tauhid

1. QS. Adz-Dariyat :56

Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku”

Para mufasirin(ahli tafsir) mengatakan kata ‘liya’budun’ maksudnya adalah liyuwahidun yaitu untuk men-tauhidkan Allah SWT. Jadi dari ayat ini jelas bahwa tujuan utama diciptakan jin & manusia adalah untuk men-tauhidkan Allah SWT. Dari ayat ini sudah kita fahami betapa pentingnya men-tauhidkan Allah SWT dalam agama kita.

Coba kita perhatikan kata ‘kholaqo’ (menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada), maksudnya jin(4) & manusia(5) sebelumnya tidak ada. Kalau sebelumnya sudah ada materialnya, berarti bukan mencipta (create), tapi membikin (make), menemukan (find), atau merubah (convert/change).

2. QS.An-Nahl : 36

« Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) : ‘beribadahlah kepada Allah(saja) dan jauhilah thaghut »

Kata 'ani’budullaha' sama artinya dengan liya’budun tadi. Jadi diutusnya rasul-rosul Cuma untuk tujuan yaitu men-tauhidkan Allah SWT dan menjauhi thoghut (3). Jadi belum cukup kita mengajak orang hanya beribadah kepada Allah tanpa mengajarkan apa-apa yang dilarang oleh Allah yaitu meninggalkan sembahan2 yang lain. Dari sini ada 2 rukun yang harus kita fahami (sebagaimana makna dari laa ilaaha illallah atau ditafsirkan sebagai laa ma’buda bil haq illallah) :

1.      Al isbaat yaitu menetapkan dengan penuh keyakinan bahwa satu-satunya yang berhak di ibadahi atau di sembah hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada sekutu bagi-Nya.
2.      An-nafiy agungkan yaitu meniadakan atau meninggalkan seluruh bentuk sesembahan yang di dan di puja oleh umat manusia selain Allah.
(QS. Al-Baqoroh : 256)

Adapula pemahaman lain yang lebih dalam yaitu al wala’ wal baro’.
1.      Al wala’  yaitu mematuhi, taat dan setia secara tulus hanya kepada Allah swt.
2.      Al baro’ yaitu berlepas diri atau mengingkari dari segala bentuk thogut, atau selain Allah swt.

3. QS. Al-Isra’: 23-24

Arti : Dan Rabb-mu telah memerintahkan kpd manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kpd kedua orang tua dgn sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari kedua atau kedua-dua telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kpd kedua ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23] Dan katakanlah kpd kedua perkataan yg mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap kedua dgn penuh kasih sayg. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku saygilah kedua sebagaimana kedua menyaygiku di waktu kecil 

Perhatikan kata  qodho(4) (menetapkan) ta’buduu illa iyyahu dan wa bil waalidayani ihsanan, maksudnya Allah menetapkan kepada kita untuk  menyembah dan berbuat baik kepada orang tua…dst. Jadi hakekat tauhid merupakan inti dari ibadah, pertentangan rosul2 dan kaum musyrikin adalah dalam masalah tauhid uluhiyah namanya.

Hakekat yang lain adalah orang yang tidak men-tauhidkan Allah berarti ibadahnya tidak sempurna, atau pada hakekatnya tidak beribadah kepada Allah. Ada orang yang mengaku sudah sholat, sudah puasa, haji, akan tetapi untuk urusan bisnis masih pake dukun, untuk urusan jodoh masih pake jimat dll.

4. QS.Al-An’am: 151-153 (Ayat2 muhkamat)

Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:(1)janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, (2)berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, (3)dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; (4)dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, (5)dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). (6)Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfa`at, hingga sampai ia dewasa. (7)Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. (8)Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu), (9)dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat, (10)dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” 





Ibnu Mas’ud ra. berkata, “barangsiapa ingin melihat wasiat nabi SAW. Yang diatasnya tertera cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca firman Allah pada tiga ayat dalam surat al-an’am diatas tadi.” Kita tahu bahwa namanya wasiat itu berarti sangat penting, terlebih lagi dibubuhi dengan stempel langsung dari Nabi saw. Kenapa? Karena wasiat ini sudah mencakup seluruh ajaran agama.

