(Suplemen) “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka
akan Allah fahamkan dirinya pada masalah agama”
-
Apakah tauhid itu?
- At-tauhid adalah bentuk mashdar dari kata wahhada – yuwahhidu – tauhiid. Artinya secara bahasa: ja’lu syai’in wahidan-menjadikan sesuatu menjadi satu, so, upaya menjadikan segala sesuatu menjadi satu itu disebut tauhid. Oleh karena itu lawan dari tauhid adalah as-syirk! Kenapa, karena ja’lu sya’in syarikah, ia menjadikan sesuatu punya temen, punya sekutu.
Menurut istilah
“At-Tauhid” adalah ifrodullah ta’ala, fii
rububbiyati, wa uluhiyati, wa sifatihi (bagaimana kita beribadah kepada
Allah swt. Dengan meng-Esa-kan dalam Rububbiyah-Nya, dalam Uluhiyah-Nya, serta
dalam Asma & Sifat Allah SWT.)
Jadi secara syari’at
telah kita ketahui adalah meng-Esa-kan Allah SWT dan menunggalkan-Nya sebagai
satu-satunya Dzat pemilik rububiyah(1), uluhiyah(2), asma’, dan sifat(3). Para ulama ber-istimbath dengan
QS. Maryam (19): 65,dimana dibagi menjadi 3 bagian:
“ (Dialah) Rabb
(yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah
Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada
seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”
Kita
bisa fahami juga secara tersirat pembagian tauhid dalam ayat al-fatihah « Al-hamdu_lillahi_robbil’alamin »
Namun
pada awalnya tauhid hanya dibagi menjadi 2 bagian :
1.
Al Ma’rifat wal Itsbat
(pengenalan & penetapan) yang mengandung 2 tauhid:
-Tauhid
Rububiyah : pengenalan Allah melalui perbuatan-Nya
-Asma wa sifat : pengenalan Allah
melalui nama & sifat-Nya
2.
Al Irodhi wa Tholabi yaitu
tauhid yang diinginkan & dituntut disebut juga tauhid uluhiyah.
Akan tetapi seiring
semakin jauhnya umat Islam dari ajaran agama, sehingga banyak terjadi penyimpangan
keyakinan di dalam nama dan sifat Allah, maka Tauhid Asma wa Sifat disebutkan
secara khusus.
-
Hakekat &
Kedudukan Tauhid
1. QS. Adz-Dariyat :56
“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah
kepada-Ku”
Para mufasirin(ahli tafsir)
mengatakan kata ‘liya’budun’ maksudnya adalah liyuwahidun yaitu untuk
men-tauhidkan Allah SWT. Jadi dari ayat ini jelas bahwa tujuan utama diciptakan
jin & manusia adalah untuk men-tauhidkan Allah SWT. Dari ayat ini sudah
kita fahami betapa pentingnya men-tauhidkan Allah SWT dalam agama kita.
Coba kita perhatikan kata ‘kholaqo’
(menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada), maksudnya jin(4) &
manusia(5) sebelumnya tidak ada. Kalau sebelumnya sudah ada
materialnya, berarti bukan mencipta (create), tapi membikin (make), menemukan (find),
atau merubah (convert/change).
2. QS.An-Nahl : 36
« Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk
menyerukan) : ‘beribadahlah kepada Allah(saja) dan jauhilah thaghut »
Kata 'ani’budullaha' sama artinya dengan liya’budun tadi. Jadi diutusnya rasul-rosul Cuma untuk tujuan yaitu men-tauhidkan
Allah SWT dan menjauhi thoghut (3). Jadi belum cukup kita
mengajak orang hanya beribadah kepada Allah tanpa mengajarkan apa-apa yang
dilarang oleh Allah yaitu meninggalkan sembahan2 yang lain. Dari sini ada 2
rukun yang harus kita fahami
(sebagaimana makna dari laa ilaaha
illallah atau ditafsirkan sebagai laa
ma’buda bil haq illallah) :
1.