At last, ada hal yang sangat penting dimana ada salah seorang sahabat nabi yang diperintahkan Rosul saw. Untuk tidak diberitahukan kepada sahabat lain mengenai berita dari Rosul saw, kecuali ketika masa akhir hayatnya. Dialah Mu’adz bin Jabal ra. Ceritanya waktu itu beliau pernah dibonceng oleh Rosul saw. Diatas keledai, kemudian rasul saw. Berkata kepadanya: “wahai mu’adz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya, dan apa hak hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Allah? Mu’adz ra. Menjawab: “Allah dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui”, kemudian beliau saw. Bersabda: “Hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya ialah hendaknya mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang-orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” Lalu aku bertanya: “ya Rosulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang? Beliau saw. menjawab: “Jangan engkau lakukan itu, karena khawatir mereka nanti bersikap pasrah.” (HR. Bukhari-Muslim)

Saudaraku sekalian, semoga kita dilimpahkan kefahaman dari Allah SWT. Dari bab ini dapatlah kita petik untuk dijadikan pelajaran.

1.      Jin dan manusia sama-sama diberikan taklif (beban) untuk beribadah hanya kepada Allah saja.
2.      Aktifitas ibadah seperti sholat, puasa, zakat, haji, dsb. Yang ditujukan kepada Allah, hakekatnya adalah tauhid (uluhiyah). Inilah yang menjadi sumber pertentangan antara Rasul dengan kaumnya(musyrikin)
3.      Siapa saja yang belum merealisasikan tauhid ini dalam hidupnya, atau dia melakukan kesyirikan, walaupun ia sholat, puasa, haji, dsb. Maka ia dianggap belum beribadah. Karena perbuatan menyekutukan Allah adalah perbuatan dosa besar yang paling dzolim no.1 yang dosanya tidak akan diampuni. Na’udzubillah. Coba kita bayangkan, rizki dari Allah, kita hidup bernafas dengan lega siapa yang kasih?!
4.  Ajaran para rasul adalah satu, yaitu tauhid (meng-esakan Allah swt. Saja), rosulullah saw. Sebagai penutup para nabi & rasul hanya menyempurnakan syari’at dari para rasul sebelumnya, tapi inti ibadah tetap sama yaitu tauhid.
5.    Hendaklah kita memperhatikan wasiat dari Rasulullah saw. Karena menyangkut tentang hukum, yang kalau dilanggar akan berdosa.
6.    Mengenai pesan rasul saw. Kepada mu’adz untuk tidak diberitahukan kepada sahabat adalah dalam rangka kemaslahatan karena dikhawatirkan kalau mereka nanti akan bersikap pasrah atau menyandarkan diri kepada keluasan rahmat Allah. Sehingga tidak mau berlomba-lomba dalam mengerjakan amal shaleh. Tapi nyatanya hadits ini sampai kepada kita, karena rasa takut berdosa oleh Mu’adz ra. Dengan hadits yang lain dimana orang yang menyembunyikan ilmu nanti diakherat akan dijilid dengan api neraka. Namun kekhawatiran rosul saw. Benar-benar terbukti, orang dengan mudahnya bermaksiat, karena beranggapan bahwa Allah Maha Pengampun, orang jadi males untuk berlomba beramal sholeh (fastabiqul khoirot) karena berfikiran bahwa asal sudah menjalankan sholat, puasa, zakat, haji & tidak berbuat syirik sudah cukup.
7.  Etika dalam menjawab ketika ia tidak mengetahui adalah “Allahu wa rosuluhu a’lam” tapi sekarang karena nabi saw. Sudah wafat, cukup dengan “Allahu a’lam” bukan kata “aku tidak tahu”
8. Salah satu akhlak mulia dari Rosul saw. Adalah kerendahan hatinya untuk membonceng sahabatnya. 