Al isbaat yaitu menetapkan
dengan penuh keyakinan bahwa satu-satunya yang berhak di ibadahi atau di sembah
hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada sekutu bagi-Nya.
2.
An-nafiy agungkan yaitu meniadakan atau meninggalkan seluruh bentuk sesembahan yang di dan di puja oleh umat
manusia selain Allah.
(QS.
Al-Baqoroh : 256)
Adapula
pemahaman lain yang lebih dalam yaitu al wala’ wal baro’.
1.
Al wala’ yaitu
mematuhi, taat dan setia secara tulus hanya kepada Allah swt.
2.
Al baro’ yaitu
berlepas diri atau mengingkari dari segala bentuk thogut, atau selain Allah
swt.
3. QS. Al-Isra’: 23-24
“Arti : Dan
Rabb-mu telah memerintahkan kpd manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya
kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kpd kedua orang tua dgn sebaik-baiknya.
Dan jika salah satu dari kedua atau kedua-dua telah berusia lanjut disisimu
maka janganlah katakan kpd kedua ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya”
[Al-Isra : 23] Dan katakanlah kpd kedua
perkataan yg mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap kedua dgn penuh kasih sayg.
Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku saygilah kedua sebagaimana kedua menyaygiku di
waktu kecil”
Perhatikan kata qodho(4) (menetapkan) ta’buduu illa
iyyahu dan wa bil waalidayani ihsanan, maksudnya Allah menetapkan kepada
kita untuk menyembah dan berbuat baik
kepada orang tua…dst. Jadi hakekat tauhid merupakan inti dari ibadah,
pertentangan rosul2 dan kaum musyrikin adalah dalam masalah tauhid uluhiyah namanya.
Hakekat yang lain
adalah orang yang tidak men-tauhidkan Allah berarti ibadahnya tidak sempurna,
atau pada hakekatnya tidak beribadah kepada Allah. Ada orang yang mengaku sudah
sholat, sudah puasa, haji, akan tetapi untuk urusan bisnis masih pake dukun,
untuk urusan jodoh masih pake jimat dll.
4. QS.Al-An’am: 151-153 (Ayat2 muhkamat)
“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang
diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:(1)janganlah kamu mempersekutukan
sesuatu dengan Dia, (2)berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, (3)dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; (4)dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, (5)dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang
diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). (6)Dan
janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfa`at, hingga sampai ia dewasa. (7)Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan
sekedar kesanggupannya. (8)Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu
berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu), (9)dan penuhilah janji Allah.
Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat, (10)dan bahwa
(yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertakwa.”
Ibnu
Mas’ud ra. berkata, “barangsiapa ingin melihat wasiat nabi SAW. Yang diatasnya
tertera cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca firman Allah pada tiga
ayat dalam surat al-an’am diatas tadi.” Kita tahu bahwa namanya wasiat itu
berarti sangat penting, terlebih lagi dibubuhi dengan stempel langsung dari
Nabi saw. Kenapa? Karena wasiat ini sudah mencakup seluruh ajaran agama.
At last,
ada hal yang sangat penting dimana ada salah seorang sahabat nabi yang
diperintahkan Rosul saw. Untuk tidak diberitahukan kepada sahabat lain mengenai
berita dari Rosul saw, kecuali ketika masa akhir hayatnya. Dialah Mu’adz bin
Jabal ra. Ceritanya waktu itu beliau pernah dibonceng oleh Rosul saw. Diatas
keledai, kemudian rasul saw. Berkata kepadanya: “wahai mu’adz, tahukah kamu
apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya, dan apa hak
hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Allah? Mu’adz ra. Menjawab: “Allah dan
Rosul-Nya yang lebih mengetahui”, kemudian beliau saw. Bersabda: “Hak Allah
yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya ialah hendaknya mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun,
sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan
menyiksa orang-orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” Lalu aku
bertanya: “ya Rosulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada
orang-orang? Beliau saw. menjawab: “Jangan engkau lakukan itu, karena khawatir
mereka nanti bersikap pasrah.” (HR. Bukhari-Muslim)
Saudaraku
sekalian, semoga kita dilimpahkan kefahaman dari Allah SWT. Dari bab ini dapatlah
kita petik untuk dijadikan pelajaran.