Note :
(1)     Tauhid rububiyah artinya mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dengan keyakinan bahwa Dialah satu-satunya Pencipta, Penguasa, Pengatur segala urusan alam semesta.  Dalam bagian tauhid ini seluruh manusia tidak ada yang mengingkari, kecuali sebagian kecil manusia, seperti komunis, majusi, dsb. bahkan dalam hati kecil manusia telah diberikan fitrah untuk mengakui & meyakini akan keberadaan Allah sebagai Tuhan Pencipta, biasanya dapat kita saksikan ketika orang tersebut mendapat ancaman musibah. Namun sampai disini belum cukup seseorang dikatakan ahli tauhid.
(2)   Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah  dalam segala bentuk ibadah, maka tidak boleh (haram) seorang hamba mendirikan shalat, berdoa, berkorban (menyembelih hewan) kecuali hanya untuk Allah, dan  tidak pula thawaf kecuali di rumah-Nya (ka`bah), dan tidak pula ber-istighatsah kepada orang yang telah meninggal (mayat) dan kepada sesuatu yang  gha'ib, dan tidak pula bertawakkal kecuali hanya kepada Allah, Oleh karena itu, tauhid uluhiyahlah yang menjadi pembeda dan pemisah antara kaum musyrikin dan kaum muwwahhidin (kaum yang bertauhid), inilah tugas utama diutusnya nabi & rasul. Ini pula yang menjadi inti pembahasan pada kitab ini.
(3)     Tauhid asma wa sifat adalah iman  terhadap  seluruh  nama  dan  sifat yang  telah  Allah  tetapkan  atas  dirinya,  dengan  tidak  men-tasybih-kan (menyerupakan  dengan  makhluk),  men-tamtsil-kan  (membuat  permisalan  dengan makhluk),  men-ta`thil-kan  (meniadakan  sifat),  men-tahrif-kan  (mengubah  huruf  atau makna),  dan  tidak  pula  men-takyif-kan  (menggambarkan  bentuk)  nama  dan  sifat yang dimiliki oleh Allah tersebut.
(4)  Al jin Artinya tertutup/tidak tampak. Secara bahasa setiap kata benda yang tersusun dari huruf ‘jim’ dan ‘nun’ itu menunjukkan sesuatu yang tidak nampak, contohnya: janin, majnun(junun) = tidak berakal, al-jannah(syurga), al-junnah (tameng), jadi jin termasuk sesuatu yang tidak nampak, sehingga manusia tidak dapat melihatnya. Jika ada manusia (kecuali nabi) mengaku-aku memiliki kemampuan dapat melihat jin dalam wujud asli,maka itu bathil, dusta (QS.7:27). Jika ngotot juga maka ia sama halnya dengan hewan seperti anjing dan kuda atau keledai, sebagaimana sabda nabi saw.dalam sahih Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah. “Apabila kalian melihat ayam jantan berkokok, maka mintakanlah anugrah kepada Allah, karena ketika itu ia telah melihat malaikat, dan jika kalian mendengar teriakan keledai, maka mohonkanlah perlindungan kepada Allah, karena ketika itu ia telah melihat setan.”
(5)     Al ins’ (manusia) dalam sastra arab disebutkan sumiyal insanu lii inisianihi maksudnya manusia dikatakan al ins’ karena sifat pelupanya, atau sering lupa, jadi kalo ada orang yang ga pernah lupa, itu berarti bukan manusia, maka kalo kita berinteraksi dengan orang lain, kita harus faham bahwa kita berinteraksi dengan makhluk pelupa, maka penting untuk selalu diingatkan. Ulama yang lain ada yang memahami dengan makna lain yaitu al-uns (jinak, saling membutuhkan pertolongan), maka jika orang yang egois tanpa mempedulikan orang lain, berarti bukan manusia…
(6)     Thoghut artinya segala sesuatu yang diagungkan selain Allah dengan cara memperlakukannya secara melampaui batas
(7)   Qodho adalah ketetapan dari Allah,qodho ada dua macam yaitu 1. Al qodho qouni (ketetapan Allah yang ditentukan yang sifatnya ‘alami/sunnatullah) . 2. Al qodho syar’i (ketetapan Allah yang bersifat perintah) kemungkinan belum tentu terjadi, seperti manusia diperintah untuk menyembah, tapi nyatanya malah ingkar kepada Allah.






Wallahu a'lam... 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manfaatkan media ini untuk kebaikan...