1.
Jin dan manusia sama-sama diberikan
taklif (beban) untuk beribadah hanya kepada Allah saja.
2.
Aktifitas ibadah seperti sholat, puasa,
zakat, haji, dsb. Yang ditujukan kepada Allah, hakekatnya adalah tauhid (uluhiyah). Inilah yang menjadi sumber pertentangan antara Rasul dengan kaumnya(musyrikin)
3.
Siapa saja yang belum merealisasikan
tauhid ini dalam hidupnya, atau dia melakukan kesyirikan, walaupun ia sholat,
puasa, haji, dsb. Maka ia dianggap belum beribadah. Karena perbuatan
menyekutukan Allah adalah perbuatan dosa besar yang paling dzolim no.1 yang dosanya tidak akan
diampuni. Na’udzubillah. Coba kita bayangkan, rizki dari Allah, kita hidup
bernafas dengan lega siapa yang kasih?!
4. Ajaran para rasul adalah satu, yaitu
tauhid (meng-esakan Allah swt. Saja), rosulullah saw. Sebagai penutup para nabi
& rasul hanya menyempurnakan syari’at dari para rasul sebelumnya, tapi inti
ibadah tetap sama yaitu tauhid.
5. Hendaklah kita memperhatikan wasiat dari
Rasulullah saw. Karena menyangkut tentang hukum, yang kalau dilanggar akan berdosa.
6. Mengenai pesan rasul saw. Kepada mu’adz
untuk tidak diberitahukan kepada sahabat adalah dalam rangka kemaslahatan
karena dikhawatirkan kalau mereka nanti akan bersikap pasrah atau menyandarkan
diri kepada keluasan rahmat Allah. Sehingga tidak mau berlomba-lomba dalam
mengerjakan amal shaleh. Tapi nyatanya hadits ini sampai kepada kita, karena
rasa takut berdosa oleh Mu’adz ra. Dengan hadits yang lain dimana orang yang
menyembunyikan ilmu nanti diakherat akan dijilid dengan api neraka. Namun
kekhawatiran rosul saw. Benar-benar terbukti, orang dengan mudahnya
bermaksiat, karena beranggapan bahwa Allah Maha Pengampun, orang jadi males untuk berlomba beramal sholeh (fastabiqul khoirot) karena berfikiran bahwa asal sudah menjalankan sholat, puasa, zakat, haji & tidak berbuat syirik sudah cukup.
7. Etika dalam menjawab ketika ia tidak
mengetahui adalah “Allahu wa rosuluhu
a’lam” tapi sekarang karena nabi saw. Sudah wafat, cukup dengan “Allahu a’lam” bukan kata “aku tidak
tahu”
8. Salah satu akhlak
mulia dari Rosul saw. Adalah kerendahan hatinya untuk membonceng sahabatnya.
Note :
(1) Tauhid rububiyah artinya
mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dengan keyakinan bahwa Dialah
satu-satunya Pencipta, Penguasa, Pengatur segala urusan alam semesta. Dalam bagian tauhid ini seluruh manusia tidak
ada yang mengingkari, kecuali sebagian kecil manusia, seperti komunis, majusi,
dsb. bahkan dalam hati kecil manusia telah diberikan fitrah untuk mengakui
& meyakini akan keberadaan Allah sebagai Tuhan Pencipta, biasanya dapat
kita saksikan ketika orang tersebut mendapat ancaman musibah. Namun sampai
disini belum cukup seseorang dikatakan ahli tauhid.
(2) Tauhid uluhiyah adalah
mengesakan Allah dalam segala bentuk
ibadah, maka tidak boleh (haram) seorang hamba mendirikan shalat, berdoa,
berkorban (menyembelih hewan) kecuali hanya untuk Allah, dan tidak pula thawaf kecuali di rumah-Nya
(ka`bah), dan tidak pula ber-istighatsah kepada orang yang telah meninggal
(mayat) dan kepada sesuatu yang gha'ib,
dan tidak pula bertawakkal kecuali hanya kepada Allah, Oleh karena itu, tauhid
uluhiyahlah yang menjadi pembeda dan pemisah antara kaum musyrikin dan kaum muwwahhidin
(kaum yang bertauhid), inilah tugas utama diutusnya nabi & rasul. Ini pula
yang menjadi inti pembahasan pada kitab ini.
(3) Tauhid asma wa sifat adalah iman terhadap
seluruh nama dan
sifat yang telah Allah
tetapkan atas dirinya,
dengan tidak men-tasybih-kan (menyerupakan dengan
makhluk), men-tamtsil-kan (membuat
permisalan dengan makhluk), men-ta`thil-kan (meniadakan
sifat), men-tahrif-kan (mengubah
huruf atau makna), dan
tidak pula men-takyif-kan (menggambarkan bentuk)
nama dan sifat yang dimiliki oleh Allah tersebut.
(4) Al jin Artinya tertutup/tidak tampak. Secara bahasa setiap kata
benda yang tersusun dari huruf ‘jim’ dan ‘nun’ itu menunjukkan sesuatu yang
tidak nampak, contohnya: janin, majnun(junun) = tidak berakal,
al-jannah(syurga), al-junnah (tameng), jadi jin termasuk sesuatu yang tidak
nampak, sehingga manusia tidak dapat melihatnya. Jika ada manusia (kecuali
nabi) mengaku-aku memiliki kemampuan dapat melihat jin dalam wujud asli,maka
itu bathil, dusta (QS.7:27). Jika ngotot juga maka ia sama halnya dengan hewan
seperti anjing dan kuda atau keledai, sebagaimana sabda nabi saw.dalam sahih
Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah. “Apabila kalian melihat ayam jantan berkokok,
maka mintakanlah anugrah kepada Allah, karena ketika itu ia telah melihat
malaikat, dan jika kalian mendengar teriakan keledai, maka mohonkanlah
perlindungan kepada Allah, karena ketika itu ia telah melihat setan.”
(5)
Al ins’ (manusia) dalam sastra arab disebutkan sumiyal insanu lii
inisianihi maksudnya manusia dikatakan al ins’ karena sifat pelupanya, atau
sering lupa, jadi kalo ada orang yang ga pernah lupa, itu berarti bukan
manusia, maka kalo kita berinteraksi dengan orang lain, kita harus faham bahwa
kita berinteraksi dengan makhluk pelupa, maka penting untuk selalu diingatkan.
Ulama yang lain ada yang memahami dengan makna lain yaitu al-uns (jinak, saling membutuhkan
pertolongan), maka jika orang yang egois tanpa mempedulikan orang lain, berarti
bukan manusia…
(6) Thoghut
artinya segala sesuatu yang diagungkan selain Allah dengan cara
memperlakukannya secara melampaui batas
(7) Qodho adalah ketetapan dari Allah,qodho ada dua macam yaitu 1. Al qodho qouni
(ketetapan Allah yang ditentukan yang sifatnya ‘alami/sunnatullah) . 2. Al qodho
syar’i (ketetapan Allah yang bersifat perintah) kemungkinan belum tentu terjadi, seperti manusia diperintah untuk
menyembah, tapi nyatanya malah ingkar kepada Allah.
Wallahu a'lam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Manfaatkan media ini untuk kebaikan...